Apa yang Akan Kulakukan ?

115 2 0
                                    



Hari pertama sejak syaikh memberikan tugas kulalui dengan beraktivitas seperti biasa. Namun sambil beraktivitas pikiranku selalu terpaku pada tugas tersebut. Sepanjang hari aku memikirkannya dan di sela-sela waktu longgar aku menuliskan coretan-coretan ide yang muncul untuk memudahkanku merumuskan yang lebih sempurna lagi.

Akhirnya pada pagi hari keesokan harinya setelah menunaikan shalat shubuh adan dzikir pagi, aku mulai menuliskan rancangan program kerja yang akan kulakukan dalam rangka melaksanakan tugas yang syaikh berikan. Pada intinya aku hanya akan melakukan dua langkah saja yaitu :

- Merintis usaha atau bisnis yang mandiri sebagai penopang hidup dan sumber daya dalam amal Islami, aku tidak boleh bekerja pada orang lain karena harus memiliki kebebasan dan keleluasaan untuk melakukan hal-hal di luar pekerjaan

- Menjadi aktivis dakwah yang konsen di bidang pemberdayaan ummat khususnya di bidang ekonomi berbasis syariah. Aku yakin bidang pemberdayaan ummat selalu ada di semua harakah dan kalau pun ada yang belum ada maka aku sekalian yang akan merintisnya. Bidang pemberdayaan ummat ini sifatnya netral dan lazim sehingga aku bisa masuk ke semua harakah dan menjalin ikatan kerjasama melalui bidang ini. Jika tiba saatnya untuk menyampaikan visi Al Qaidah, maka aku akan melakukannya dengan cara seakan-akan aku orang yang tertarik dengan visi-visi Al Qaidah tapi perlu masukan dan pendapat dari orang-orang yang berasal dari berbagai harakah.

Pada malam harinya selepas shalat isya aku memaparkan konsep rencana kerjaku itu pada syaikh. Beliau nampak sangat antusias menyimak penjelasanku. Lalu beliau mengajukan beberapa pertanyaan dan aku menjawabnya satu per satu sampai syaikh puas.

Setelah puas mendengar penjelasanku dan berdiskusi, syaikh lalu beranjak mengambil buku Mausu'ah Jihad al Kubro yang biasa digunakan untuk mengajar materi pelatihanku. Buku itu sangat tebal yang menurut syaikh tebalnya kurang lebih 1000 halaman yang berisi tentang materi-materi yang dibutuhkan dalam sebuah proyek jihad, mulai dari tahap persiapan sampai pelaksanaan. Sebagian untuk dasar-dasarnya telah diajarkan kepadaku dan menurut syaikh aku hanya perlu diajari dasar-dasarnya saja sedangkan untuk yang selanjutnya bisa ditingkatkan sendiri. Syaikh kemudian duduk di hadapanku dan meletakkan buku Mausu'ah itu di antara kami berdua namun beliau tidak membukanya sebagaimana biasanya.

Beliau lalu berkata, " Ubaid, ketahuilah bahwa tugasmu ini nanti sangat penting dan sangat rahasia. Hasil laporan dari tugasmu itu bisa mempengaruhi kebijakan Qiyadah pusat dalam menentukan langkah selanjutnya yang akan dilakukan terkait proyek tandhim di negerimu ini. Dan engkau adalah satu-satunya genrasi baru yang layak untuk untuk mengemban tugas ini. Aku sangat berharap kepada Alloh Ta'ala semoga seiring perjalanan waktu engkau menjadi semakin cakap dalam tugasmu ini, karena aku melihat dirimu telah dianugerahi Alloh SWT berbagai kebaikan yang sangat dibutuhkan untuk menjalankan tugas ini di saat usiamu masih sangat belia. Jadi, berjuanglah dengan sungguh-sungguh dan bersabarlah engkau dalam meniti jalan menuju cita-citamu dan cita-cita kita besama.

Sebagai hadiah sekaligus amanah buatmu, kuserahkan buku Mausu'ah ini kepadamu untuk engkau pelajari dan engkau jaga keberadaannya. Pelajarilah sebagai tambahan pengetahuan bagimu, ambillah pelajaran darinya yang sesuai dengan kondisi yang kau hadapi, dan abaikan apa yang sudah tidak sesuai. Dan alangkah baiknya jika engkau juga bisa menyempurnakan apa yang masih kurang dari mausu'ah ini.

Kemudian, dalam menjalankan tugasmu ini engkau akan dibantu oleh Abu Ridha sebagai orang yang bisa engkau minta nasehat dan pendapatnya. Artinya, yang mengetahui bahwa engkau mengemban tugas khusus ini selain kita berdua adalah dia seorang. Itu pun dia hanya tahu sebatas bahwa engkaulah yang terpilih mengemban tugas dari Al Qaidah, namun untuk deskripsi tugasmu tidak ada yang tahu setelah Alloh Ta'ala selain kita berdua.

Bagaimana Ubaid, engkau sudah paham posisi dan tugasmu ?"

" Na'am syaikh... saya faham. Semoga Alloh Ta'ala meneguhkan saya dan memudahkan urusan kita semua. Saya akan berusaha melaksanakan tugas ini sebaik-baiknya. Wallohul Musta'an".

" Baiklah... sekarang terimalah mausu'ah ini. Aku serahkan kepadamu. Jaga dan rawat baik-baik buku yang hanya ada satu-satunya di negerimu ini". Usai berkata demikian syaikh kemudian menyerahkan buku mausu'ah itu kepadaku dan kemudian kami berjabat tangan.

" Dengan demikian berakhirlah tugasku di sini, sekarang aku tinggal menunggu kabar dari Abu Ridha perihal persiapan keberangkatanku. Sambil menunggu kedatangan Abu Ridha, akuingin mendengar ceritamu tentang kondisi kaum muslimin di Indonesia, atau tentang sejarah Islam di Indonesia, atau tentang keindahan alam Indonesia, atau tentang keanekaragaman budaya di tengah kaum muslimin Indonesia, atau tentang apa saja yang penting masih tentang Indonesia. Ceritakanlah kepadaku di sela-sela kita beribadah di bulan Ramadhan ini.

Saatnya aku yang lebih banyak mendengar sebagai refreshing di akhir masa tugasku, karena alhamdulillah aku bertemu dengan pemuda yang sangat menyenangkan dalam banyak hal". Beliau mengakhiri perkataannya, menatapku dan kemudian tersenyum lebar. Kulihat wajahnya yang tampak bahagia dan seakan-akan baru terbebas dari sesuatu yang membelenggunya selama ini. Aku hanya tersenyum mendengar kata-kata terakhir beliau yang memujiku. Aku mengingatkannya bahwa semua itu adalah karunia Alloh Ta'ala dan karena Alloh Ta'ala menutupi keburukan yang ada dalam diri kita masing-masing sehingga yang tampak adalah yang baik saja.


Angin dan BidadariWhere stories live. Discover now