SINCERITY - 26

1.5K 68 1
                                    

Arga menghembuskan napasnya dengan kasar melalui mulut, setelah dia menariknya dalam-dalam melalui hidung. Saat ini bukan waktu yang tepat untuk mengeluh, dan Arga tahu akan hal itu. Lagi pula jika bukan karena seseorang yang ada didepannya mungkin Arga tidak akan merasa awkward. Arga cukup paham dimana posisinya saat ini, dan hal itu membuatnya bungkam. Sudah setengah jam yang lalu dia duduk dengan perasaan gugup di ruang tamu. Alih-alih menundukkan kepala, dia tidak berani menatap orang didepannya saat ini—yang juga menatapnya tajam tanpa ampun, seolah-olah ingin membakar hidup-hidup dirinya.

Ngapain kamu mau ke Singapur?”

Suara itu membuat lelaki berbola mata coklat itu mengangkat wajahnya untuk menatap orang didepannya. Hanya sebuah pertanyaan sederhana, tapi nyaris membuat jantungnya lompat dari tempatnya.

Perempuan itu meninggikan sebelah alisnya, masih menatap Arga dengan tajamnya. Dua jam lalu dia baru saja sampai di Jakarta setelah perjalanan panjang. Dan karena mendengar Arga yang meminta izin pada nenek, membuat perempuan itu kini menginterogasi lelaki berbola mata coklat itu.

Em—” Arga tidak bisa mengatakan yang sebenarnya, dia benar-benar bingung. Disatu sisi, dia harus segera pergi ke Singapura sebelum semuanya terlambat. Dia sudah menunggu satu minggu untuk menunda kepergiannya menuju Singapura, dan kali ini dia harus bisa membujuk perempuan didepannya itu.

Arga menggaruk tengkuknya yang tidak terasa gatal, alih-alih menjawab pertanyaan yang ditujukan perempuan itu, membuat Arga benar-benar gugup saat ini.

Kamu kenapa, sih, kak? Tinggal jawab doang, napa susahnya, sih?” Kata perempuan itu sebal. Pasalnya dia sudah menunggu lama jawaban dari pertanyaannya itu. Tapi yang ditanya malah bertingkah polah dengan aneh, sesekali memasang ekspresi takut, gugup, atau bahkan terkekeh kecil untuk menutupi sesuatu. Perempuan itu yakin, jika ada yang tidak beres dengan sosok Arga didepannya.

Em, bukan gitu. Cuma—” Arga kembali menggantungkan kalimatnya, dia benar-benar bingung harus mengatakan apa?

Cuma apa? Ngomong itu yang jelas!” Sungut perempuan itu, ia merasa dongkol karena setiap kali mendengarkan lawan bicaranya bercerita, pasti dia akan menggantungkan cerita itu.

Aku ada urusan, nggak mungkin juga aku tiba-tiba ninggalin nenek gitu aja. Karena aku kesana memang ada hal yang mendesak.” Jelas Arga kemudian dengan pelan, dia sudah tak tahan ingin menjelaskan alasannya pergi ke Singapura.

Kenapa ditanya kaya gitu, sih? Biarin aja lah dia mau pergi kemana? Orang dianya yang pengin jauh dari nenek.”

Yang dia dengar barusan membuat Arga geram dengan perkataan orang itu, dia menatap tajam lelaki berkaca-mata itu yang sedang berjalan menuju sofa.

Lo nggak tahu apa yang terjadi, sebaiknya lo diam atau gue—” Ucapan Arga terhenti ketika lelaki berkaca-mata itu menyahut ucapannya dengan cepat.

Gue enggak tahu, karena lo nggak cerita.”

Meski gue cerita, lo nggak bakal ngerti.”

Cerita aja, Ga. Gue akan coba ngertiin.”

Arga menggeleng pelan mendengar ucapan lelaki sebaya dengan usianya itu, jujur saja dia belum siap menceritakan kejadian demi kejadian kepada orang yang  baru saja pulang dari menghilang bertahun-tahun itu. Bukannya dia takut, hanya saja dia tidak ingin ada kesalah-pahaman. Meskipun sebenarnya dialah yang bersalah sepenuhnya.

Mengusap wajahnya dengan kedua tangannya, Arga menyandarkan punggungnya pada sandaran sofa. Ia merasa lelah menjalani semuanya, masalah rasanya tak ada henti-hentinya. Yang ada malah semakin bertambah dan nyaris membuatnya depresi. Entahlah, apa yang harus dia lakukan?

Hening dalam beberapa detik, lelaki berkaca mata itu sudah duduk ditangan sofa dengan menoleh kearah perempuan yang dia cintai. Mereka saling melempar tatapan bingung dengan perilaku Arga, lelaki itu seperti jenuh karena telah menyembunyikan sesuatu dari mereka. Sementara menunggu Arga tenang dengan pikirannya, lelaki berbola mata coklat itu masih sibuk menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Dan kepalanya yang bersandar disandaran sofa.

Ga?” Lelaki berkaca mata itu memanggil nama Arga, membuat siempunya nama menurunkan kedua tangan dari wajahnya lalu menatap lelaki itu dengan heran.

Gue tunggu sampai lo udah siap cerita,” lanjutnya.

Tentang lo mau ke Singapur, silahkan. Selesaiin dulu masalah lo. Gue tahu lo tadi izin ke gue karena lo udah nunggu lama gue,” imbuhnya. Dan Arga masih menatapnya heran.

Hening beberapa saat, sehingga lelaki berkaca mata itu kembali terdengar bersuara.

Ada gue dan bunda yang akan jagain nenek.”

Mendengarnya saja membuat hati Arga berdesir, ia bersyukur memiliki saudara yang penuh pengertian kepadanya.

Arga beranjak dari duduknya, melangkahkan kakinya menghampiri sepupu laki-lakinya itu. Lantas dia memeluknya ala pria.

Thank's, bro. Gue janji bakalan selesaiin masalah gue secepatnya.” Katanya, yang dia rasakan adalah punggungnya ditepuk oleh sepupunya. Ia tahu tepukan itu adalah maksud memberinya sebuah semangat.

Melepas pelukannya, Arga lantas berderap menuju kamarnya. Setelah memdapat izin, yang dia lakukan adalah bersiap-siap.

Kakak ngerasa aneh, nggak, sih kalau kak Arga nyembunyiin sesuatu dari kita?”

Lelaki berkaca mata itu menolehkan kepalanya sesegera mungkin kearah dimana perempuan yang dia cintai berada. Lantas dia tersenyum manis.

Kakak tahu, tapi kakak coba untuk membiarkan Arga sendiri dulu. Kalau dia udah siap cerita, tinggal kakak yang kasih semangat buat dia,” jelasnya sambil tersenyum kearah perempuannya.

Tapi kalau kamu, Nik. Kakak nggak bakal mau kalau kamu terus-terusan nyembunyiin masalah sama kakak.” Lanjutnya, membuat perempuan yang di panggil Nik—lebih tepatnya adalah Nika—itu mengerucutkan bibir.

Nggak adil, ah masa? Kan aku cewek, bukannya cewek, ya yang butuh ketenangan?” Kata Nika menyangkal sehingga lelaki berkaca mata itu terkekeh. Lalu ia mengulurkan tangan kanannya kearah Nika. Untuk mengacak rambut panjang Nika yang tergerai sepinggang. Hingga membuat pemilik rambut memberenggut kesal.

Kak Dimas!?” Pekiknya geram.

***

So, mood ku enggak begitu baik waktu ketik bagian ini. Alhasil jadinya gitu. Maklum aja ya. Kan udah aku next.

To be continued

Ig: vilana_hafsah

Kalau mau nanya-nanya juga bisa lewat line "vilana_hafsah"

SINCERITY [COMPLETE]Where stories live. Discover now