3

919 177 48
                                    

👑 🦊 👑

👑 🦊 👑

Oups ! Cette image n'est pas conforme à nos directives de contenu. Afin de continuer la publication, veuillez la retirer ou télécharger une autre image.

🍁🍁🍁

Pertama kali Jiyeon memasuki kantor Hyunjin adalah pada pagi hari pertamanya sebagai istri Seokjin, dia teringat cincin rubynya lepas dan menggelinding di lobi, lalu berhenti di depan ujung sepatu Seokjin yang baru saja keluar dari lift. Seperti adegan drama tivi yang membuat keduanya tertawa, Seokjin memaikan ulang cincin itu di antara para staf yang berlalu lalang.

Hari ini, tidak ada lagi cincin di jarinya. Di tempat cincin itu berada selama bertahun-tahun, tampak berwarna lebih pucat. Dia melepas cincin itu semenjak melayangkan gugatan cerai, tidak sudi merendahkan ego dan meminta maaf pada Seokjin atas apa yang telah dilakukan. Jiyeon memilih mengakhiri pernikahan 7 tahunnya demi kebebasan, meski perasaannya kini jadi terlampau kosong.

Kau tidak boleh menyesalinya. Ini semua sudah kau rencanakan jauh-jauh hari.

Pelacur itu telah tidur dengan suaminya, fakta itu seperti batu besar menindih kepalanya. Dia tahu konsekuensi dari rencananya hari itu, dia yang sengaja memesan Seraphina dan Seokjin bukan orang yang mudah ditaklukkan. Pria itu dengan senang hati ikut dalam permainan, menghancurkan dirinya yang berkhianat pelan-pelan.

Sampai sekarang Seokjin belum mau melepaskannya, tetapi terang-terangan sudah hidup bersama wanita lain. Jiyeon muak sekali mengingat fakta itu, apa lagi melihat senyum penuh ejekan Seokjin saat dia mendatangi pria itu di ruang kerjanya.

"Mau jadi malaikat untuk siapa?" tanya Seokjin kelewat santai, berdiri menjulang dengan senyum miring.

"Kau keterlaluan, Jin."

"Apa urusannya denganmu?"

"Ya, urusanmu denganku, kenapa kau harus mempermalukan gadis itu?!"

"Sayang... itu urusanku, tidak ada hubungannya denganmu. Harusnya kau tidak mendengarkan rencana ibuku dan datang kemari, Sera itu selingkuhanku, dia akan mencoreng harga dirimu sebagai istriku."

Jiyeon diam seribu bahasa, terlambat menyadari rencana licik Seokjin.

"Apa yang akan pengadilan lakukan pada seorang istri yang menyerang selingkuhan suaminya membabi buta, di tempat umum—"

"K-kau benar-benar berengsek!"

"Kau baru menyadarinya sekarang, betapa berengseknya suamimu ini, Jiyeon?" Seringai Seokjin terulas lebih sinis, senyum kemenangan nyata di wajah Seokjin yang mengeras.

"Bersiaplah untuk melepaskan Reeya," Seokjin menepuk bahu Jiyeon, "sampai jumpa di pengadilan," tukasnya, mengecup pelipis Jiyeon sebelum berlalu keluar dari ruangan.

Jiyeon mengepalkan jari-jarinya kuat-kuat, memaki dirinya sendiri yang kurang awas dengan pergerakan Seokjin. Dia melangkah buru-buru keluar dari ruang kerja itu, menyeberangi lobi bersama rasa kalut atas ancaman Seokjin.

Tuan Kim dan Sang PelacurOù les histoires vivent. Découvrez maintenant