4; p i p u p p i d s

4.4K 303 475
                                    

4; p i p u p p i d s
Ingin menjadi diri sendiri

▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀▀

"Ardi, udah sampe rumah?"

Ardi menutup pintu lemari pendingin dan menutupnya kembali. "Gue gak balik ke rumah. Lo lagi ngapain, Ra? Udah minum obat?" tanya Ardi, sengaja untuk mengalihkan pembicaraan. Lalu, menegak air mineral dingin dari botol yang baru Ardi ambil. Berjalan menuju ke balkon dengan suara Meira yang terdengar di seberang sana mengatakan,

"Aku baru aja selesai bantuin Bunda bikin cookies. Enak banget!"

Ternyata bukan hanya Ardi saja yang ahli untuk mengalihkan pembicaraan, Meira juga. Ardi menghela napas pelan. "Ra, lo mau sembuh, 'kan? Minum dong obatnya." Ardi berujar lebih lembut. Matanya mengarah pada langit yang menggelap. Apartemennya yang berada di lantai 11 ini memang menyajikan pemandangan yang memanjakan mata.

Ardi bisa berlama-lama di balkonnya. Meskipun tidak melakukan apa-apa.

"Mhm-mm." Meira hanya bergumam.

"Janji ya selesai telponan sama gue langsung diminum?"

Meira terdengar mendengus. "Iya, Ardi." Suaranya kali ini agak kesal.

Setelah diam beberapa detik, Ardi mengeluarkan suaranya kembali. "Salam buat Bunda ya. Tinggalin gue dong cookies-nya. Besok gue ke rumah lo."

"Beneran?" Suara Meira berubah antusias.

Ardi menganggukkan kepalanya, meski tahu Meira tidak akan melihatnya. "Ya. Gue pulang cepet besok." Dan kepalanya menunduk. Memandangi jalanan pusat kota yang begitu ramai.

"Bisa anterin aku les piano?"

"Bisa. Emang itu tujuan gue juga."

"Yeay!"

Suara riang Meira mengakhiri panggilan mereka di jam delapan malam itu. Ardi meletakkan kedua tangannya di atas pagar pembatas. Menegak lagi air mineral di tangan kanannya hingga setengah botol. Mengusap sudut bibirnya perlahan setelah itu.

Memikirkan Meira yang baru saja Ardi dengar suaranya. Gadis periang itu dengan mudahnya membuat Ardi ingin terus berada di dekatnya. Membuat Ardi ingin terus menjaganya.

Ardi menyesal pernah membuatnya kecewa beberapa hari lalu. Melupakan janjinya sendiri untuk menemui Meira yang sudah menunggu dirinya. Namun, dirinya malah tidak datang. Tanpa kabar, membuat Meira bertanya-tanya.

Ketika melihat wajah kesal Meira, Ardi benar-benar ingin memeluk tubuh gadis itu. Untung saja marahnya Meira tidak bertahan lama. Ardi masih bisa menghela napas leganya.

Dan selang beberapa menit kemudian, Ardi membalikkan tubuhnya. Menggeser pintu kaca yang menghubungkan kamarnya dengan balkon. Meletakkan botol air mineral dan ponsel yang dipegangnya ke atas nakas dan menjatuhkan dirinya ke atas tempat tidur. Memejamkan matanya perlahan.

Tak lama, Ardi membuka kedua matanya lagi setelah mendengar ponselnya berdering. Tangannya meraih ponselnya itu. Melihat satu notif di sana. Notif dari aplikasi instagramnya.

1.4 | babyDonde viven las historias. Descúbrelo ahora