"Oppa memang yang terbaik, saranghae...." Sera cekikikan sambil berjalan ke kamar mandi.

"Ya, ya, ya... mandi sekarang. Kita sarapan di rumahku saja, Liu masak banyak makanan."

"Kau itu beruntung sekali ya, punya istri sehebat cece Liu." Sera melihat paper bag di atas wastafel, isinya satu stel baju, lengkap dengan pakaian dalam dari merek terkenal.

"Oppa! Tuan yang semalam, membelikanku baju ganti." Sera meneliti merek pakaian itu.

"Oya?—" kata Soobin di seberang. "Apa dia memperlakukanmu dengan baik?"

"Iya, terlalu baik malah. Astaga!" Sera memekik kegirangan sambil memeluk baju barunya. "OMG—oh my god, oh my god, Oppa! Mereknya L.K Bennett loh, pakaian dalamnya Victoria Secret, ya ampun mimpi apa aku semalam."

Tawa bahagia Sera menggelegar di kamar mandi, sementara Soobin sudah ngomel-ngomel karena sekarang dia tiba di lobi tapi Sera belum mandi. Butuh menunggu selama lima belas menit bagi Soobin yang kini memerhatikan kamar mewah itu; ranjang besar, sofa dengan meja kaca depan tivi 55 inch. Pemandangan kota Beijing tergambar bak lukisan dari balik dinding kaca, ada meja kerja juga dan kamar itu sangat luas.

"Kamar ini luas sekali—yak! Pakai bajumu di kamar mandi!" teriak Soobin secepat yang dia bisa, saat Sera keluar hanya dengan handuk di kepala.

"Lupa!" Sera tertawa lalu masuk kamar mandi lagi, dia keluar tiga menit kemudian dan berpose di depan pintu. "Oppa, bajuku bagus tidak?" katanya, lalu tertawa senang saat Soobin mengangguk.

"Kapan sih, pakaian yang kau kenakan terlihat buruk?" Soobin memutar bola mata ke langit-langit. "Kajja (ayo)! Kita pulang sekarang, aku lapar."

Sera membereskan pakaiannya semalam ke dalam paper bag, termasuk pakaian yang sudah terlanjur Soobin bawa untuknya. Dia mengapit lengan Soobin selama mereka menulusuri selasar hotel sampai lobi, sibuk menceritakan tentang kebaikan kliennya.

"Ah, baguslah," kata Soobin, mengacak rambut Sera yang masih setengah basah. "Aku selalu khawatir kau dapat klien yang buruk, jangan ada lagi yang memukulmu seperti waktu itu."

"Oppa, kenapa kau mengingatnya terus, sih?"

Sera cemberut, dia tidak ingin mengingat satu klien sadomasokis yang hampir membuatnya mati, setelah dia diborgol, dipukuli lalu orang itu juga memasukkan benda tumpul ke alat kelaminnya. Andai Soobin tidak datang tepat waktu, mungkin saat itu Sera sudah kehilangan nyawa.

Pintu otomatis lobi terbuka, seorang anak perempuan berlarian ke arah Sera dan Soobin, Sera yang tidak siap malah menarik Soobin ke samping dan membuat anak kecil itu jatuh ke lantai.

"Are you okay?" Sera lekas mendekati anak perempuan itu, senyumnya otomatis terbit saat anak itu menggelengkan kepala.

"Yah, thank you."

"Ah, kau cantik sekali, di mana ibumu?" Sera mengedarkan pandang, kemudian atensinya tertuju pada sosok yang baru ditunjuk oleh anak perempuan tadi.

Seorang wanita dalam balutan dress selutut Alexander McQueen yang melukis lekuk tubuh muncul, rambut hitam bergelombang yang dibiarkan tergerai bergerak lembut saat pintu otomatis tertutup di belakangnya. Stiletto Jimmy Choo sepuluh senti yang mengetuk lantai seolah-olah berpendar keperakan, saat wanita itu melepas kaca mata hitamnya, melihat ke arah Seraphina—bukan, tapi pada sosok anak perempuan yang berdiri di dekat Sera.

"Reeya, ke sini! Apa putriku mengganggumu?" tambahnya pada Sera.

"Ah, tidak kok, tadi dia terpeleset."

Tuan Kim dan Sang PelacurWhere stories live. Discover now