28 -Misunderstand-

22.4K 1K 10
                                    

Dia mau ke sini kek, mau pergi kek, mau mati sekalipun bukan urusan gue

***

Paginya, Amora, Valen, Kayla, dan Camilla menjalankan kegiatan sekolah seperti biasa di hari kedua tahun 2018. Begitu juga dengan sekumpulannya Morel dan Sean. Saat sedang melewati koridor, Camilla tiba-tiba menghentikan langkahnya.

"Eh eh bentar-bentar."

"Kenapa, Cam?" tanya Kayla menatap heran.

"Gue baru inget kemarin dipinjemin jaket sama Dylan. Gue mau ngembaliin sekarang. Ada yang mau ikut?" tanya Camilla.

"Gue nggak deh. Mau nyalin tugas biologi." Balas Valen.

"Gue juga deh, sama Valen mau nyalin tugas." Timpal Kayla.

"Lo gimana, Mor? Ikut ya? Ya ya ya?" ajak Camilla dengan jurus puppy-eyes nya.

"Iya iya gue ikut. Ga usah pake gituan. Muka lo tambah jelek." sinis Amora lalu tertawa renyah. "Oiya, lo pada nyalin tugas gue aja, gue udah selesai. Sekalian bawain tas gue ya, berat bawa nya." Lanjut Amora lalu menyerahkan tas nya pada Kayla.

"Eh eh anjir berat. Lo bawa apaan sih? Bawa batu ya." Ucap Kayla.

"BAWA GRANAT! Kuy Cam" Amora kemudian merangkul Camilla dan berjalan menjauh dari Valen dan Kayla.

Valen dan Kayla hanya terbengong-bengong melihat ucapan Amora barusan.

"Kok kita diem aja sih?"

"Lah iya, kita ngapain disini?"

"Dih, ya gatau."

"Yaudah ayo ke kelas!"

***

"Dylan!" Teriak Camilla.

Dylan yang sedang asyik bermain game pun mendongakkan kepalanya.
"Bentar ya, gue ke Dylan dulu. Lo mau disini apa nyamperin Morel ?" Tanya Camilla pada Amora.

"Disini aja deh." Jawab Amora. Harusnya sih Morel yang nyamperin gue ke sini...

"Oke, bye!"

"Mor, Morel! Ada Amora tuh. Lo nggak nyamperin Amora? Dia di depan tuh" Panggil Darren nabok pelan lengan Morel.

"Gapeduli." balas Morel singkat.

"Hah? Lo kenapa sih,Mor? Kok jadi aneh gini?" Tambah Michael.

"Apa sih. Dia mau ke sini kek, mau pergi kek, mau mati sekalipun bukan urusan gue." Jelas Morel.

"Aneh", batin Darren.

"Morel kenapa sih?" Batin Mike.

Tanpa sadar, Amora mendengar itu semua. Perkataan Morel begitu menohok hatinya. Dia bahkan tidak tahu mengapa Morel jadi seperti ini. Padahal, tahun baru kemarin, mereka masih baik-baik saja.

Air mata Amora mulai membasahi pipi. Perkataan itu masih terngiang-ngiang di kepalanya. Dia berlari sekencang kencangnya, menjauh dari kelas Morel. Dia ingin menenangkan hatinya untuk sesaat. Ya, hanya untuk sesaat.

FEIND [Completed]Where stories live. Discover now