"Sera Sayang, pastikan kau tidak banyak tingkah dan bersikap menyenangkan. Selesaikan tugasmu dengan cepat dan Soobin akan segera menjemputmu pulang. Kau mengerti?"

Dari nada bicara Beomgyu, Sera tahu kalau kliennya bukan orang sembarangan. Dia tidak mau ambil resiko dan memilih mengabaikan perintah Jiyeon, karena menurutnya Seokjin sudah mengendus kecurangan yang terjadi malam itu.

Belakangan, Sera diberitahu Beomgyu kalau Jimin menemui Daniel dan menerima informasi tentang Damhee dan Jiyeon. Seokjin juga sudah menyadap ponselnya selagi dia tidur, lalu pria itu menghubungi Beomgyu dan membeli Sera seharga 2 milyar yuan.

Itu adalah alasan Seraphina bersikap sangat manis bak gadis lugu dan polos semenjak Seokjin membelinya, dia tidak mau mati di tangan Seokjin bila ketahuan pernah ingin berbuat curang di belakang pria itu. Meski Sera menduga-duga, selama ini Seokjin sudah tahu semuanya tapi berlagak tak acuh, seolah-olah tidak pernah ada yang terjadi di Beijing.

"Pria itu mengerikan, lakukan saja semua yang dia perintahkan dan jangan mengeluh. Dia berjanji akan mengembalikanmu ke Beijing, jika semua pekerjaanmu sudah selesai."

Pesan Beomgyu sebelum dia terbang ke Korea melekat erat di pikiran Sera, bayangan para pelacur yang mati mengenaskan di tangan pembeli menghantui Sera berhari-hari.

Akan tetapi yang Sera dapat justru kebalikannya. Sikap Seokjin sangat lembut, jauh dari kesan mengerikan seperti yang dikatakan Beomgyu. Meski tak bisa dipungkiri ada aura mencekam bila Seokjin sudah memberi perintah. Seokjin tidak pernah menaikkan nada suara, memperlakukannya selayak manusia, perhatian Seokjin bahkan terasa tulus dan kelewat jujur.

Kim Seokjin bukan tipe devil yang menyakiti secara fisik, tapi menakuti secara psikis dengan semua kekuasaan dan harta yang dia miliki. Seokjin membungkam orang-orang di sekitarnya dengan tindakan tenang namun terasa membunuh pelan-pelan, membuat orang-orang yang berurusan dengan Seokjin harus berlutut di bawah kakinya bila ingin tetap hidup.

Jadi... malam setelah dia kembali dari rumah penjahit itu, sewaktu Seokjin menyadari dia menerima pesan singkat di ponselnya, Sera tidak berusaha menutup-nutupi.

"Istrimu menghubungiku, meminta untuk bertemu."

Raut wajah Seokjin lamat-lamat berubah kaku, dingin selayak gunung es yang membekukan jarak di antara mereka. Sera tahu kalau Seokjin tengah berada di mode tidak mau dibantah, menuruti semua titah sang tuan adalah harga mati bagi Sera.

"Temui dia," kata Seokjin, suara beratnya terdengar rendah sampai bulu-bulu di tangan Sera meremang. "Aku perintahkan padamu, bersikaplah seperti dirimu yang sebenarnya, lakukan apa saja yang kau inginkan padanya."

Kalimat itu membuat Sera tersenyum miring, karena sejatinya dia lelah dan muak berlagak menjadi manusia lemah di hadapan orang lain. Tetapi kemudian dia menyadari pandangan Seokjin meredup, Sang Tuan baik hati menjauh pergi dalam langkah goyah yang mengusik dirinya.

Selama ini Sera mengamati sekitar diam-diam, menarik kesimpulan; betapa Kim Seokjin mencintai Jiyeon. Pria itu mengabaikan fakta, bahwa, Jung Jiyeon telah mengkhianatinya. Sera tidak punya kepedulian terhadap Jiyeon, urusannya cuma melayani Seokjin sampai kontrak kerjanya selesai.

Dibacanya lagi pesan dari Jiyeon, meminta bertemu di private restaurant di salah satu hotel mewah di Gangnam. Di sinilah Sera berada keesokan harinya, duduk di antara meja kaca. Wanita itu melihatnya lurus-lurus, ada kesan lelah sekaligus muak saat Jiyeon menatapnya.

"Pergilah, tugasmu sudah selesai."

Sera seketika menyeringai, tidak habis pikir dengan jalan pikiran Jiyeon. Dia tidak pernah menerima bayaran dari wanita itu, mereka tidak terikat kontrak kerja apa pun.

Tuan Kim dan Sang PelacurWhere stories live. Discover now