Part 11

6.1K 641 18
                                    

.
.
.
Part 11
(First Time)
.
.
.

Daniel nampak bahagia menjalani pemotretan baju kali ini. Wajahnya terlihat berseri dan aura kebahagiaan menyelimutinya beberapa hari ini. Daniel juga nampak lebih ramah dengan orang orang disekitarnya.

"Ah, Daniel-ssi nanti kau harus berganti yang ini. Kau mengertikan" ucap salah satu staff.

"Ah, tentu"

"Ah ne, kalian jangan lupa makan siang. Aku sudah pesan makan untuk semua staff disini" tambah Daniel

"Ah, ne Daniel-ssi. Gomawo"

Daniel berjalan dan mengambil ponselnya. Terlihat dia menekan layar ponselnya dan mencoba menghubungi seseorang.

"Yeoboseo" terdengan suara seorang wanita yang lembut.

"Hm, Rara-ya"

"Ada apa Daniel-ssi"

"Aniya, aku hanya ingin menelfonmu. Aku tidak menganggumu kan"

"Aniya, gwenchana. Daniel-ssi kau sudah makan bukan?"

"Belum"

"Kau harus makan" entahlah Daniel sangat senang ketika Rara khawatir padanya seperti ini.

"Hm, aku akan makan bersama staff yang lain"

"Baguslah, bersikap baiklah pada mereka. Karna mereka, kau bisa sukses seperti ini"

"Ne Rara-ya"

"Baiklah. Kalau begitu istirahtlah. Jangan lupa kau harus memeriksa tanganmu minggu depan. Walau sudah sembuh. Arraseo"

"Ne Rara-ya. Dan bolehkah aku mengajakmu pergi sebentar?"

"Kemana?"

"Taman bermain"

"Bagaimana ketika aku libur saja Daniel-ssi"

"Tapi itu masih lama"

"Kang Daniel...."

"Ya, ya. Kau adalah seorang suster. Tidak bisa seenaknya pergi dan kewajibanmu adalah merawat pasien. Arra, arra Rara-ya" ucap Daniel.

"Gomawo, gwenchana?"

"Ne, gwenchana Rara-ya"

"Ya sudah istirahatlah"

"Ne"

Daniel menutup telfonnya seketika senyumnya mengembang kembali. Sebentar lagi suster Lee akan menjadi miliknya itulah yang batin Daniel katakan setiap hari.

###

Rara menutup telfon dari Daniel dan menatap layar ponselnya sejenak.

"Ada apa Rara?" Ucap seseorang lembut.

"Ah, Shin uisa-nim" Rara langsung berdiri dan membungkukan badannya.

Dokter Shin tertawa kecil.
"Apakah tadi Daniel yang menelfon?"

"Ye?" Rara membulatkan mata, pasalnya bagaimana dokter Shin tau hal itu.

"Ah, mianhae Rara tadi aku tidak sengaja mendengarmu. Apa benar itu Daniel?"

"Ye uisa-nim. Mianhamnida saya tidak bermaksud apapun"

"Aniya, aku tak masalah Rara-ya jika itu Daniel. Aku bahkan sangat senang. Bagaimana kabarnya? Aish, anak itu sudah jarang menghubungiku lagi"

"Setahu saya di baik baik saja uisa-nim. Daniel tadi baru saja bilang akan makan bersama staff"

"Syukurlah" Dokter Shin melihat sekitar. Dan diruangan itu terlihat sepi.
"Rara-ya. Terima saja Daniel"

"Ye?!" Rara sedikit terkejut dengan apa yang dia dengar tadi.

"Aku sudah tau Daniel sangat menyukaimu dan dia pernah menyatakannya padamu. Apa kau tidak berniat menerimanya?"

Pertanyaan itu sukses membuat Rara bingung seketika.
"Mm, u..u..uisa-nim sebenarnya saya masih memikirkan hal itu"

"Rara-ya dengarkan aku. Daniel adalah anak yang sangat baik, karna kesibukan ayahnya lah Daniel menjadi acuh pada siapapun. Tapi karna kau Daniel sedikit demi sedikit berubah. Daniel tak pernah berubah sepesat ini. Kulihat Daniel sungguh sungguh mencintaimu. Apa yang harus kau pikirkan lagi Rara-ya"

"U..uisa-nim"

"Cepatlah berikan jawabanmu. Dan ingatlah, kau sendiri yang tau akan perasaanmu. Aku pergi dulu" Dokter Shin memegang bahu Rara sejenak kemudian pergi.

Rara terduduk ditempatnya. Pikirannya kini pergi entah kemana. Dia bingung dengan perasaannya saat ini. Akankah Rara menerima Daniel.

###

Daniel berlari menuju tempat informasi secepat mungkin setelah tangan kananya diperiksa.

"Suster tolong panggilkan suster yang bernama Lee Rara"

"Ne tunggu sebentar tuan"

Daniel duduk di tempat tunggu. Untunglah Daniel menggunakan topi dan masker yang membuat siapapun tak tau jika Daniel adalah seorang Idol.

10 menit sudah Daniel menunggu itu, terasa cukup lama untuk Daniel menunggu kedatang Rara.

"Maaf apa tadi ada seseorang mencariku?"

Daniel paham dengan suara itu langsung berdiri dan mendekati Rara.

"Rara-ya"

"Ah, Dan..." Daniel langsung memeluk Rara dan membawa Rara pergi ke taman dekat rumah sakit.

Daniel membelikan sebuah ice cream untuk Rara. Rara hanya menerimanya dan duduk di kursi taman itu.

"Kau sudah memeriksa tanganmu"

"Ne, lihat lah" Daniel memamerkan tangannya yang kini sudah tidak dibalut perban yang tebal tetapi hanya dengan sebuah splint.

Rara memegang tangan Daniel dan mengamati tangannya.
"Apa kau tidak mematuhi kata dokter" Rara masih mengamati tangan Daniel. Daniel hanya tersenyum senang, Daniel senang saat Rara memperhatikannya. Jika seperti ini Daniel rela jika harus cendera lagi.

"Kang Daniel" ucap Rara sedikit tegas.

"Ne" ucap Daniel spontan.

"Apa kau tidak mematuhi kata dokter? Ini sudah lebih dari satu bulan Daniel. Seharusnya tanganmu lebih baik dari ini"

"Ah, itu aku melakukan kesalahan kemarin. Hingga membuat tanganku sedikit cendera kembali" Daniel tersenyum dan membuat matanya sipitnya terbentuk lebih sipit.

Rara menghelas nafas dan memakan ice creamnya kembali. Tak lama kemudian Daniel mencoba tidur di pangkuan Rara.

"K..Ka... Kang Daniel" Rara menatap Daniel bingung.

"Biarkan aku seperti ini sebentar Rara-ya. Aku ingin istirahat"

Rara hanya terdiam dan memakan ice creamnya dengan tenang. Begitu pula dengan Daniel.

###

"Saya tak sengaja melihat ini nona"

Beberapa foto Daniel yang sedang tertidur dipangkuan Rara membuat Haerin marah. Haerin meremas foto itu sampai tak berbentuk dan membuangnya asal.

"Aggghhh, dia tak menghiraukan ancamanku! Pantau mereka terus dan apa yang mereka lalukan hari hari kedepan"

"Baik nona"

"Awas saja jika aku tau Rara dan Daniel bertemu lagi. Adikmu tidak akan selamat. Lee Rara!" Ucap Haerin penuh amarah.
.
.
.

Terimakasih untuk yang sudah membaca dan mengvote. Author akan bekerja lebih keras lagi agar hasil cerita "My nurse" lebih baik lagi. Sekali lagi terimakasih ^^

My Nurse - Kang DanielTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang