VI

1.9K 279 32
                                    


“Jadi kamu sudah paham kan yeri?,” tanya yoona.

Mereka berada di tempat tinggal yoongi, taehyung dan jimin. Begitu juga dengan Seungwan dan Sooyoung. Selama tinggal dilingkungan manusia, mereka akan tinggal bersama. Tidak memungkinkan untuk kembali kerumah sederhana itu.

“Aku paham. Jadi, bunda itu penyihir?,” tanya yeri.

“Bukan, sayang… bunda ini manusia biasa. Manusia utuh. Hanya saja bunda belajar ilmu sihir dari mendiang ayah kamu,” jelas yoona.

“Ayah penyihir?”

Yoona mengangguk. “Dan satu lagi, kenyataan yang mungkin membuat kamu kaget. Kamu bukan anak kandung bunda.”

Yeri sudah mampu menebaknya. Dia tau saat dia sengaja membaca pikiran Seungwan. Tapi dia hanya diam sampai ada yang menceritakan langsung kepadanya.

“Lalu dimana orang tua yeri?”

“Mereka sendiri yang akan datang menemuimu, yer..” kata yoona.

“Kenapa kamu nggak kaget?,” tanya Sooyoung.

“Besok-besok jangan dibiasakan mencuri informasi dari orang lain,” kata Yoongi.

“Maksud kak yoongi?,” tanya yeri.

“Jangan sembarangan baca pikiran orang lain.”

Yeri menunduk. Dia ketahuan membaca pikiran Seungwan. Menurutnya susah membohongi sikulit pucat yang satu ini. Benar-benar peka dia.

*

Vas bunga, bantal kursi, majalah, taplak meja melayang-layang diudara. Suara tawa menghiasi ruangan itu. Tawa yang menunjukkan bahwa pemilik suara itu senang dengan apa yang dilakukannya.

“Hentikan Seul… gue pusing liatnya,” kata Jungkook sambil memijit kepalanya. Dia nggak habis pikir dengan kelakuan saudaranya itu.
Mendengar teguran dari jungkook, Seulgi mengakhiri permainannya. Dia tau jika Jungkook sedang kecewa.

“Semangat brother, jangan sedih lah… kamu tetep berguna kok meski tanpa kekuatanmu. Paling tidak kamu masih memiliki kecerdasan, masih punya otak,” kata Seulgi yang diakhiri dengan bisikan mengejek.

“Serah, seul… lagi nggak mood.”

“Hemmh.. dasar. Cowok kok moody kek cewek! PMS ya?”

Jungkook melempar bantal yang ada di sofa kearah Seulgi. “Sana pergi. Bikin mood makin down aja.”

“Kook, jangan usir aku dong. Aku kan mau ngasih berita penting ke kamu.”

“Berita apa?”

“Jangan bilang-bilang kalau aku yang bocorin ini semua loh ya.”

“Apasih?!,” Jungkook mulai kesal dengan sikap Seulgi.

“Sabar! Kamu kalo pms serem kook. Gini ya, kamu tau siapa permata yang dibicarain Namjoon, nggak?”

“Enggak.”

“Idih, jutek amat, bro… Gini, aku tau siapa maksud mereka.”

Jungkook menoleh kearah Seulgi. Dia terlihat bersemangat. “Siapa?! Cewek kan? Cantik nggak?!”

“Nah, kan. Langsung semangat. Tadi malem waktu aku telpon kak namjoon aku melihat ada yang aneh dengan bulan purnama sampai aku seperti melihat kilatan kejadian disuatu rumah. Aku nggak tau pasti. Aku hanya melihat mata ungu gelap yang terbuka. Darisana aku tau kalau apa yang mereka jaga itu akan mendapat kesulitan. Jadilah aku telepon kak namjoon.”

“Lalu? Beneran terjadi?”

“Iyalah. Aku sama Jimin dan Taehyung nunggu diujung jalan rahasia. Tadinya aku hanya tau jika dia dekat denganku. Tapi aku nggak tau wajahnya. Tapi tadi malam, aku benar-benar melihat wajahnya secara utuh! Gadis mungil yang cantik. Matanya begitu indah!”

VAIRI √Where stories live. Discover now