Pelatihan Dimulai !

142 6 0
                                    


Keesokan harinya aku mulai menjalani rangkaian pelatihan yang harus kutempuh. Pada awalnya yang pertama kali harus kulatih adalah membiasakan diri hidup di tempat seperti ini, di mana banyak menghadapi tantangan berupa kondisi alam sekitar yang dingin di waktu malam, banyak nyamuk, harus menghemat air, dan sebagainya. Aku harus bisa segera membiaakan diri, sebab jika tidak tentu akan mengganggu proses belajar dan pelatihanku selanjutnya.

Untuk ketrampilan fisik materi utamanya adalah menguasai beberapa teknik beladiri khusus yang dipergunakan untuk keadaan-keadaan yang khusus pula. Namun untuk itu aku harus memiliki ketahanan fisik yang kuat dan kelincahan gerak. Latihan untuk mengasah ketahanan fisik dan kelincahan yang diberikan ustadz Arham cukup sederhana tapi ternyata sulit juga di awalnya, yaitu setiap pagi sebelum sarapan aku harus memikul dua ikat kayu bakar menuruni bukit sejauh 500 meter dan naik lagi. Setiap hari aku harus memperbaiki catatan waktuku, dan setelah mencapai target, ustadz Arham akan menambah jumlah beban yang kubawa sedikit demi sedikit sampai target yang ia inginkan tercapai.

Sedangkan ustadz Arqam mengawali pelatihanku dengan memperkenalkan jenis-jenis senjata berikut cara kerjanya, lalu cara bongkar pasang dan perawatannya. Setelah aku menguasainya barulah ia mengajakku ke hutan di bukit sebelah yang berjarak 1 jam jalan kaki untuk mengajariku cara menembak. Dalam latihan ini kami memiliki sebuah senapan AR-15, sebuah senapan AK-47, sebuah senapan Remington 700 yang dilengkapi dengan teropong pembidik, sebuah pistol Baretta M92, dan sebuah revolver Smith & Wilson, dan beberapa kotak peluru. Barang-barang ini kami simpan dalam karung yang kemudian kami tutupi dengan tumpukan karung berisi cengkeh kering di ruang bagian belakang pondok.

Dalam latihan menembak di hutan, ada satu pantangan utama yaitu aku tidak boleh menembak dalam mode rentetan atau burst dan hanya boleh melakukan tembakan tunggal. Karena jika hanya tembakan tunggal tidak akan mengundang kecurigaan, karena orang akan mengira itu suara senapan pemburu atau suara meriam babi yang biasa digunakan warga untuk mengusir babi hutan.

Sementara syaikh mengajarkan materi-materi yang bersifat ilmiah yang meliputi : Fiqh jihad, manajemen konflik, manajemen potensi ummat, strategi militer, teknik dasar intelijen dan kontra intelijen, sistem keamanan, dan sebagainya. Metode mengajar syaikh juga sangat mengasyikkan. Beliau akan memulai dengan memberikan materi, lalu berdiskusi, dan terakhir beliau akan memberikan beberapa pertanyaan untuk mereview pelajaran yang barusan disampaikan.

Setelah satu bulan berlalu, pada suatu malam selepas Isya syaikh menyampaikan kepada kami semua bahwa ustadz Arham dan ustadz Arqam akan ditugaskan ke wilayah Poso untuk ikut menjaga dan melindungi kaum muslimin di sana yang masih menghadapi ancaman keamanan dari orang-orang Nasrani radikal pasca konflik yang menelan banyak korban. Beliau lalu menanyakan bagaimana hasil latihanku bersama mereka. Kedua ustadz itu kemudian menjelaskan jika hasil latihanku sudah cukup baik seraya menyebutkan indikasi-indikasinya. Di antaranya adalah dalam hal kemampuan menembak aku telah berhasil menembak tepat sasaran terhadap sasaran yang diam maupun bergerak dari jarak dekat dan dari jarak jauh. Lalu dalam hal beladiri aku telah berhasil beberapa kali mengalahkan ustadz Arham dalam latih tanding. Menurut keduanya, aku hanya perlu sering-sering melatihnya sendiri dan meningkatkan keahlian, karena untuk dasar-dasarnya sudah lebih dari cukup.

Syaikh kemudian menyampaikan taushiyahnya dan mengucapkan terimakasih kepada kedua ustadz itu yang telah menemaninya selama ini dan mengajariku dengan baik. Beliau juga menyampaikan pesan-pesan untuk ikhwan mujahidin yang sedang berjuang melindungi kaum muslimin Poso dari kekejaman kaum Nasrani radikal. Di antara pesan-pesan beliau yang paling kuingat adalah agar ikhwan-ikhwan menghentikan operasi penyerangan manakala sudah tidak ada lagi penyerangan dari pihak Nasrani, dan jika pihak Nasrani ingin berdamai maka kaum muslimin wajib menerimanya namun tetap waspada. Jangan sampai kaum muslimin yang mulai melanggar perjanjian, tirulah para sahabat Nabi SAW ketika perjanjian Hudaibiyah, karena kemuliaan Islam itu salah satunya terwujud sebab orang Islam yang selalu menepati janjinya.

Malam itu adalah malam perpisahan antara aku dan syaikh dengan kedua ustadz itu karena besok paginya tepat setelah shalat subuh mereka berdua akan meninggalkan pondok yang menjadi markas kami selama ini. Sebelum pergi meninggalkan kami pada keesokan harinya, ustadz Arham memberiku sebuah pisau lipat kecil yang sangat bagus sebagai kenang-kenangan.

Setelah kepergian kedua ustadz itu, tinggallah aku dan syaikh berdua saja. Proses belajar pun semakin intensif dan kedekatanku dengan syaikh pun semakin erat. Terkadang kami berdua jalan-jalanke hutan untuk berburu sekaligus mengasah kemampuanku menembak. Sambil berjalan atau ketika menunggu hewan buruan kami sering berdiskusi tentang berbagai hal. Mulai tentang materi pelajaran dari beliau ataupun topik yang ingin kutanyakan kepada beliau. Biasanya kami akan mengurai senjata yang akan kami pakai berburu menjadi beberapa bagian sehingga bisa dimasukkan ke dalam karung. Lalu ketika sampai lokasi berburu aku merakitnya kembali dan syaikh selalu menghitung catatan waktuku menggunakan stopwatch di jam Casio F-91W milik beliau. Sebuah kebetulan ketika ternyata syaikh memakai jam tangan yang sama dengan milikku.

Pada suatu ketika dalam perjalanan menjelajahi hutan, aku mengambil beberapa tunas anggrek yang memiliki bunga yang indah berwarna kombinasi ungu dan putih. Aku bermaksud menanmnya di depan pondok kami, siapa tahu bisa hidup.

Syaikh yang melihatnya bertanya sambil tersenyum, " Apakah kamu menyukai tanaman hias Ubaid ?"

" Na'am syaikh, saya suka berlama-lama mengamati bunga atau tanaman yang cantik yang saya temui ketika mendaki gunung. Di pesantren saya juga punya beberapa tanaman bunga di depan asrama kami", jawabku.

" Oh begitu..., konon katanya laki-laki yang menyukai bunga atau tanaman hias itu adalah orang yang periang, berhati lembut, dan penyabar. Wallohu a'lam soal kebenarannya. Tapi jika kuperhatikan, kamu memang seperti itu", komentar syaikh. Aku hanya tertawa kecil mendengarnya.

Hewan yang selalu menjadi target buruan kami adalah babi hutan. Selain karena tubuhnya besar dan mudah dibidik, juga karena merupakan hewan pengganggu yang sering merusak perkebunan sayuran warga. Untuk menembak babi hutan biasanya aku menggunakan Remington 700 karena pelurunya lebih besar dari AR-15, dan lebih akurat karena dilengkapi dengan teleskop pembidik. Selain itu juga karena memiliki jarak tembak efektif yang lebih jauh. Tapi pernah juga aku menembaknya dengan AR-15 dari jarak yang lebih dekat. Karena semakin sering kami berburu ke hutan, kami bisa memetakan di mana lokasi yang biasa dilewati oleh babi hutan. Dalam berburu ini syaikh bertindak sebagai observer yang mencari target dibantu oleh teropong binnocular, sedangkan aku bertugas mengeksekusinya.

Angin dan BidadariOnde histórias criam vida. Descubra agora