PEACH

892 166 47
                                    

👑 🦊 👑

👑 🦊 👑

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

🍁🍁🍁

Kesehatan Kim Seokjin paska operasi berangsur membaik. Bahunya sudah benar-benar bisa digerakkan, tangan kiri Seokjin juga berangsur bergerak, dia telah menjalani terapi otot kaki, tangan dan wicara dengan baik dan lancar. Para dokter memberi waktu terapi selama empat jam setiap hari, tetapi Seokjin selalu meminta tambahan waktu, bahkan akhir-akhir ini sampai tujuh jam lebih.

Berita kesembuhan Seokjin sudah diberitakan stasiun-stasiun tivi, di antara berita-berita rencana tiga anak perusahaan Hyunjin spin-off dari perusahaan induk. Kabar itu pula yang membuat Seokjin bersikeras melanjutkan pengobatannya dari rumah, dia mulai mengecek beberapa pekerjaan yang telah lama dia tinggalkan. Seokjin juga meminta Sera tidak lagi bekerja di Hyunjin, setelah beberapa kali dia melihat Sera ketiduran di dapur dan muntah-muntah akibat kelelahan.

Hari-hari Sera padat merayap, dia harus mengurus keperluan Seokjin dari bangun tidur sampai tidur lagi. Meski Seokjin sudah lancar bicara, tetapi kedua kakinya masih belum bisa ditegakkan. Belum lagi Reeya juga tinggal dengan mereka, walau pun Reeya sangat mandiri, juga ada Joane yang membantu, namun urusan belajar dan bermain Sera tetap memberikan waktu sebanyak mungkin untuk Reeya.

"Mulai hari ini kau di rumah saja, tidak perlu lagi bekerja di kantor." Seokjin mengatakan itu saat makan malam.

Saat mau tidur dia berusaha sendiri naik ke ranjang tidur meski nyaris gagal. Dia hampir jatuh karena tangan kirinya belum terlalu kuat, bila Sera tidak buru-buru membantunya.

"Bukankah aku sudah bilang, aku akan membantumu?" kata Sera, saat Seokjin menepis tangannya.

"Dan jadi beban untukmu?!" tiba-tiba saja Seokjin menaikkan nada suara, begitu melihat wajah Sera yang sudah pucat sejak sore semakin pasi. Sera kelelahan, Seokjin tahu itu.

"Aku tidak pernah menganggapmu sebagai beban."

"Tidak perlu mengucapkan kalimat penyemangat sepalsu itu, aku tidak butuh!"

"Lalu apa yang kau butuhkan?!" Sera ikut-ikutan jadi kesal, kepalanya pening dari kemarin.

Rasa-rasanya Sera ingin menangis sekarang juga, lalu dia benar-benar menangis saat Seokjin memalingkan muka darinya yang baru saja naik ke ranjang tidur. Sera tersedu sedan begitu saja, tidak peduli walau Seokjin bersikeras mengacuhkannya. Dia hanya ingin menangis demi melapangkan perasaannya, juga rasa letih, bukan, Sera bukan tidak suka mengurus Seokjin, dia hanya butuh istirahat sebentar.

Lengan kanan Seokjin menariknya ke dalam pelukan, bukannya berhenti menangis Sera malah semakin histeris. Dia membenamkan wajahnya di dada Seokjin untuk tujuh detik sambil tetap menangis, sebelum tiba-tiba menjauh lalu buru-buru menarik tisu meja dan membersit hidung.

"Aku beringus," katanya di antara cegukan, memandangi Seokjin yang siap menertawakan. "Kenapa? Aku jelek, 'kan?" tanya Sera sinis.

"Cantik," jawab Seokjin, batal tertawa meski Sera terlihat lucu kalau sedang kesal.

Tuan Kim dan Sang PelacurWhere stories live. Discover now