Hening..

He?

"Ngomong apa, sih?"

"Y..ya itu tadi kak. Kakakmaunggakjadipacarku?" dia ini apa sih? Rapper kelas kakap? Cocok tuh. Ingin rasanya bertanya, "Dek kamu ngomong apa kumur?" tapi kuurungkan niatku dan ku ganti dengan helaan nafas berat.

"A -"

"Maaf kak nggak nerima alasan 'mau fokus UN dulu'" APA?! Ini anak mecicil ternyata. Sungguh, aku hanya bisa melongo dengan cewek seperti ini.

"Oke oke. Aku paham. Tapi maaf, aku memang nggak bisa."

"Ke.. kenapa kak? Ada yang kurang dari aku? Atau itu tadi pacar kakak? Atau -"

"Stop disitu! Aku masih single sekarang. Jujur nggak ada yang kurang dari kamu -"

"Terus kenapa?"

"Makanya dengerin dulu kalau ada orang ngomong. Kamu itu cuma kurang.." aduh, masa' aku harus bilang gini, sih.

"Kurang apa, kak?"

"Kamu kurang paham kalau aku maunya fokus SNMPTN, bukan UN!" *what the hell Rai?!*

"A..apa?"

"Makasih udah punya perasaan buat aku, tapi masalahnya aku nggak punya perasaan sebesar itu ke kamu. Besuk-besuk cari yang lebih menghargai kamu lagi, ya? aku yakin pasti ada kok yang lebih baik dari aku." aku hanya tersenyum kepadanya, kemudian berjalan menuju kantin.

Haaahhh, sudah yang keberapa kalinya aku menolak cewek sampai umur segini. Tapi memang aku nggak mau cari cewek cuma buat sensasi. Lagi pula, ada beberapa alasan yang membuatku enggan untuk pacaran.

Bukan karena aku doyan sejenis, lho.

Sampai di kantin, aku melihat Saka dan Nadya yang duduk berdua sambil menikmati makanan masing-masing. Kemudian aku berjalan kearah mereka.

"Gimana boss? Deal?"

"Eh, lu kira belanja onlen, deal-dealan? Nggak, ku tolak."

"Yah. Rai tu." kenapa Saka dan Nadya malah lesu begitu?

"Rai tu, nggak ada romantis-romantisnya." Nadya memonyongkan bibirnya. Hei, hei, kenapa jadi kearah situ

"Iya nih. Lagian yang keluar dari mulutnya sadis mulu. Nggak pernah yang romantis." apa?!

"OKE! AKAN KUBUKTIKAN KALAU AKU BISA ROMANTIS! SAK, KUTANTANG KAU LOMBA GOMBALIN NADYA!"

"HEEEEE???!!!" seisi kantin, termasuk Nadya dan Saka menatap kearahku dengan tatapan tidak percaya.

"Oi, bercanda ada batasan -" omongan Saka terputus dengan tepukan Nadya

"Nggak papa, aku juga mau liat gimana Rai nggombalin aku. Haha." Nadya tertawa. Eh tunggu. Tawanya itu membuatku kok-

"Waahhh, ternyata gini ya kerjaan kalian selama ninggalin aku di kelas." entah dari mana, wujud lain yang dikenal sebagai Lussi sudah berada di dekat kami

"Kamu, sih, dari tadi sibuk banget. Nulis apa, sih?" Nadya berkata begitu sambil mengunyah es batu dari minumannya

"Rangkap jadi sekretaris pribadi orang tua. Biasa, ngurusin ini itunya perusahaan." wow, aku baru tahu ternyata Lussi anak seorang pengusaha

"Terus, kok ada lomba gombal ini ceritanya gimana?" Lussi menatap kami satu-persatu kemudian duduk di sebelahku

Nadya menceritakan tentang aku yang tadi dipanggil adik kelas. Kemudian sampai pada aku yang akhirnya emosi dan menantang Saka.

HUJAN DI MUSIM PANASWhere stories live. Discover now