^-^*^-^
Sepasang kaki J terus berjalan mengikuti langkah Sang Pemandu yang ada di depannya. Raut kebingungan terpancar jelas dari wajah penyihir perempuan itu. Pikirannya pun dipenuhi berbagai pertanyaan. Pertanyaan seperti kemana mereka akan pergi? Mengapa hanya berdua? Lalu untuk apa? Apa yang hendak mereka lakukan?
Sayangnya sejak keluar dari area rumah persembunyian, J tidak juga mengungkapkan pertanyaan-pertanyaan tersebut. Penyihir itu memilih bungkam dan menekan rasa penasarannya.
Hingga kemudian, Sang Pemandu yang tidak lain adalah Michaela, berhenti melangkah. Ia berbalik lalu berkata, "dengar! Hari ini kita memiliki sebuah tugas penting."
"Tugas penting di daerah kerajaan wizard?" tanya J kala menyadari arah tujuan mereka.
Michel mengangguk. "Kau tahu bukan ini wilayah siapa?"
Seolah mendapat pencerahan, J lekas bertanya, "Kau ingin kita mengawasi kelompok Lennon?"
Michel menggeleng. "Bukan mengawasi namun menciptakan api."
"Kau bersedia?" tutur Michaela lagi.
J sontak tertawa pelan. "Kau sudah membawaku ke sini. Memangnya aku memiliki pilihan untuk menolak?"
"Tentu kau punya," sambar Michel. "Kau hanya perlu kembali ke rumah persembunyian. Aku tidak akan melarang."
Namun J malah menggeleng cepat, seolah ia bahkan tidak membutuhkan waktu untuk berpikir. "Menciptakan api terdengar menyenangkan, maka aku akan bergabung," jawabnya.
"Bagus!" Lalu Michel merogoh sakunya dan mengeluarkan sesuatu dari sana.
Itu sebuah ramuan. Ramuan yang dulu pernah digunakan oleh Michel dan Helena ketika membuntuti Pablo di perkemahan immortal. Ramuan yang dapat menyamarkan aroma tubuh dan membuat mereka yang meminum tidak kasat mata.
"Sebelum itu, kita harus meminum ini lebih dulu."
J mengambil botol yang disodorkan Michel, lalu berseru, "cheers!"
... Selanjutnya telah tersedia di KaryaKarsa @kyutsgirl
Cuplikan Chapter 78 -Make a Mess-
"E dan M?" ujar Esteve bingung.
Michel mengangguk. "Esteve dan Michel. Bukankah bagus?"
^-^*^-^
Greet me on ig : realjoee_
YOU ARE READING
My Cold Vampire (END)
VampireMichaela sangat mencintai kehidupan normal sebagai salah satu gadis remaja di London. Ia selalu bersyukur untuk kedua orangtua yang membesarkannya penuh kasih sayang dan juga kehadiran Sang Sahabat yang selalu setia. Meskipun tidak memiliki kisah pe...
