8; t a u r i d s

3K 246 339
                                    

8; t a u r i d s
Menyelam lebih dalam

▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀

Elara bukannya merasa sedih atau apa malah menahan untuk tidak tertawa melihat pesan singkat yang dikirimkan oleh Maminya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Elara bukannya merasa sedih atau apa malah menahan untuk tidak tertawa melihat pesan singkat yang dikirimkan oleh Maminya. Oke, jawabannya adalah emot yang dipakai Kirana. Dapat dari mana coba emot begitu? Elara langsung mengetikkan balasan pesan singkat Kirana mengenai; Maminya yang tidak bisa menemani Elara untuk melakukan photoshoot dengan brand sepatu lokal yang lumayan terkenal nanti Sore pulang sekolah.

But, that's okay. Masih ada Kak Rian yang belum juga pergi dari rumah.

Dan yang sekarang Elara harus lakukan di jam istirahat pertama ini ialah berjalan menaiki tangga untuk sampai ke rooftop di lantai empat. Kebayang bagaimana lelahnya. Jika bukan untuk menemui Ardi yang kata Reza—temannya, berada di atas sana, Elara tidak akan sudi.

Memang, kelas Elara itu di lantai dua tetapi dia tadi ke lantai satu dulu. Karena Elara pikir Ardi ada di kelasnya. Dan Elara harus ke lantai empat. Dari lantai satu. Bayangin.

"Kenapa nih sekolah gak nyediain lift aja sih elah!" Elara dengan napas putus-putus menggerutu. Dirinya sudah sampai di rooftop. Berpegangan dengan pintu di sampingnya seraya mengatur napas.

Dan hal pertama yang Elara lihat setelah mendongak; Ardi sudah berdiri tidak jauh dari dirinya. Melihat ke arahnya. Datar-datar saja mukanya. Elara mengerjap. Ardi melepaskan kedua earphone-nya. Memasukkannya bersama ponselnya ke saku celana. Menyembunyikan kedua tangannya juga di sana. Masih tenang. Diam.

"Lo bolos?" Pertanyaan pertama yang Elara keluarkan untuk Ardi.

Ardi berjalan mundur hingga punggungnya menyentuh tembok pembatas di belakangnya itu. Mengangguk pelan. "Gue ngerjain PR gue."

Elara mengikuti ke mana pandangan Ardi mengarah dan terlihatlah buku tulis yang sampulnya sudah tidak karuan di dekatnya itu. Ada pulpen hitam milik Ardi juga di sana. Elara melihat ke arah Ardi lagi. "Sampe harus bolos dua pelajaran?" Bukan Ardi banget. Elara bisa mengatakan itu. Karena.. memang bukan, 'kan?

Untuk pertanyataan yang satu itu butuh waktu lama untuk Ardi menjawab. "Apa peduli lo?"

Ah iya. Apa peduli Elara memangnya? Ardi mau bolos seharian kek, memangnya kenapa?

Elara mengigit bagian dalam pipinya. Tidak tahu harus mengatakan apa. Tangannya merogoh saku seragamnya dan mengeluarkan sebuah foto dari sana. Elara melangkah mendekat ke arah Ardi. Mendekat hingga tangan Elara yang terulur bisa Ardi gapai dari jarak ini. "Kebawa sama gue pas semalem gue di mobil lo. Siapa tuh? Adek lo ya?"

1.4 | babyWhere stories live. Discover now