Sebenarnya aku penasaran juga, sih, kenapa Danu bisa ngajak Saka. Setahuku, Saka tidak terlalu dekat dengan orang lain.

Aku sudah sampai di lapangan basket sekolah. Hm? Ternyata dengan SMA lain, toh? Oh, sepertinya ini pertandingan untuk pembuktian adik kelas ke kakak kelas. Di luar dugaanku, banyak juga yang berminat melihat. He? Itu Pak Kepsek?! Beliau juga lihat?

"Eh, Amarai Wardana, ya?" aku menengok ke sebelahku, anak cewek kelas lain? Dia tahu namaku?

"Hai, nonton sparing juga?" dia mulai bertanya tanpa menunggu jawabanku

"Iya."

"Aku duduk disini, ya?" entah kenapa aku merasa cewek ini cukup ganjen.

Ya sudahlah, pertandingan sudah dimulai. Aku mendapatkan tempat yang cukup strategis sehingga bisa melihat dengan jelas. Karena hanya melawan 2 sekolah, pertandingan ini pasti cukup jika kuberi waktu 2 jam tadi. Paling-paling sejam juga selesai.

Itu dia Saka, sedang bersiap maju. Hm? Kenapa raut mukanya berubah seperti sedang mengerjakan soal Fisika beneran, ya? jangan-jangan, anak itu memang sedang menghitung-hitung?! Kalau tepat masuk, sih, syukur deh.

Permainan dimulai! Alur bola sudah dikuasai tim basket sekolahku, dan..

Itu Saka, dari jarak segitu, 15 meter dari ring, mau shoot? Yang benar saja?! eh tapi tunggu,

Wooooooohhhhhhh

Dia benar-benar melakukannya, dan masuk! Untung bukan ring sendiri. Threepoint?!

Aku melihat Saka hanya melongo ketika dipeluk oleh beberapa anggota tim. Banyak juga penonton yang berseru kegirangan. Aku bahkan mendengar suara 'Eh, itu siapa? Kok ganteng banget? shootnya pas lagi' Setelah itu, mereka bersiap lagi. Defense mereka bagus, ditambah Saka juga walaupun jelek di pertahanan, sepertinya bagus dalam menyerang. Dia, benar-benar menggunakan Fisikanya?

Selesai quarter pertama dengan SMA lain 12-18, mereka beristirahat. Terlihat sekali bahwa lawan sudah mulai kendor karena kelelahan. Namun, kenapa sepertinya Saka juga?

Tapi, kalau dilihat dari dia, sih, sepertinya sampai quarter terakhir dia mampu. Tapi, kenapa Danu keluar lapangan, ya? mencari-cari, kemudian pandangannya tertuju pada arahku?

Yah, dia memang berjalan kearahku, sih. Menghampiriku, sambil berkata, "Rai!' sontak semua menoleh kearahku

"Kenapa?"

"Dipanggil Saka, tuh." dia menyerukannya ketika telah berada di dekatku

"Ada apa?"

"Katanya suruh kesana dulu."

"Oke." ini anak kenapa?

Aku melihatnya duduk di bangku pemain, kemudian menghampirinya.

"Rai, aku udah bilang ke tim, kalau aku nggak kuat, quarter ketiga gantiin, ya?"

"HAH?!"

"Yah, tadi aku bener ngitung ketepatannya sih, tapi aku nggak ngitung energi yang diperlukan, jadi kaya'nya lebih dari yang seharusnya kupakai." dia hanya tersenyum, tapi aku bisa mendengar caranya bernafas lebih dari biasanya, bahkan mungkin agak susah mengatur dan mengembalikan seperti semula.

"Oke, lah. Apa perlu kugantikan sekarang?"

"Nggak usah, aku mau buka jalan buat kau, aku mau buat poin kita jauh dulu." dia berdiri sambil melangkahkan kakinya bersama anggota lain karena sudah waktunya mereka main lagi. sebenarnya kata-katanya bagus, tapi kok aku merasa direndahkan begitu, ya? akan kubuktikan kalau aku juga bisa membuat poin kita lebih besar lagi.

Quarter kedua juga sepertinya tidak berubah, poin kami semakin jauh, dan Saka juga menjadi pioneer dengan threepointnya. Tapi seperti katanya tadi, kalau sudah begitu, dia tidak bisa menghitung dengan baik energi yang diperlukan. Untunglah dia bisa bertahan sampai quarter kedua selesai. Seperti katanya tadi, 30-58, dia berhasil membuat timnya memimpin. Tentunya bukan hanya pengaruh dia saja, sih.

