"Rara-ya" panggil seorang wanita yang telah berkeriput itu.

"Halmeoni" balas Rara lirih.

Rara mendekat pada Woojin. Melihat kondiai Woojin saat ini dengan kepala Woojin dibalut perban, begitu pula dengan tangan kirinya.

"Apa kata dokter halmeoni?" Tanya Rara namun pandangannya masih tertuju pada Woojin.

"Woojin mempunyai luka di kepalanya dan tangan kirinya. Tangan Kirinya sedikit retak hingga harus digips"

Rara menghelas nafas.
"Mianhae" Rara menunduk, neneknya itu mendekati Rara.

"Wae Rara-ya"

"Mianhae halmeoni, aku tak bisa menjaga dongsaengku dengan baik" Rara meneteskan air matanya.

Neneknya yang sadar kemudian memeluk Rara.
"Aniya, kau sudah sangat baik menjaga adikmu Rara, halmeoni sangat bangga padamu. Ini bukan salahmu, gwenchana"

Rara mengangguk dan menikmati pelukan halmeoninya itu yang sudah lama tak ia rasakan.

"Nuna" terdengar suara serak.

Rara menoleh pada arah Woojin.
"Woojin-a" ucap Rara lembut sembari menghapus air matanya yang sepat jatuh tadi.

"Kenapa nuna menangis?"

"Aniyo, nuna gwenchana"

"Uljima" ucap Woojin lemah.

Rara mengangguk.
"Ne"

"Aku akan panggil dokter" ucap Soora kemudian langsung pergi.

"Halmeoni?"

"Ne Woojin"

"Apa yang terjadi padaku?"

"Tadi kau mengalami kecelakaan Woojin. Syukurlah kau sudah sadar sekarang"

Tak lama kemudian dokter datang untuk memeriksa Woojin.

Rara kemudia keluar dari kamar Woonjin dan berbincang pada dokter tadi.

"Bagimana?"

"Dia baik baik saja Rara-ya besok dia sudah boleh pulang"

Rara menghelas nafas sedikit lega.
"Jangan terlalu khawatir" ucap dokter tersebut

"Ne, gomawo seongwon-ssi"

"Hm ne, aku pergi dulu"

Rara memejamkan matanya sejenak dan pergi menebus obat untuk Woojin.

Tak membutuhkan waktu lama Rara sudah kembali dari tempat menebus obat.

Rara merasakan ponselnya bergetar.

"Yeoboseo"

"Bagimana? Apa kau puas melihat dongsaengmu"

Rara mengerutkan dahinya.
"Mianhae, neo nuguseyo?"

"Ahahaa, kau ini pura tak mengenali suaraku hm"

"Mianhae, tapi..."

"Yak! Wanita bodoh, aku Jang Haerin"

"Haerin?"

"Kau sudah mengabaikan ucapanku untuk menjauh dari Daniel. Jadi rasakan akibatnya. Dengar baik baik Lee Rara, jika kau masih dekat dengan Daniel, dongsaengmu itu akan lebih menderita dari pada yang sekarang. Arraseo, aku tutup"

Haerin memutuskan panggilannya. Rara hanya diam membeku, ia mengingat perkataan Haerin beberapa bulan silam. Air mata Rara mulai Jatuh sekarang tubuhnya mulai melemas.

"Rara gwenchana?" Seseorang menompang tubuh Rara yang hendak terjatuh.

Rara menoleh dan menangis.
"Apa yang harus aku lalukan hisk hisk"

"Ji..."

"Sttts, fokus pada adikmu"

###

Daniel mondar mandir mencoba menghubungi Rara sejak 2 jam yang lalu. Namun, nihil Rara tak mengangkat ponselnya.

"Rara, ada apa denganmu"

Daniel menekan nomer Rara dan menghubunginya lagi. Namun hanya dering menyambungkan yang terdengar.

"Rara kau kenapa?"

Daniel menghempaskan tubuhnya dan ponselnya ke sofa.

"Aish, kau membuatku khawatir Rara. Apa kau baik baik saja? Apa aku harus kerumah sakit? Aniya aniya aniya, mungkin Rara sedang sibuk. Besok akan ku coba hubungi"

###

Rara melihat ponselnya yang bergetar dari tadi.

"Angkat saja Rara" ucap halmeoni.

"Aniyo halmeoni"

"Nuna"

Rara mendekati Woojin dan duduk disamping Woojin.
"Ada apa Woojin, kenapa terbangung"

"Aku tidak bisa tidur"

Rara tau maksud Woojin, lalu mencoba mengusap kepala Woojin.

"Tidurlah Woojin. Nuna ada disini"

Inilah kebiasaan Woojin jika ingin tidur. Kepalanya harus di usap lembut agar dirinya bisa tertidur.

"Nuna bogosipeo. Aku benar benar merindukan ini dari nuna" kemudian Woojin tertidur.

Yah, dulu Rara yang selalu mengusap Woojin sebelum tidur, namun saat Rara mulai pindah di Seoul untuk bekerja Woojin jarang merasakannya. Terkadang neneknya mengusapnya namun tetap ada yang berbeda.

.
.
.
Terimakasih sudah membaca dan sudah mengikuti cerita ini dari awal. Dan juga terimakasih sudah mau vote cerita author ^^

My Nurse - Kang DanielTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang