06 -Hotel-

44.1K 2.1K 55
                                    

mau nggak jadi pacar gue?

***

"Anjir liftnya lama banget!" cerocos Dylan sambil merengut kesal.

"Sabar kali," balas Darren.

Ting!

Pintu lift pun terbuka di lantai 13 menampakkan deretan kamar yang tertutup.

"Kok sepi banget ya?" ucap Michael yang mendahului berjalan menyusuri lorong-lorong kamar.

"Lagi pada tidur kali," balas Morel tenang.

"Gila masa jam segini udah pada tidur," ucap Darren.

"Kok gue ngerasa agak gimana gitu ya," Dylan bersuara seraya mengusap-usap lengan nya yang mulai merinding, "Gue takutt" rengek Dylan ketakutan.

"Yaelah gitu aja takut, lu cowok apa banci?" cibir Michael.

Sekilas Dylan melihat sosok hitam yang akan lewat di depan mereka. Hanya Dylan yang melihat.

"Itu... itu... ada..." ucap Dylan terbata-bata.

"Ada apaan??" tanya Darren ikut merinding.

"Ada kecoakkkkkkk!" teriak Dylan sambil melompat ketika kecoa itu melewatinya.

"Bangsul gue kira apaan!" protes Darren memukul kepala Dylan keras.

"Sakit bego!" Dylan mengusap kepalanya pelan.

"Bego teriak bego!" ucap Morel berlari kecil mendekati OB yang baru saja keluar dari salah satu kamar.

"Mas bisa minta kunci kamar nomor 510?" tanya Morel.

OB itu menerawang Morel dari atas sampai ujung kaki, "Masnya tamu hotel?"

"Bukan sih," jawab Dylan polos yang membuat ketiga temannya menatapnya tajam.

"Waduh saya nggak berani mas. Masnya kan bukan tamu," terang si OB.

"Gini aja deh mas saya kasih 500 ribu tapi kasih saya kuncinya," tawar Darren sambil mengeluarkan dompet gucci hitamnya.

"Mmm ya udah deh mas ini kuncinya. Tapi jangan bilang siapa-siapa ya kalo saya yang kasih!" jawab si OB memberikan kunci ke Darren.

"Tenang aja mas, sama kita mah aman," jawab Michael.

Mereka langsung kabur menuju kamar nomor 510 tanpa memberi si OB uang sebesar 500 ribu.

"Eh mas-mas!! Kalian belum kasih saya uangnya! Oy mas jangan kabur!" protes si OB sambil mengangkat kain pel.

***

Dibukanya pintu kamar nomor 510. Ketika sudah sedikit terbuka, Morel langsung membanting pintunya menjadi terbuka lebar, memperlihatkan Sean dkk dan Amora dkk.

Dalam kamar tersebut mereka melihat Valen yang berbaring di kasur berukuran king size dengan mata terpejam dan disebelahnya terdapat Dio yang sedang menggenggam tangan Valen dengan tatapan cemas.

Sedangkan Amora duduk disebelah Sean, Kayla disebelah Arviko, Camilla disebelah Oreo di sofa panjang yang terletak di sudut ruangan dengan cangkir berisi teh hangat di tangan masing-masing.

"Astaghfirullah!" Sean mengelus dadanya karena kaget.

Morel yang melihat itu langsung berjalan mendekati Sean dan menatap tajam. Lalu tiba-tiba ia mencekal tangan Amora dan menyeretnya keluar.

"Apa-apaan sih lo?!" protes Amora mengusap tangannya yang merah karena dicekal Morel.

"Lo yang ngapain?!" getak Morel.

Amora menatap Morel bingung. Kenapa tiba-tiba Morel marah-marah kepadanya tanpa alasan yang jelas. Apa salahnya? Selama ini ia sudah berusaha menjalankan hukuman yang Morel berikan dengan baik.

Amora tidak sadar bahwa sosok Morel yang dia lihat hari ini sedang cemburu dan salah paham karena dikiranya, Amora sedang melakukan sesuatu yang tidak-tidak dengan Sean.

