I

3.6K 416 29
                                    


[Author POV,]

“Ahhh.. hutangku kepada perusahaan terlalu banyak, apa yang harus aku lakukan?”

“Dasar cowok br*ngs*k! berani-beraninya dia main belakang! Kalo ketemu cewek itu, bakal aku jambak-jambak sampe gundul!”

“Suamiku sakit, anakku harus bayar sekolah, astaga… beban berat sekali yang harus aku tanggung.”

“Cewek sama aja. Matre! Lihat duit matanya ijo!”

“Aduh,.. nyontek siapa ulangan nanti? Astaga! Bukannya belajar malah main ps sampe tengah malem. Gimana ini?!!!”

“Kalian bisa diam nggak sihh!!!!!!!,” seorang gadis yang tengah memakai headset duduk dibangku paling belakang bis tiba-tiba berteriak.
Semua yang ada disana memandang gadis itu dengan tatapan heran.

Menyadari apa yang dia lakukan, gadis itu hanya nyengir lalu minta maaf. Dengan rasa malu masih menyelimuti, dia memakai tudung hoodie pinknya untuk menutup wajah yang memerah karena malu.

Sampai ditempat tujuan, yaitu sekolah, gadis itu segera memasuki kelas dan duduk di bangku paling pojok belakang. Tempat favoritnya.

“Kim Yerim! Sudah selesai belum, tugasnya?,” tanya seorang gadis bertubuh tinggi dengan kulit eksotis. Gadis yang dipanggil Kim Yerim itu memutar bola matanya malas. Sebenarnya dia anak yang pandai, hanya saja dia sudah badmood gara-gara kejadian memalukan di bus tadi. Jadinya dia cuek kepada teman yang menanyainya.

“Kim Yerim!!! Mana tugasmu?! Mau aku kumpulkan sama Mark!”

“Hiiss! Berisik banget, nggak tau orang lagi badmood apa?!!!,”gadis bernama Kim Yerim itu malah membentak Tzuyu. Teman yang meminta tugasnya.

“Kenapa? Kamu bikin ulah lagi?”

“Entahlah,” kata Yeri sembari menutup lagi tudung hoodienya dan meletakkan kepalanya ke meja. “Ambil aja tugasku di tas. Mager,” kata Kim Yerim kemudian.

Tzuyu hanya menggelengkan kepalanya, melihat tingkah temannya itu. Dia mengambil buku tugas di tas lalu mengumpulkannya bersama Mark.

[KIM YERIM POV]
Sudah tau namaku kan? Kim Yerim. Ah, kalian bisa memanggilku Yeri. Kalian pasti sudah tau, mengalami hal yang memalukan karena aku tiba-tiba berteriak didalam bis. Sejujurnya itu bukan pertama kalinya. Entah, sudah berkali-kali aku mengalami hal itu. Tepatnya sejak aku berumur 12 tahun, aku mulai bisa membaca pikiran orang-orang. Suara hati eh suara pikiran mereka berdengung ditelingaku. Begitu menggangguku, astaga!!!!

Tapi tetap saja, entah pertama, kedua, ketiga, keseribu kalipun kalau kita berada ditempat umum sendirian tiba-tiba berteriak pasti akan jadi hal yang aneh. Dan kejadian pagi tadi cukup membuatku malu serta badmood.

“Kim Yerim! Apa kamu tidak mendengarkan materi yang bapak sampaikan?,” mati aku. Itu Pak Siwon. Guru matematika killer. Aku segera melepas headsetku. Dan tersenyum. Fake tapi.

Bapak ganteng berjalan kearahku. Selangkah, dua langkah, tiga langkah dan berdiri didepanku.

“Memakai headset saat pelajaran, memakai hoodie saat dikelas, tidak ada buku diatas meja, tapi hp ada diatas meja, kamu mau sekolah apa mau main?,” tanya pak Siwon sambil memukul kepalaku dengan penggaris plastik yang dibawanya.

“Maaf pak..”

“Maaf? Udah peringatan keempat masih belum jera?,” tanya Pak Siwon, lalu menggelengkan kepalanya. “Kamu itu pinter, sering ikut olimpiade tapi kelakuanmu kenapa nggak kayak siswa pinter lainnya, yer?! Yaudah! Sana keluar! Kamu bapak skors, hari ini nggak boleh ikut pelajaran bapak!”

VAIRI √Where stories live. Discover now