BAB 15

8.2K 660 20
                                    

Sejak Divo membentak Arumi, ia tidak lagi mengajak Arumi mengobrol atau bercanda seperti biasanya. Divo terlihat berusaha keras menghilangkan emosinya, jadi ia memilih menjauh dari Arumi. Keempat teman Divo yang lain bukannya tidak mendengar dan tidak sadar dengan situasi di antara Arumi dan Divo. Mereka hanya ingin memberi kesempatan untuk kedua orang itu untuk berpikir.

Divo duduk di tempat yang agak jauh dari tempat Arumi dan yang lainnya. Ia memandang kosong gunung yang ada di depannya. Setelah dirasa cukup tenang, barulah Divo kembali ke teman-temannya.

"Guys, udah jam 8 nih, mau turun kapan? Jam 9 puncak harus udah clear," ucap Divo pada teman-temannya. Ia mengabaikan Arumi yang duduk di samping Emma.

"10 menit lagi bro," pinta Malik dan yang lainnya pun setuju.

"Oke, yuk kita foto bareng lagi, latarnya Wedus Gembel," kata Rafsan.

Keenam mahasiwa itu pun berfoto, walaupun tidak ada senyum tulus di wajah Arumi dan Divo.

Saat turun, Divo sama sekali tidak mengajak Arumi mengobrol. Ia hanya diam, walaupun ia tidak melupakan tanggung jawabnya menjaga Arumi.

"Div, minum," Arumi akhirnya membuka suara. Divo hanya memberikan botol minum kepada Arumi tanpa berkata apa-apa.

Arumi tersenyum sedih, Divo saat ini sangat berbeda jauh dengan Divo beberapa jam lalu. Tidak ada lagi Divo yang jago gombal dan juga cerewet. Arumi harap, Divo tidak terlalu lama mendiamkannya dan segera mengutarakan penyebab kemarahannya.

***

Sisa perjalanan Kalimati-Ranu Kumbolo dan Ranu Kumbolo-Ranu Pani pun dilewati dengan kebisuan di antara Arumi dan Divo. Temannya sudah kehabisan cara untuk membuat dua sejoli itu berbicara, tetapi sayangnya gagal. Divo sama sekali mengunci rapat mulutnya, ia hanya akan berbicara jika benar-benar penting.

"Guys, kita istirahat dulu di kenalannya yang punya Jeep, lokasinya deket Pasar Tumpang. Sekarang kan masih pagi, mending kita langsung kesana aja. Biar ntar malem kita langsung ke penginapan yang di deket stasiun Malang. Kalian udah pada kangen kasur kan? Gue udah nemu tempatnya, bayar 10 ribu per orang dan sarapannya 15 ribu. Gimana?" Aden meminta persetujuan teman-temannya.

"Boleh Den, kuy lah badan gue udah ga ada rasanya," kata Malik yang terlihat kelelahan.

"Yuk, nanti langsung di anterin ke tempat itu kok pake Jeep, jadi ga usah naik angkot atau jalan kaki lagi dari Pasar Tumpang," ajak Aden dan mereka pun langsung menaiki Jeep yang sudah menunggu mereka.

Arumi dan Emma duduk di samping supir, sedangkan yang lainnya di belakang bersama pendaki lain.

"Em, Divo kenapa ya?" tanya Arumi pada Emma.

"Gak tau, Rum. Mungkin kamu ada salah-salah ngomong kali," kata Emma cuek. Ia sebenarnya juga kesal pada Arumi. Bisa-bisanya Arumi menyebut pria lain di saat Divo sekuat tenaga memberikan hadiah ulang tahun untuk Arumi. Emma ingat, Divo sangat ngotot untuk berangkat pada akhir Agustus dan summit tanggal 28. Padahal kuliah tinggal seminggu lagi dan Divo memiliki urusan yang sangat penting terkait pendidikannya. Tetapi ia tetap memaksa dan akhirnya jujur jika ia ingin memberi Arumi hadiah ulang tahun yang tak terlupakan.

***

Sebulan sebelumnya, Divo memohon kepada Aden agar jadwal mereka diundur, ia mendatangi rumah Aden hanya untuk berbicara mengenai pendakian ke Semeru, "Please, Den. Gue pengen ngasih sesuatu yang tak terlupakan buat Arumi. Gue gak pengen dilupain sama dia, Den. Gue mohon, kali ini turutin mau gue. Gue pengen Arumi melihat gue, gue pengen dia sadar kalo gue layak buat dia. Gue pengen dikenang dan ditunggu, Den."

The OneWhere stories live. Discover now