SINCERITY - 34

2.2K 65 0
                                    

Kinar menghentikan langkahnya ketika melihat apa yang dilakukan oleh Aliva, suatu hal yang tidak pernah terpikir olehnya. Dan melihatnya saja membuat dirinya berpikir keras. Apa yang tengah dilakukan Aliva memang biasa, tapi yang menjadi sorotan mata Kinar adalah benda yang dipegang Aliva. Kedua mata Kinar membeliak, dadanya bergemuruh naik turun. Rasanya dia sesak, seperti tidak ada oksigen yang mampu ia hirup. Sementara Aliva tengah tersenyum saat ini, dengan menatap benda yang dipegangnya. Sebuah kotak yang dibalut kertas kado berwarna pastel, cewek itu merobek kertasnya sehingga nampak sebuah kardus berwarna coklat. Tanpa berpikir lama, ia membuka kardus tersebut. Ada sesuatu didalamnya, yang mana membuat senyum Aliva terlihat. Cewek itu mengambilnya, lalu merentangkannya agar dapar dilihatnya dengan mudah. Sebuah gaun biru tosca yang berlengan panjang, dengan renda bagian depan. Ia berpikir jika gaun itu terlihat cantik, pasti cocok untuk tubuhnya.

“Kak Aliva,” suara Kinar pecah. Membuat Aliva menoleh kesumber suara. Dengan langkah santai, tentunya dengan hati yang kuat, Kinar melangkah menghampiri Aliva yang masih duduk diatas sofa. Cewek itu mengernyit bingung, namun memperlihatkan senyum manisnya. Ia beranjak agar dapat dengan mudah menyapa Kinar.

“Kinar—” belum sempat dia melanjutkan ucapannya tapi Kinar menyahutnya dengan cepat.

“Sori, kak, ponsel aku ketinggalan.” Ujar Kinar dengan menunjukkan air muka yang merasa tidak enak dengan sipemilik rumah. Sementara Aliva malah terkekeh, segera dia menoleh kearah sofa dan mendapati benda pipih persegi panjang berwarna gold tergeletak disana. Ia mengambilnya dan menunjukkannya pada Kinar.

“Ini?”
“Iya,” Kinar mengangguk dan mengambil ponsel miliknya dari tangan Aliva. Setelahnya dia mengucapkan terimakasih dan buru-buru pergi karena Arga menunggunya diluar. Namun satu yang menjadi pikirannya saat ini adalah, tentang gaun itu yang mana kemarin siang dia pilih dan dibeli oleh Arga disebuah mall. Entahlah, dia merasa sakit menyadari jika Arga yang memberikan gaun pilihannya kepada Aliva.

=== SINCERITY ===

Kinar menyudahi ceritanya, mengingat kejadian masa lalu membuatnya merasa sakit. Apalagi itu adalah tentang orang yang dia sayangi. Apakah dia bisa melanjutkannya? Pada akhirnya kesedihanlah yang memihak kepada dirinya.

Nika terdiam menatap wajah sahabatnya yang sendu itu, dia paham bagaimana perasaan Kinar. Dia tahu karena dia adalah wanita, setegarnya wanita pada kenyataannya wanita adalah sosok yang lemah. Nika memilih untuk mengulurkan tangan kanannya, mengelus punggung Kinar seolah memberinya kekuatan dari gerakannya itu. Tidak sia-sia, Kinar mengalihkan tatapannya untuk memandang dirinya. Membuat Nika spontan tersenyum.

“Pada kenyatannya, lo adalah sahabat gue yang hebat.”

Tidak, Nika hanya menghibur agar Kinar tidak lagi terpuruk. Ini adalah kisah tragis yang dia dengar. Dan sahabatnya sendiri adalah pemainnya.

“Tuhan itu adil, semua akan berbanding terbalik.” Lanjut Nika.

Kinar menundukkan kepalanya, menatap jari-jemarinya yang sedari tadi memilin ujung kemejanya.

“Lalu apa yang dirasain Kinar setelah tahu kalau gaun pilihannya sudah dimiliki Aliva, dan itu adalah pemberian Arga?” Seperti menantikan sebuah cerita dongeng, Nika ingin mendengar kisah lanjutnya.

“Sakit. Hati Kinar sakit kata Kinar terputus. “Karena melihat kenyatannya, Kinar memilih mengungkapkan perasaannya. Lanjutnya.

SINCERITY [COMPLETE]Where stories live. Discover now