"Nino sepertinya sangat takut. Malam ini kita tidur bersama saja" ucap Daniel kemudian menuntun Rara. Rara tetap menggendong Nino dan menenangkan anaknya itu.

---

Rara mencoba menidurkan Nino, setelah membuatkan susu untuk Nino. Rara menatap anaknya yang sudah terlelap di kasurnya. Diusapnya kepala Nino dengan lembut dan penuh kasih sayang.

Pandangan Rara beralih pada kaki Nino.
"Kakinya membiru" lirih Rara.

Daniel yang sedari tadi mengamati istrinya itu kini mulai bersuara.
"Sudah dikompres bukan?" Rara hanya mengangguk dan tetap memandangi kaki anaknya.

"Kalau begitu pasti segera sembuh. Tidurlah"

Rara menghelas nafas.
"Aku masih khawatir" ucap Rara menatap Daniel.

"Nino baik baik saja Rara. Dia sudah bersama kita. Tidurlah hm" ucap Daniel lembut.

Rara berbaring miring menghadap anaknya. Begitu pula dengan Daniel menatap anaknya dan istrinya.

"Ah, aku jadi ingat saat kau bulan pertama mengandung Nino"

Rara menoleh pada Daniel.
"Memang ada apa?"

"Aku sangat khawatir padamu karna kau sakit terus. Kau tau setiap aku bekerja aku selalu mikirkanmu. Dan setiap jam aku akan menelfon rumah"

"Jinjja?"

"Hm, setiap kau tertidur aku selalu menatapmu khawatir. Aku takut itu tidak normal"

Flasback

Daniel masih tertidur ditempatnya kemudian meraba keberadaan istrinya. Namun Daniel merasa ada yang aneh.

Benar saja ketika dia membuka mata tak ada istrinya disampingnya.

"Huuueeekk"

Daniel mendengar suara itu langsung menuju kamar mandi dikamarnya. Dan mendapati Rara sedang terjongkok di wc.

"Rara gwenchana?" Tanya Daniel kemudian memijat leher istrinya itu.

Rara hanya menggelengkan kepala. Kemudian membuang isi perutnya kembali, namun tidak berhasil. Hanya cairan putih yang keluar.

"Aku sangat mual Niel" ucap Rara setelah selesai mengeluarkan isi perutnya itu

Daniel khawatir dengan kondisi Rara saat ini. Mencoba membantu Rara berdiri. Namun belum saja mereka berjalan Rara sudah pingsan. Untunglah Daniel dengan cekatan menangkap tubuh Rara.

"Rara? Ireona" Daniel menempelkan tangannya ke dahi Rara.

"Hangat" Daniel menggendong Rara menuju tempat tidur mereka dan menyelimuti tubuh Rara.

Daniel mencoba menelfon kakak sepupunya dokter Shin.

"Yeoboseo"

"Yeoboseo, ah Nuna bisa kau datang sekarang ke rumahku?"

"Ada apa Niel, ini baru jam 6 pagi kau sudah...."

"Rara pingsan nuna. Badannya hangat dan sempat mual" ucap Daniel memotong pembicaraan.

"Jinjja? Arraseo nuna akan segera mungkin datang. Tunggu sebentar"

Kemudian Daniel menutup telfonya. Pandangannya beralih pada Rara. Daniel menatap Rara khawatir.

"Rara ireona" lirih Daniel.

---

"Nuna? Eotteoke?" Tanya Daniel. Khawatir sambil memegang tangan Rara.

Ayah Daniel sudah ada di kamar Daniel sedari tadi. Ayah Daniel juga sedikit khawatir ketika mendengar Rara pingsan dan belum sadar sampai saat ini.

Raut muka dokter Shin sedikit tersenyum. Daniel melihat itu bingun.

"Nuna eotteoke? Aku serius" ucap Daniel memelas.

"Niel kau tak usah khawatir. Ini biasa pada ibu hamil"

Daniel mengerutkan dahinya.
"Mwo?"

