Part 40

15.3K 1K 47
                                    

Alexis memandangi langit-langit kamarnya, sudah hampir empat jam dia membaringkan tubuhnya. Tapi, dia sama sekali tidak bisa menutup matanya.
"Jadi, ada kemungkinan dia akan kembali." Gumamnya. "Aku harus senang atau marah?" Tanyanya pada dirinya sendiri.

******

Langit Aldwick di penuhi bintang-bintang, Devian menatap langit-langit malam bersama sang istri. "Apa yang anda pikirkan?" Tanya Alice.

"Sekarang aku mengerti apa yang di rasakan ayahku, aku juga melakukan hal yang sama pada anak itu." Devian menatap istrinya dalam.

"Lalu, apa yang akan anda lakukan?" Tanya Alice.

"Aku terbiasa memperhatikannya dari jauh, saat Malbork mengalami kemunduran karena Rajanya yang suka berjudi. Dia datang padaku dan memintaku untuk membeli seluruh kerajaannya sebelum kerajaan itu jatuh ketangan iblis yang lebih buruk lagi darinya. "

*flash back*

"Aku mohon bantu aku Devian!" kata seorang pria yang terlihat masih berusia empat puluh tahunan.

"Apa yang kau inginkan? Serahkan saja kerajaanmu pada Raja Diomed. Ku pikir dia akan dengan senang hati menerimanya sebagai ganti atas hutang-hutangmu padanya." Devian terlihat enggan menatap pria itu.

"Apa kau gila? Dia sama buruknya denganku, dia akan mempermalukanku di depan rakyatku sendiri. Menjual kerajaanku di meja judi, yang benar saja. Hanya kau yang bisa membantuku, apa kau lupa aku adalah sekutu kakekmu." Pria itu terlihat meyakinkan Devian.

"Baiklah, tapi bagaimana jika kau memberikannya pada anak ini!!  Berduel lah dengannya dan mengalah padanya. Pura-puralah mati dan menghilang dari jangkauannya. Anak ini masih sangat naif, buat dia sedikit terluka dan di saat terakhir kau harus kalah." Devian mengangkat sebelah alisnya.

"Kau menyuruhku mengalah pada anak setengah iblis ini? Apa kau bercanda?" Tanya pria itu tak percaya.

"Dia putraku dari istri manusiaku. Jika kau keberatan lupakan saja, kau bisa mengurus sendiri Malbork." Devian terlihat tak peduli.

"Baiklah, akan aku lakukan. Tapi berjanjilah kau harus menjadikan Malbork kerajaan yang lebih baik dan jangan lupa berikan permata-permata itu secepatnya." Pria itu tersenyum.

"Tenang saja, Malbork akan menjadi tempat yang lebih baik." Gumam Devian sembari tersenyum.

"Devian!" Panggil pria itu lagi saat akan keluar dari ruangan besar itu.

"Ada apa lagi?" Tanya Devian.

"Jangan sampai ada orang yang tau tentang hal ini, hanya kau dan aku yang tau." pria itu menatap Devian serius.

"Tenang saja, aku juga tidak ingin anak itu tau jika aku melakukan ini. Jadi, buat dia menggunakan kemampuan terbaiknya." Devian menyeringai.

*flash back end*

"Jika Alexis tau, dia akan... "

"Karena itu aku memilih memperhatikan dari jauh, itu akan lebih baik." Gumam Devian. "Sekarang dari pada membahas itu, bagaimana kalau sekarang kita membahas tentang kau dan aku." Devian melingkarkan tangannya ke pinggang istrinya, menarik wanita itu mendekat ke arahnya.

"Apa yang anda lakukan?" Tanya Alice sedikit malu-malu.

"Menurutmu apa yang akan aku lakukan?" Tanya Devian balik bertanya.

Dengan mudahnya, Devian mengangkat tubuh ramping istrinya membopong Alice, masuk ke dalam.

Perlahan Devian membaringkan tubuh sang istri, pria itu menatap lekat wajah Alice.

Devil Child [ TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang