Chapter Two -Tragedy-

65.8K 6.1K 144
                                    

^-^×^-^

Michaela memeriksa setumpuk map berbeda warna yang berada dalam dekapannya untuk memastikan tidak ada satu pun yang tertinggal. Kemudian kepala gadis itu mendongak menatap langit yang kini telah gelap. Hari memang sudah beranjak menuju malam, namun lihat, kini Michel masih baru saja keluar dari lingkungan sekolah.

Di situasi seperti inilah terkadang Michel menyetujui pendapat Helena dan menyesali pilihannya untuk bergabung ke organisasi kesiswaan. Ekspektasi Michel sudah terlalu tinggi sejak awal bergabung, seperti para siswa lain yang akan hormat dan segan padanya, memiliki banyak teman, serta populer.

Sayangnya tidak ada satu pun yang menjadi kenyataan. Selama kakak tingkat masih ada, kekuasaan berada di tangan mereka dan Michel hanyalah pesuruh. Jangan pula bicarakan popularitas, karena teman yang Michel miliki saat ini tetap hanya Helena, sedangkan sisanya datang ketika butuh dan pergi ketika kebutuhannya terpenuhi.

Sesungguhnya ini tidak mengejutkan. Memang begitulah hidup berjalan, bukan?

"Hahhh..." Menarik napas panjang, sesekali Michel tampak merapikan map sialan yang merosot jatuh dari pelukannya.

Oh God, ini berat!

"Seandainya tadi aku sedikit bersabar menunggu kedatangan bus kota dan tidak menggunakan jalur kereta bawah tanah. Mungkin aku tidak harus berjalan sejauh ini," omel Michel pada dirinya sendiri.

Akan tetapi, nasi terlanjur menjadi bubur. Menggerutu berkali-kali pun tidak akan mengubah kenyataan jika sekarang Michel harus melalui sebuah lorong gelap yang menjadi jalan pintas untuk tiba di rumah.

Sial! Ini jauh menyeramkan dari yang kuduga, batin gadis itu dengan tubuh yang bergidik pelan.

Ini memang bukan pengalaman pertama Michel menggunakan jalan pintas. Hanya saja, ini kali pertama ia melaluinya di malam hari dan semua terlihat jauh berbeda.

Akhirnya setelah menguatkan tekad, Michel berlari menyusuri lorong seram tersebut.

Setelah berhasil, gadis itu langsung berhenti tepat di ujung lain lorong untuk mengatur napas. "Sepanjang hari ini aku terus ditimpa kesialan," desisnya kesal.

Mungkin memang benar. Hari ini sepertinya pantas dinobatkan sebagai hari terburuk di hidup Michaela. Setelah terlambat, kehilangan ciuman pertama, dihukum oleh pengawas, menabrak dan mengotori seragam kakak tingkat, bahkan kini ia harus melewati jalan pintas yang sangat seram.

Michel sungguh penasaran, apakah semesta masih bisa membuat hari ini lebih mengerikan lagi.

Unfortunately, semesta langsung menjawab kontan pertanyaan Sang Gadis.

Tepat pada sebuah jembatan, yaitu satu-satunya jembatan yang harus Michel lalui agar ia dapat tiba di rumah, berdirilah satu sosok yang Michel yakini merupakan seorang pria. Pria itu tampak berdiam di tengah jembatan dengan posisi tubuh yang membelakangi Michel.

Sesaat langkah Sang Gadis terhenti di ujung jembatan. Detakan jantungnya yang baru saja tenang pun kini kembali berpacu hebat.

Stop thinking to much, Michel! Belum tentu orang itu memiliki niat jahat.

Sialnya, sugesti tersebut tidak berhasil membuat getaran tubuh Michel mereda. Terutama setelah gadis itu mengamati pakaian aneh yang digunakan Sang Pria.

Seingat Michel tidak ada trend berpakaian dengan menggunakan jubah dan tudung hitam akhir-akhir ini. Bahkan jika pun ada, satu-satunya saat yang tepat menggunakan kostum seperti itu hanya di malam Halloween.

Ah, abaikan saja Michel! pikirnya.

Gadis itu pun memilih melangkah cepat pada jalur di sisi kanan, sisi yang berbeda dengan keberadaan Sang Pria Aneh agar tidak perlu ada interaksi yang terjadi di antara mereka.

My Cold Vampire (END)Where stories live. Discover now