SINCERITY - 10

2.2K 96 2
                                    

Rizal berpendapat jika adiknya seperti bidadari, mungkin terdengar gombal dan berlebihan. Tapi siapapun yang melihat Kinar malam ini, akan beranggapan yang sama. Wajah cantik dan sumeh milik Rere diturunkan kepada putrinya, tidak ada yang bisa memungkiri jika Kinar adalah sosok muda Rere. Sementara Daniel yang sudah menunggu Kinar sedari tadi hanya terdiam, melihat paras ayu gadis itu. Ia tidak bisa menahan rasa kagumnya. Ia tidak pernah tahu sosok Kinar dengan jiwa yang anggun, dan malam ini Daniel telah mengetahui semuanya. Jika Kinar lebih dari sosok bidadari.

Bunda mendorong kursi roda Kinar menuju ketempat dimana Rizal dan Daniel berada, kedua pipi gadis itu terasa memanas. Dan bersemu merah, itu membuat Rizal lebih ingin menggoda adiknya.

"Bukan hal buruk menerima ajakan seorang Daniel," suara Rizal memecah keheningan. Juga membuat Daniel terperanjat dan segera mengalihkan pandangan dari Kinar menuju Rizal.

Mendengar ucapan Rizal dengan nada sarkastik, membuat Kinar menatap abangnya itu dengan tajam. Sorot matanya seperti mengatakan bicara sekali lagi, aku patahkan tanganmu!  Tapi Rizal tetap Rizal, ia tidak mempan hanya mendapatkan tatapan tajam dari adiknya. Malahan dia lebih antusias menggoda sang adik, sebab itu menjadi kesenangannya. Dalam hal lain, Rizal mencoba membuat diri Kinar kembali seperti dulu walaupun dia melakukannya sedikit demi sedikit.

"Jaga adik gue, ya, kalau lecet atau buat dia nangis gue nggak akan pernah maafin lo!" Mendengar penuturan atau lebih tepatnya sebuah gertakan dari Rizal yang ditujukan kepada Daniel, membuat Kinar memutar kedua bola matanya. Ia sudah terbiasa mendengar ucapan seperti itu dari abangnya. Dan yang paling membuat Kinar malu adalah, abangnya itu terlalu posesif. Membuatnya merasa risih dengan setiap gertakan yang ditujukan. Entah kepada Kinar sendiri atau bahkan kepada teman Kinar, seperti halnya saat ini. Yang mana Rizal benar-benar mengeluarkan kalimat ancaman untuk Daniel.

"Nggak perlu berlebihan deh, kak," kata Kinar merespon ucapan Rizal.

"Kalau dia apa-apain kamu, atau nggak bisa jaga kamu gimana, dek?" Rizal sudah menatap kearah Kinar.

Kinar berdecak malas, "nggak bakal. Kak Daniel orang baik dan akan selalu jagain aku kaya abang jaga Kinar. Percayain aja deh sama kak Daniel, bang. Lagian juga nggak akan ada yang nggoda-in Kinar nanti."

Ucapan Kinar barusan membuat keheningan, bunda, Rizal maupun Daniel saling terdiam. Mengunci mulut masing-masing dengan rapat, tidak ada yang berinisiatif untuk membalas ucapan Kinar. Sebab, mereka tahu kemana arah pembicaraan Kinar. Yang mana pasti menyayat hati.

"Gue ajak dia sekarang, ya, bang. Nanti keburu malam. Percaya aja sama gue, gue bakal jaga Kinar." Daniel menepuk pelan bahu Rizal, lantas ia berjalan menghampiri Kinar yang terduduk diatas kursi roda. Sebelum membawa Kinar berangkat, Daniel terlebih dahulu meminta izin pada Rere.

"Tante, bolehkan kalau Kinar aku ajak?"

Rere mengangguk, "boleh. Tante titip Kinar, ya, dan pulang jangan larut malam."

Daniel tersenyum dan mengangguk, kemudian lelaki itu mencium punggung tangan Rere. Sebagai rasa hormat kepada yang lebih tua, setelah itu dia mendorong kursi roda Kinar.

***

Sejak tadi, Kinar hanya diam. Sama sekali tidak ingin membuat suasana menjadi rileks dan tidak tegang seperti itu. Daniel fokus kearah jalanan, saat ini dia sedang mengemudi. Jujur saja, Daniel tidak suka dengan situasi seperti ini. Situasi awkward membuat Daniel mengantuk, apalagi gadis disebelahnya memang benar-benar tidak mengucapkan satu kata apapun. Daniel menghela napasnya, hendak mengajak Kinar berbicara.

"Kamu baik-baik aja, kan?" Tanya Daniel sedikit ragu, masih terfokus pada jalanan dihadapannya.

Pertanyaan Daniel membuat Kinar berhasil menoleh kearahnya, gadis itu tidak menunjukkan ekspresi apapun selain menatap Daniel datar. Namun tidak lama kemudian, Kinar menjawab. "Aku baik-baik aja, memang kenapa kak?"

SINCERITY [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang