Chapter Seventy Nine -Final War-

4.5K 334 65
                                    

^-^×^-^

Mungkin ada ratusan atau bahkan ribuan barisan prajurit kerajaan yang terlihat di sepanjang Bukit Castellum. Mereka terdiri dari berbagai bangsa, baik vampir, werewolf, maupun wizard. Edmund sengaja mengkombinasikan ketiganya alih-alih memisahkan mereka menurut bangsanya masing-masing, agar bisa memperoleh kekuatan terkuat. Jadi bangsa vampir harus ikut menjaga wilayah werewolf, begitu pun sebaliknya. Dan bila mereka berhasil mengalahkan musuh, merebut kastil wizard juga akan jauh lebih mudah.

Sementara itu, strategi perang Edmund terbagi dalam dua hal utama, yaitu penyerangan dan pertahanan. Untuk penyerangan, pasukan vampir dan werewolf akan memiliki porsi lebih besar. Sedangkan benteng pertahanan diserahkan penuh pada pasukan wizard. Mayoritas dari bangsa wizard bertugas menciptakan perisai pelindung agar serangan secara fisik maupun sihir tidak dapat menembus wilayah kerajaan.

Sebagai seorang raja, Edmund tampak mengambil posisi terdepan. Lelaki itu yang akan memimpin langsung pasukan kerajaan. Lalu di sisi kanan dan kirinya, terlihatlah kedua pewaris, Alaric dan Esteve yang juga sudah siap dengan baju perangnya.

"Apa sudah ada pergerakan dari musuh?" tanya Alaric pada Gerald yang berdiri tidak jauh.

Sesaat Gerald terdiam untuk melakukan mindlink dengan prajurit yang bertugas mengamati pergerakan musuh.

Lalu setelah mendapat informasi, Gerald segera melapor pada Alaric. "Belum ada Pangeran."

'Dad, apa tidak lebih baik jika kita melakukan serangan lebih dulu? Kita bisa menyerbu kerajaan wizard,' usul Alaric pada ayahnya melalui mindlink.

'Tidak,' jawab Edmund. 'Kekuatan kita bisa terpecah. Kita harus menyelesaikan peperangan ini di bukit Castellum.'

Lagipula akan lebih berisiko jika mereka masuk ke wilayah musuh. Bisa saja ada jebakan yang disiapkan di sana.

Tidak berlangsung lama setelah percakapan Edmund dan Alaric, suara sangkakala pun terdengar. Begitu menggelegar mengisi keheningan yang berkuasa. Suara itulah yang menandakan bahwa pasukan musuh telah tiba.

"BERSIAP!" Edmund berteriak lantang dan seluruh prajurit langsung bersikap siaga.

Di depan sana, para pasukan Mort mulai bergabung di kawasan Bukit Castellum. Sedikit demi sedikit hingga menjadi berbaris-baris banyaknya. Mereka tidak hanya terdiri dari ketiga bangsa besar di dunia immortal, tetapi juga makhluk-makhluk terkutuk dari hutan kegelapan seperti troll, hobbit, dan yang lain. Pasukan itu juga membawa persenjataan perang yang cukup lengkap.

Semula tidak ada yang aneh. Pasukan Mort masih tampak sesuai dengan prediksi Edmund.

Namun kemudian Sang Raja mulai menyadari bila Erlan dan Dalton tidak ada di sana. Hanya kehadiran Vallen dan Lennon yang tampak mencolok di depan pasukannya masing-masing.

Tunggu! pikir Edmund. Mengapa Erlan dan Dalton tidak terlihat?

Bukan hanya Edmund, nyaris seluruh pejabat dan orang-orang penting di kerajaan mempertanyakan hal yang sama. Dimana Erlan? Mengapa dia tidak bergabung dengan pasukan musuh?

Di lain sisi, Esteve memikirkan hal berbeda. Sejak tadi manik hitamnya sudah sangat sibuk mencari-cari keberadaan Michaela. Namun setelah beberapa saat, lelaki itu tidak kunjung menemukan apa yang diinginkan. Michel, Helena, bahkan Gregory tidak tampak di kawasan Bukit Castellum.

Lalu mendadak mindlink dari Ireneo terdengar. 'Esteve, bukankah jumlah pasukan musuh lebih sedikit dari kita perhitungkan kemarin?'

Pertanyaan itu membuat kerutan di dahi Esteve kian jelas. Situasi ini terasa aneh sekali.

Apa sebenarnya yang mereka rencanakan? batin Sang Pewaris Kerajaan Vampir.

"Apa kau tidak ingin menyerah saja Ed?!" Tiba-tiba Vallen berteriak lantang menyuarakan pertanyaan retoris. "Kau tahu benar, kami memiliki kekuatan terkuat. Anak yang Ditakdirkan itu berpihak pada kami."

Mendengar Vallen membawa-bawa Michel, Esteve seketika bereaksi. Ia nyaris saja melesat ke sana untuk mematahkan leher Sang Kepala Keluarga Carter jika Alaric yang berdiri di sebelahnya tidak lekas menahan.

'Tenang Esteve. Dia hanya ingin mempermainkan emosimu,' mindlink Alaric.

"Jika kau menyerah, kita bisa menyelesaikan ini tanpa pertumpahan darah?!" tawar Vallen lagi.

Edmund sontak melempar senyum miring. "Terimakasih untuk tawaranmu, tetapi tidak. Mati terdengar lebih menyenangkan daripada menyerah."

Kepercayaan diri Sang Raja membuat Lennon berdecih. "Kalau begitu sesuai dengan permintaanmu," sambarnya.

"SERANGGG!"

... Selanjutnya telah tersedia di KaryaKarsa @kyutsgirl

^-^×^-^

Greet me on ig : realjoee_

Halooo👋 Hehehe😬 Jangan ngamuk dong.

Iya salah. Aku salah karena tiba-tiba move ke KaryaKarsa tanpa pemberitahuan lebih dulu. Aku juga sadar kalau kalian kecewa. Awalnya aku pikir karena hanya 4 part doang, engga bakal memberatkan. Tapi kayaknya engga ya. Komen di chapter terakhir juga ngeri banget. Jujur karena ini kali pertama aku dapat hate komen, jadi aku agak terkejut. Beberapa juga dm aku di ig dan bilang keberatan. Kalian nuntut untuk ditamatin dulu di wattpad.

Btw makasih buat kalian yang ngertiin posisi aku dan dm dengan cara baik² di ig untuk menyampaikan keberatan kalian. Aku apresiasi banget👏

Nah jadi di sini aku mau bilang kalau chapter 79, 80, dan epilog bakal ada di wattpad. Mungkin engga selengkap di KK, tapi cukup menjelaskan alur kisahnya. Sorry banget chapter 77 dan 78 tetap ga bisa aku publish di wattpad. Karena udah ada yg beli dan menurutku ga adil juga untuk mereka yang udah beli. Chapter 79 ini di wattpad ada 2.500 kata dan di KK ada 4.500 kata. Kalau engga memberatkan kalian, boleh dukung aku yaa...

Beberapa orang bilang lebih pengen beli novelnya secara fisik. Sama aku juga hehehe. Tapi belum ada penulis yg lirik 🙃

Makasih karena kalian udah baca ini dan maaf buat keputusanku yang engga tepat dan mengecewakan kalian. Sorry ya hehehe. Aku juga masih penulis amatir dan MCV karya pertama aku. Jadi maaf ya. Tolong tetap tunggu karya aku selanjutnya❤️

Luv u gengs!🤟


My Cold Vampire (END)Where stories live. Discover now