"Emangnya gue salah apa sama lo?" protes Amora sambil mengerutkan alisnya.

Setelah dilogika oleh Morel, ternyata apa yang dilakukan terlalu mendadak dan susah ditangkap maksud perlakuannya oleh Amora. Jadi, Morel dengan wajah tertekuk berbalik meninggalkan mereka, termasuk teman-temannya.

Dylan yang menyadari kepergian Morel langsung memberi tahu Darren dan Michael lalu segera menyusulnya. Amora masih berdiri terpaku di depan pintu menatap punggung Morel dan ketiga temannya yang semakin lama lenyap dari pandangannya. Amora masuk kembali ke dalam kamar lalu mengajak Valen, Camilla dan Kayla pergi dari kamar.

Sean dan yang lainnya hanya bisa menatap pasrah kepergian Amora dan teman-temannya. Sean tahu ia tidak punya hak untuk menyuruh Amora dan teman-temannya tinggal lebih lama disini.

"Ya ampun Mor gue lagi pw banget tiduran, lo malah ngajak pulang," Valen mengerucutkan bibirnya seperti bebek.

"Ssst jangan ganggu Amora!" sergah Camilla sambil menekan tombol lift.

"Kenapa?" tanya Valen mengerutkan dahinya. Ia memang tidak tahu tentang konflik antara Morel dan Amora karena sedari tadi ia tidur.

"Jadi tadi Mor-" ucap Kayla terpotong karena tiba-tiba tangan Amora membungkam mulutnya.

"Please jangan dibahas lagi!" ucap Amora dengan pandangan teduh.

Amora, Valen, Camilla dan Kayla yang kembali lagi ke pesta menjadi perhatian tamu-tamu yang lain karena kejadian tadi. Valen yang melihat Morel dan yang lainnya langung menyapa.

"Kak Morel, Kak Mike, Kak Darren, Kak Dylan!" sapa Valen.

Morel dan yang lainnya mengabaikan sapaan Valen dan langsung bergabung di meja Laura dkk.

"Kok gue dikacangin sih Cam?" curhat Valen.

"Suara lo kurang kenceng kali," jawab Camilla sekenanya, ia sudah berjanji kepada Amora untuk tidak menceritakan kejadian tadi kepada Valen. Valen yang mendengar itu hanya menganggukan kepalannya.

"Tes tes tes," ucap Bianca mengetes mikrofon di depannya. Bianca memang ditunjuk sebagai salah satu MC selain Darren dan Fiona.

"Oke selanjutnya ada beberapa pengumuman yang mau di ucapin sama Laura, Laura silahkan naik ke atas panggung!" ucap Bianca semangat. Para tamu pun langsung memberikan tepuk tangan meriah saat Laura yang sekarang mengganti gaunnya menjadi gaun biru muda seperti Cinderella.

"Mmm jadi hari ini tepat umur gue 17 tahun dan gue bakal nyampein beberapa pesan buat beberapa orang. Buat mama papa makasih banget karena udah ngerawat Laura dari kecil. Maafin Laura kalo suka bandel dan nggak nurut sama mama papa, Laura janji bakal lebih baik lagi kedepannya," ucap Laura menatap kedua orang tuanya yang memegang kamera untuk merekamnya. Selanjutnya Laura menatap Bianca dan Fiona yang tidak lain sahabata karibnya.

"Buat my lovely Bianca sama Fiona makasih udah jadi temen yang selalu ada buat gue dan udah dengerin curhat gue selama ini. Ya walaupun kadang gue suka di kacangin," lanjut Laura tertawa kecil kepada Bianca dan Fiona.

"Yang terakhir buat kakak kelas yang mungkin udah bikin gue jatuh hati-" jeda sebentar sambil menoleh ke arah kedua temannya untuk meminta persetujuannya.

"Yaitu kak Morel, orang yang bikin gue suka semenjak pertama kali masuk ke AIHS, mau nggak jadi pacar gue?" tanya Laura dengan tatapan ragu karena takut ditolak.

FEIND [Completed]حيث تعيش القصص. اكتشف الآن