Quarter ketiga, aku sudah siap berganti dengan Saka. Kami istirahat sebentar. Kemudian, waktunya untuk maju quarter ketiga.

"Rai, tolong ya." Saka tersenyum lebar dengan nafas masih tidak teratur

"Iya-iya, nggak usah banyak senyum nanti capek sendiri." begitu kataku ke dia, tapi aku juga menengok kearah lain sambil tersenyum senang, sih.

Aku maju dan melihat, bahwa lawan juga sudah benar-benar kelelahan. Memang benar, sih, kalau mereka mengganti beberapa pemain. Namun, sepertinya penggantian itu malah membuat iramanya jadi jelek. Eh, tapi aku tidak boleh meremehkan lawan dulu.

Aku saat itu hanya bermodal seragam yang kukeluarkan dan lengan yang kutekuk. Uh, aku sungguh tidak suka penampilan tidak rapi seperti ini. Tapi biarlah, karena ini olahraga jadi kubiarkan saja. Baru saja aku melangkah untuk bersiap, aku mendengar para cewek berteriak kegirangan sambil berkata, "Itu siapa? Ganteng banget Gusti!!" "Iya, keren banget!' bahkan aku merasa kakak kelas cewek juga menatapku dan mengatakan hal yang hampir sama.

Oke, aku tidak punya kemampuan menghitung gaya sekuat Saka. Hanya saja, aku sedikit tahu bagaimana bermain basket, jadi ya, jalani saja.

Harus kuakui, aku merasa lawan sedikit merendahkanku karena aku pemain pengganti, yang menggunakan seragam sendiri. Kutunjukan lewat lay up dan dunk yang ku lakukan, dan sepertinya berhasil karena mereka hanya menatap melongo. Penonton cewek sepertinya lebih histeris lagi.

Yah, kulakukan apa yang bisa ku lakukan. Jujur, aku memang tidak ahli melakukan threepoint seperti Saka. Setidaknya sampai-

Brugh!

"Rai! Maafkan aku!"

"Adududu, iya nggak papa kok."

Eeeeee, aku tertabrak anggota timku dari belakang, sampai kacamataku lepas.

Begitu seriusnya aku, sampai tidak menyadari temanku sedang mendribble bola dari belakangku, dan akhirnya, mengenaiku yang langsung jatuh tertelungkup.

Aku mencoba untuk berdiri dan berlari, dan aku baru sadar

Kancing bawahku lepas! Penonton cewek yang tadi membicarakanku yang jatuh, langsung berteriak kegirangan. Bahkan aku tidak sengaja melihat kakak kelas yang mimisan. Ada apa, sih? Kurasa hawanya nggak begitu panas?

Quarter ketiga pun selesai. Saka menyambutku di bangku dengan tertawa

"Wah, udah cocok banget sama tokoh weptun yang jasnya berkibar mulu waktu perang."

"Iya, iya, aku tahu pesonaku sudah seperti tokoh weptun." tunggu, aku merasakan nada yang janggal, "tapi... eh, apa maksudmu?!"

"Kau tidak bisa membedakan mana pujian, mana ejekan, ya, Rai?"

APA?! Sudah kuduga aku merasa tidak beres dengan kata-katanya. Dan benar yang dilontarkan adalah ejekan.

"Ga usah minta gantiin!"

"Ya udah, tapi kamu menikmati juga, kan? Jujur aja!" dia hanya tersenyum nakal, kemudian berjalan ke arah Danu

"Aku dan Rai, semuanya maju. Boleh?" "Uhuk!" aku yang mau meneguk minumku, sungguh, hampir meneguk untuk yang kedua kalinya, tersedak mendengar kata-katanya

"Oh boleh, lagian kondisi kita udah nggak terlalu prima lagi. Tapi, kamu yakin udah nggak papa?"

"Yah, karena tuan putri itu sudah merobekkan gaunnya, maka saya babunya juga harus turun tangan." Saka tersenyum yang langsung kulempar dengan botol minumku sekuat tenaga. Apa-apaan dengan kata-katanya itu?!

***

seperti biasa, panduannya

*** > POV Saka

=== > POV Rai

_***_ > POV penulis

#### > POV Nadya/Lussi/orang lain

vote dan comment, ya

Lyris SbN

Kesha Mutia

HUJAN DI MUSIM PANASWhere stories live. Discover now