BAB 12

8.1K 725 19
                                    

Sekitar pukul 10 pagi, rombongan Arumi meninggalkan basecamp Ranu Pani dan memulai perjalannya. Tujuan mereka hari ini adalah Ranu Kumbolo. Divo, Aden, Rafsan dan Malik bisa saja meneruskan perjalanan mereka ke Kalimati, tapi tidak dengan Arumi dan Emma. Jadi mereka memutuskan untuk mendaki dengan santai, tidak terburu-buru karena tujuan mereka adalah untuk berlibur.

"Kita foto dulu yuk," ajak Malik saat mereka melewati gerbang yang menandakan bahwa pendakian telah dimulai.

Setelah berfoto, mereka berdoa bersama sesuai kepercayaan masing-masing, "Temen-temen, semoga kita semua dikasih kesehatan dan kemudahan selama mendaki, bisa pulang dengan selamet tanpa kurang apapun. Terakhir, semoga petualangan kita kali ini berkesan dan bisa kita ceritakan ke anak cucu kita kelak," Divo membuka doa dan diamini oleh teman-temannya. "Berdoa menurut kepercayaan masing-masing," lajutnya dan mereka pun serius dalam doa masing-masing.

"Oke selesai. Kalau ada yang capek, bilang aja gak usah gengsi, terutama Emma dan Arumi," kata Malik menambahkan, "Kita sekarang satu tim, berhenti satu, berhenti semuanya. Jaga kekompakan kita ya, guys!"

Kemudian perjalanan pun dimulai. Rafsan memimpin di posisi paling depan, diikuti Malik, Emma, Aden, Arumi, kemudian Divo sebagai sweeper.

"Arumi, kalau ada apa-apa, bilang sama aku ya," Divo berkata sambil mengelus pelan kepala Arumi.

Arumi hanya mengangguk dan berjalan dengan santai. Ini memang bukan pengalaman pertamanya menaiki gunung. Sebelumnya ia telah menaiki gunung Papandayan, Gede, Pangrango, Cikuray, dan Prau. Dan di antara gunung-gunung tersebut, Cikuray lah yang memiliki trek yang sangat sulit, tetapi Arumi mampu mencapai puncaknya.

"Divo jangan jauh-jauh dari aku ya," pinta Arumi sambil berjalan.

"Tanpa kamu minta, aku gak akan jauh-jauh dari kamu kok, Rum. Sesuai janjiku," kata Divo enteng sedangkan hati Arumi mendadak berdetak dengan lincah.

***

Mereka beristirahat di pos pertama selama kurang lebih 20 menit. Trek yang dilalui dari dimulainya pendakian sampai pos 1 memang tidak terlalu menanjak. Jalannya pun tidak sulit, bahkan dapat dilalui oleh motor. Arumi tidak terlalu merasa kelelahan, karena memang mereka berjalan dengan santai.

Ada sebuah posko kecil yang dapat digunakan untuk beristirahat, juga ada warung yang menyediakan makanan seperti gorengan, mie dalam gelas, minuman, dan buah semangka. Tetapi Arumi memilih untuk sekedar meluruskan kakinya yang pegal dan menggunakan carrier-nya untuk bersandar.

Setelah dirasa cukup beristirahat, mereka kembali melanjutkan perjalanan ke pos 2. Pos 2 atau disebut Watu Rejeng adalah sebuah area dengan tanah landai yang cukup luas untuk beristirahat. Dinamakan Watu Rejeng karena di sekitar tempat tersebut terdapat bebatuan yang menyerupai tebing, sangat indah. Tidak membutuhkan waktu lama untuk beristirahat, karena mereka masih harus menempuh jarak yang lumayan jauh untuk tiba di Ranu Kumbolo.

Pos 3 pun hampir sama dengan pos-pos sebelumnya, hanya ada area luas yang dapat digunakan untuk tempat beristirahat. Arumi dan kawan-kawan memutuskan beristirahat agak lama, karena mereka sudah mulai kelelahan. Arumi mencari tempat yang nyaman untuk duduk dan Divo mengikutinya.

"Arumi, kalo abis jalan, kakinya jangan dilipet, lurusin," saran Divo saat melihat Arumi melipat kedua kaki kemudian memeluknya.

"Aku capek, Div," keluh Arumi.

Divo tersenyum tenang, "Pasti capek, rum. Aku juga capek kok. Apalagi aku bawa banyak banget barang-barang bersama."

Keempat lelaki itu memang sudah membagi tugas membawa barang kelompok. Aden membawa gas-gas dan juga alat memasak, Malik membawa tenda dan hammock, sedangkan Divo dan Rafsan membawa logistik. Selain itu, Divo juga membawakan sleeping bag dan beberapa barang bawaan Arumi. Katanya, ia tak ingin Arumi membawa beban terlalu berat karena akan mengakibatkan Arumi mudah lelah.

The OneWhere stories live. Discover now