"Apa itu artinya Rara hamil?" Tanya ayah Daniel.

Dokter Shin mengangguk.
"Ne, Rara hamil. Usia kandungannya baru 2 minggu"

"Ji...jinjja nuna?!"

"Aku tidak bohong Niel"

"Wahhh" ucap Daniel tak percaya sembari sedikit tersenyum.

"Tapi Nuna kenapa Rara sampai panas seperti ini? Kemudian pingsan?"

"Eommamu juga seperti itu dulu Niel. Badannya hangat dan lemah jadi appa melarangnya pergi. Sepertinya Rara seperti eomma dulu" jelas ayah Daniel.

"Hmm, mungkin" sekarang tatapan Daniel kepada Rara dan mengelus kepala Rara.

---

Karna Rara belum kunjung siuman Daniel tak jadi berangkat kerja karena khawatir dengan kondisi Rara. Daniel selalu disamping Rara.

"Rara, setidaknya bangunlah sebentar. Aku takut" lirih Daniel.

"Hmm Daniel" panggil Rara lemah.

"Rara, kau sudah bangun"

"Jam berapa ini. Ah, aku harus memasak" ucap Rara sembari akan bangun.

"Aniyo, aniyo tidak usah Rara. Istirahatlah" ucap Daniel menahan Rara.

"Wae? Kita harus bekerja"

"Aniyo Rara, aku sudah ijin. Dan aku juga telah mengijinkanmu. Kau sedang dalam kondisi lemah Rara"

"Aku bisa menahanya Niel"

"Rara dengarkan aku. Kau harus banyak istirahat untuk kali ini. Dan bukan hanya hari ini. Tapi selama 9 bulan kedepan" ucap Daniel sambil menggenggam kedua bahu Rara.

Rara mengerutkan dahinya.
"Maksudmu apa Niel? Apa aku sakit berat?"

Daniel menggeleng. Bibirnya kini tersenyum.
"Rara kau akan menjadi seorang eomma dan aku akan menjadi appa"

Rara membulatkan matanya.
"Mwo? Niel, apa maksudmu aku hamil?"

Daniel mengangguk.
"Hm, sekarang dia berusia 2 minggu"

Rara langsung memeluk Daniel.
"Akhirnya, kita akan menjadi eomma dan appa" ucap Rara senang. Daniel membalas pelukan Rara.

---

14 hari

"Rara sudah ku bilang jangan terlalu bekerja keras" ucap Daniel sedikit meninggikan suaranya.

"Niel, aku masih bisa" ucap Rara lemah.

"Aniyo. Kau tak boleh kelelahan. Lihat kau sekarang pingsan bukan. Kau berhenti bekerja saja"

"Niel, kenapa kau seperti itu"

"Rara, aku tidak mau kau selalu seperti ini. Ini membuatku khawatir" ucap Daniel kesal.

"Niel ini biasa di alami orang hamil. Gwenchana, ketika dia berumur lebih dari 3 bulan aku yakin dia akan biasa saja"

"Hah~" Daniel hanya menghelas nafas.

---

"Yeoboseo Min ahjuma"

"Ye tuan"

"Bagaimana dengan Rara?"

"Nyonya sudah pulang tuan. Dia sedang beristirahat di kamar"

"Ah ya sudah kalau begitu. Nanti aku telfon lagi"

"Ye tuan"

Flasback end

Rara tersenyum melihat Daniel. Mengingat masa masa mengandung Nino membuatnya teringat begitu proktetifnya Daniel saat itu.

"Aish, untunglah sekarang dia lahir"

"Ya, dan aku sangat bahagia" ucap Daniel kemudian tersenyum pada Rara dan Rara membalasnya.

.
.
.

Terimakasih yang sudah membaca, vote dan coment ^^ kalau ada yang mau reques alur bisa lewat coment ya. Author bakal ngusahain buat membuatnya. Terimakasih ❤❤

My Nurse - Kang DanielTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang