6

1.2K 207 38
                                    

👑  🐯  👑

👑  🐯  👑

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🍁🍁🍁

"Awas saja," kata suara berat dari pria yang tampak enggan keluar dari balik selimut, di sambungan telepon pagi itu, "kalau ini bukan soal foto penting, Nishimura."

"Lumayan kok, aku jamin kau tidak akan menyesal.

"Tapi ini masih jam enam pagi, bangsat!"

"Aku cuma menawarkan, kalau kau mau mendapatkannya, kau harus datang sendiri untuk mengambilnya," kata Nishimura Riki. "Aku cuma bisa ke kafe dekat kantormu, rumahmu terlalu jauh."

"Jangan di situ, kafe Winter Bear saja."

"Oke. Jam enam tiga puluh."

"Berengsek, pikirmu kau siapa?!"

"Taehyung, urusanku hari ini banyak sekali. Kalau kau tidak mau, foto-foto ini bisa aku jual ke orang lain, tidak jadi masalah juga untukku." Riki mendengus keras, mendengar umpatan Taehyung di seberang.

"Oke! sebaiknya benar-benar hebat."

"Kafe Winter Bear, tiga puluh menit dari sekarang," kata Riki, lalu memutuskan sambungan.

Pagi ini Taehyung meninggalkan rumah di bawah gerimis yang tampak seperti tumpahan pasir, dia melupakan sarapan dan langsung tancap gas mobilnya ke distrik Dongjak, sekitar lima belas menit dari rumahnya di kawasan Gangnam-gu (distrik).

Butiran gerimis mendera atap mobilnya lebih deras, sewaktu Taehyung tiba di halaman kafe. Dia memakirkan mobil di parkiran depan pintu yang berkanopi. Kafe Winter Bear adalah jenis kafe tenang, hangat, tapi manis. Bernuansa abu-abu tua dengan deretan kue warna warni yang lezat dan memanjakan lidah.

Semerbak aroma gula menyerbu ketika pintu kelabu itu Taehyung dorong, hanya ada tiga pengunjung, termasuk wartawan tengik yang membuatnya mandi terlalu pagi hari ini. Teman lama yang sering menyusahkan, baru kali ini Taehyung merasa ada manfaatnya berteman dengan Riki.

Nishimura Riki duduk di kursi belakang dengan secangkir kopi hitam pekat, lalu dengan antusias berlebihan berdiri dari sofa untuk menyambutnya. Wartawan itu setinggi Taehyung tapi lebih kurus, tampangnya menjengkelkan, rambut hitam legam dibagi sama rata di tengah dan dibiarkan panjang sampai menyentuh ujung kelopak matanya yang seperti garis.

"Sebaiknya kau benar-benar punya foto yang menarik," kata Taehyung sambil duduk, dia melirik curiga ke sekeliling kafe.

"Mau ngopi dulu atau pesan camilan?" tanya Riki, menyesap kopinya yang tersisa setengah.

"Anjing! Pakai basa basi segala, berikan fotonya sekarang, aku sibuk."

Hembusan napas kasar menguar dari lubang hidung Taehyung yang mengembang. Dia adalah pria 27 tahun dengan tampang merengut, rahang kotak, sipit, hidung besar kelewat tegak yang menyedot perhatian. Kekesalan Taehyung tumbuh cepat, sumbu kesabarannya yang pendek nyaris putus. Sementara Riki hanya tersenyum miring, sambil mengorek salah satu lubang hidung dengan jari telunjuk.

Tuan Kim dan Sang PelacurTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang