XVII

1.7K 241 25
                                    


Yuta nampaknya mulai terprovokasi dengan perkataan Seulgi. Dia berlari menuju kearah Seulgi. Bukan berlari dengan wujud manusianya. Tapi dia berganti ke wujud serigala besarnya. Siap menerjang Seulgi yang mulai lemah. Berlari dan melompat begitu tinggi, kuku tajamnya telah siap mengoyak tubuh gadis bermata monolid itu.

Seulgi memejamkan mata sipitnya, siap untuk menerima terkaman dari Yuta. Dia sudah lelah membela dirinya sendiri. Dia benar-benar lelah dan pasrah. Namun cukup lama Seulgi memejamkan mata dia tak merasakan sakit apapun. Seulgi perlahan membuka matanya.

Yuta dalam wujud serigalanya terlempar beberapa meter dari tempatnya kini. Seulgi melihat sosok berjubah didepannya, membelakanginya. Seulgi tahu siapa dia meski dari belakang, Seulgi mampu mengenalinya. Dialah Park Jimin.

Lelaki berkulit pucat itu datang tepat disaat Yuta akan menerkam Seulgi. Dia buru-buru menggunakan kemampuan teleportasinya dan menendang Yuta semampunya. Yuta tentu saja marah mendapat perlakuan seperti itu dari Jimin. Yuta akan menyerang Jimin namun matanya nampak silau. Sooyoung yang datang bersama Hoseok mengeluarkan cahaya dari tangannya. Membuat Yuta terganggu. Dia harus memejamkan matanya jika tidak ingin menjadi buta.

Beberapa werewolf yang masih hidup berperang melawan Namjoon, Hoseok dan Sooyoung, sementara Taehyung berperang melawan Yuta. Jimin segera mengamankan Seulgi. Dia memapah Seulgi untuk sedikit menjauh dari tempat terjadinya pertarungan. Jimin memutuskan menyembunyikan Seulgi dibalik sebuah pohon besar.

“Lo nggak apa-apa kan? Semua baik-baik saja kan?,” tanya Jimin.

Tangan Seulgi masih gemetaran. Bukan karena ketakutan, tapi karena tubuhnya melemah. Dia membutuhkan energi.

“Aku… lelah…,” jawab Seulgi semampunya. Mendengar hal itu, Jimin segera pergi. Menggunakan kemampuan teleportasinya, entah dia pergi kemana. Seulgi rasanya tak kuat lagi menahan tubuhnya untuk tetap tegak meski dirinya sudah duduk. Akhirnya dia memutuskan  untuk tidur sejenak di akar pohon yang besar itu.

Tak perlu menunggu lama, Jimin telah kembali. Dia membawa air. Tak banyak memang. Dia hanya mengambilnya dari sungai yang paling dekat dengan jangkauan teleportasinya. Tak ada wadah untuk air. Beruntungnya, di sungai itu Jimin melihat bunga pisang yang sudah besar. Diambilnya dua kelopak bunga pisang itu untuk wadah air. Air untuk Seulgi.

Dan disinilah dia sekarang. Berada didepan gadis yang sudah tertidur. Wajahnya pucat, hampir sama dengan pucat kulitnya. Jimin meletakkan air yang dia bawa dengan hati-hati. Lalu membangunkan Seulgi. Kali ini Jimin tak peduli dengan yang terjadi di sekitarnya. Teman-temannya sedang melawan werewolf, Jimin tak peduli. Dia begitu khawatir dengan keadaan Seulgi.

“Seul.. Bangun,” kata Jimin.

Seulgi tersentak. Ingin rasanya mengumpat didepan wajah Jimin. Beraninya dia membangunkan tidur nyenyaknya meski hanya beberapa saat. Namun, melihat wajah tulus dari Jimin, Seulgi  memilih diam dan menurut.

“Ini. Lo minum dulu. Setidaknya buat nambah energi lo yang terkuras habis itu,” kata Jimin.

Seulgi menurut. Dia meminum air yang dibawa Jimin dengan rakusnya. Air yang dibawa Jimin habis semua. Setidaknya Seulgi mendapatkan sedikit tenaganya meski belum pulih sepenuhnya.

“Makasih,” kata Seulgi.

Jimin memandang Seulgi begitu dalam. Entah apa yang dilihatnya. Seulgi tak peduli. Namun, lagi-lagi Jimin membuatnya kaget. Tiba-tiba tangan Jimin menyentuh pipinya yang terluka. Dia mengusap darah yang hampir mengering di pipi Seulgi. Lalu memasukkan jarinya yang digunakan untuk mengusap pipi Seulgi ke mulutnya.

“Apa yang kamu lakukan?,” tanya Seulgi.

“Supaya darah lo nggak netes sia-sia,” jawab Jimin.

VAIRI √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang