Penjelasan Latar Belakang Tugas

141 4 0
                                    


Tak terasa kami telah memasuki bulan Ramadhan 1422 H atau pertengahan Nopember 2001. Itu berarti aku sudah berada di tempat ini selama dua bulan dimana sebulan terakhir aku hanya tinggal berdua saja dengan syaikh. Bulan Ramadhan kali ini mungkin akan menjadi salah satu bulan Ramadhan yang paling berkesan dalam hidupku. Tunas bunga anggrek dan beberapa jenis tanaman lain yang kutanam sudah mulai tumbuh subur di depan pondok.

Suatu hari ketika aku sedang asyik menyirami tanaman-tanamanku selepas shalat dhuha, terdengar suara syaikh memanggilku. Aku pun segera masuk ke dalam dan menjumpai beliau sedang duduk di tempat beliau biasa mengajarkan materi kepadaku.

" Ubaid, kemarilah. Duduklah di sini, ada sesuatu yang sangat penting yang ingin kusampaikan padamu", seru syaikh begitu aku berada di hadapannya. Aku lalu segera duduk bersila di hadapan beliau menunggu perkataan beliau selanjutnya.

" Ada hal yang sangat penting yang kurasa sudah saatnya untuk kusampaikan padamu karena tak lama lagi aku berencana untuk segera meninggalkan negeri ini. Aku merasa harus secepatnya meninggalkan negeri ini setelah mempelajari perkembangan terakhir yang terjadi. Aku sangat yakin ada tugas baru yang sudah menantiku. Dan kemarin surat yang kamu titipkan kepada kurir Abu Ridha berisi dari permintaanku agar segera menyiapkan keberangkatanku. Jika nanti Abu Ridha datang kemari berarti itulah saat kita harus berpisah. Kita memang tidak tahu kapan dia kemari, tapi setidaknya dia akan butuh beberapa hari untuk menyelesaikan semuanya. Oleh karena itu, aku ingin menyampaikan hal yang penting ini kepadamu, yang mana inilah sebenarnya tujuan dari dipilihnya dirimu untuk belajar di sini". Syaikh menghentikan perkataannya dan menatapku dalam-dalam dengan tatapannya yang teduh, seakan menunggu respon dariku dulu sebelum melanjutkan lagi.

" Saya siap untuk mendengar dan taat pada arahan atau perintah dari antum", ujarku lirih seraya menundukkan pandanganku ke lantai yang terbuat dari papan kayu.

" Ubaid, sebelum aku menyampaikan apa yang kumaksud itu, aku ingin tahu apa pendapatmu tentang serangan WTC 11 September yang lalu dan apa reaksi kaum muslimin terhadap peristiwa itu yang sempat kamu ketahui sebelum datang kemari ?", ujar syaikh bertanya. Aku sedikit heran mengapa beliau menanyakan hal itu sebelum menyampaikan sesuatu yang sangat penting itu ? Aku menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan sebelum menjawab pertanyaan syaikh itu.

" Menurut saya, operasi serangan itu adalah sebuah hasil karya yang jenius. Dan ketika saya tahu bahwa pelakunya adalah mujahidin, saya ikut bangga dengan apa yang telah berhasil mereka lakukan itu. Karena dengan adanya operasi penyerangan itu para musuh Islam akan memperhitungkan kembali kekuatan kaum muslimin yang selama ini mungkin telah mereka anggap dapat dikuasai sepenuhnya. Setidaknya mereka akan berpikir bahwa ternyata kaum muslimin masih bisa melawan keangkuhan dn kesombongan mereka. Kemudian mengenai reaksi dari kaum muslimin yang sempat saya ketahui adalah dari orang-orang awam yang ada di kapal dan orang di sekitar tempat transit saya di Ambon, yaitu bahwa mayoritas mereka memuji serangan itu tanpa peduli siapapun pelakunya,dan menyimpulkan bahwa ternyata Amerika tidaklah sehebat seperti yang mereka dengungkan seluruh dunia selama ini", jawabku.

" Hmm... begitu ya. Baiklah, aku akan mulai menjelaskannya. Simak baik-baik ya Ubaid, karena mungkin akan sangat panjang". Syaikh berhenti sejenak menarik nafas panjang dan membetulkan posisi duduknya, baru melanjutkan lagi.

" Setelah dua bulan lebih aku bersamamu, mengajarimu, berdiskusi denganmu, melihat keseharianmu, aku telah sampai pada kesimpulan bahwa kamu telah memenuhi syarat untuk menerima dan melaksanakan tugas yang akan kusampaikan kepadamu ini. Sebuah tugas yang menuntut banyak pengorbanan sepanjang waktu. Namun aku melihat engkau telah memiliki kecenderungan atau bakat untuk melakukan tugas itu. Bahkan mungkin seandainya aku tidak mengamanahkan tugas ini pun, mungkin engkau juga akan melakukannya sendiri dengan caramu sendiri, karena sebenarnya apa yang engkau rancang dalam makalah tugas akhirmu itu sejalan dengan apa yang akan kusampaikan ini". Syaikh berhenti lalu menatapku dan tersenyum sebentar lalu melanjutkan lagi.

Angin dan BidadariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang