7; l e o n i d s

3.1K 261 435
                                    

7; l e o n i d s
Tanpa pernah ingin digapai

▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀

Jika ada yang bertanya apa hal yang bisa membuat seorang Ardi Keavandro takut, maka jawabannya adalah hujan dan gelap.

Bayangan itu akan menghampiri Ardi kembali lalu membuat Ardi merasa bersalah dan membuatnya sesak. Kesulitan untuk bernapas.

Ardi masih diam di dalam mobilnya. Ia baru saja mengantarkan Elara pulang. Di sini lah Ardi sekarang, berada di dekat rumah Elara hingga menunggu hujan berhenti. Jam di ponselnya menunjukkan pukul 07.12 pm. Ardi memasukkan kembali benda pipih itu ke saku jaket.

Tidak ingin nekat juga untuk pergi dengan keadaan seperti ini. Ardi mulai menyilangkan kedua tangannya di atas kemudi. Menenggelamkan kepalanya juga di sana. Kangen. Kangen banget sama Chloe.

Mata Ardi tertutup rapat-rapat. Mencoba untuk menyingkirkan semua kilasan mengerikan itu. Jangan sekarang. Karena Ardi tidak mempunyai seseorang di dekatnya. Jangan sekarang. Karena orang yang bisa membuatnya tenang tidak ada di sampingnya. Jangan sekarang.

Hingga suara ketukan di jendela mobil Ardi terdengar. Ardi menghela napas pelan ketika melihat Elara yang berada di sana. Berdiri dengan payung birunya. Mau tidak mau Ardi membuka pintu mobilnya lagi. Di dekat Elara, Ardi berusaha menekan ketakutannya sendiri dalam-dalam.

"Ada apaan?" tanya Ardi kemudian saat Elara sudah masuk ke dalam mobilnya.

Yang Ardi tidak pernah sangka sebelumnya, Elara mengulurkan satu kotak jus jambu padanya. Tersenyum tipis juga. "Ambil nih," katanya.

Ardi mengernyit tetapi tak lama tangannya mengambil alih kotak jus jambu dari tangan gadis itu. "Thanks," ujar Ardi tulus dan menggenggam kotak jus jambunya yang kini mulai Ardi rasakan mendingin di kedua tangannya.

"Kok lo belom pulang, Kak? Lo ngantuk ya? Mau nginep di rumah gue aja? Bahaya tau lo ngantuk terus maksain nyetir."

Mendengar itu, Ardi yang tadinya menunduk kini mendongakkan kepalanya ke arah Elara lalu melihat ke rumah Elara secara bergantian. "Gue boleh nginep di rumah lo?" tanyanya memastikan. Alisnya terangkat sebelah.

Elara mengganggukkan kepalanya cepat-cepat. "Kak Rian baru pulang dari Jogja. Lo bisa tidur sama dia di kamarnya."

Padahal tadinya Ardi hanya basa-basi. Ardi manggut-manggut saja mendengar sahutan Elara. Dan mengubah posisi duduknya hingga setengah tubuhnya menyentuh pintu mobil. Menghadap ke arah Elara yang kini sedang meminum susu cokelatnya. Meneliti baik-baik wajah Elara dari samping. Elara sedang mengikat rambutnya memudahkan Ardi untuk mengamati wajahnya itu.

Ardi pernah mengatakan bahwa Elara mirip sekali dengan seseorang yang Ardi kenal—tetapi sepertinya tidak mungkin juga.

Sadar diperhatikan oleh Ardi, kepala Elara perlahan-lahan menoleh ke arah Seniornya itu. Yang Elara sesali tidak langsung menghindar ketika Elara sudah menangkap basah Ardi memerhatikan dirinya. Duh, jadi Elara yang tidak nyaman sekarang.

Anehnya, beberapa saat mereka berdua hanya diam saja. Suara rintik hujan yang dominan terdengar. Elara merasakan lama-kelamaan memerhatikan Ardi seperti ini tidak membuat dirinya gugup lagi. Itu keanehan kedua. Elara akan menyentuh sisi wajah Ardi sekarang juga—itu keinginannya ketika berada di dekat Ardi, kemudian Elara pendam dalam-dalam.

"Lo gak mau masuk ke rumah lo?" Ardi bertanya dengan pelan sekali. Masih tidak bergerak pada posisinya. Masih melihat ke arah Elara lurus-lurus.

Elara menggeleng. "Bilang gue kalo lo mau pergi."

1.4 | babyजहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें