Part 1

20.8K 1.8K 77
                                    

Alexis baru saja tiba di Aldwick. Dia begitu terkagum-kagum dengan bangunan kerajaan ini bahkan lebih besar dari kerajaan Corfe.
"Pangeran Alexis." Sapa seseorang sambil menunduk hormat.

Alexis mengamati orang didepannya, pria berambut pirang dan iris biru. Wajah yang tidak asing, Alexis mengerutkan dahinya mencoba mengingat dimana dia pernah melihat pria itu.
"Kau siapa?" Tanya Alexis.

"Pangeran Alexis, dia Tuan Aiden beliau sering mengunjungi kita di Corfe." Jelas Howen.

"Anda masih sangat kecil saat terakhir kali saya bertemu dengan anda. Mungkin anda tidak begitu mengingatnya." Aiden tersenyum.

"Dimana bibi Beryl?" Tanya Alexis.

Dia mengedarkan pandangannya mencari sosok pelayan almarhum ibunya.
"Anda tidak mengenaliku, tapi mengingat nona Beryl dengan baik." Gumam Aiden. "Mari, ada seseorang yang ingin bicara dengan anda."

Alexis menatap Howen bingung dan segera berjalan mengikuti Aiden dari belakang.
"Paman, apakah ayahku ada di istana?" Tanya Alexis penasaran pada Aiden.

"Anda akan segera mengetahuinya." Jawab Aiden.

"Seperti apa ayahku? Apa dia hebat? Apa dia tampan sepertiku?" Tanya Alexis.

Aiden melirik kearah Alexis. "Sebentar lagi anda akan mengetahuinya." Jawab Aiden

Alexis hendak bertanya lagi, tapi tangan Howen memegang pundak Alexis dan memberi isyarat untuk tidak bertanya lagi. Membuat wajah Alexis terlihat begitu kecewa.

Mereka akhirnya berhenti didepan sebuah ruangan besar, saat Aiden membuka pintunya Alexis begitu terkagum dengan ruangan itu. Kursi berderet dikanan kiri, untuk tempat duduk para menteri dan pejabat kerajaan. Jendela-jendela besar berjejer disepanjang ruangan itu, membuat ruangan itu cukup terang oleh sinar matahari. Empat pilar yang tinggi menyangga langit-langit ruangan itu. Tak lupa patung baju zirah besi dengan pedang ditangannya berjejer rapi. Di ujung ruangan ditempat paling tinggi singgasana Raja dengan kursi tahta yang terbuat emas yang dilapisi beludru merah dan berhiaskan permata dan berlian di bagian atas.

Disana seorang Raja yang terlihat masih muda terlihat duduk menyilangkan kakinya sambil menopang dagunya dengan punggung tangannya. Iris merahnya menatap dingin kearah Alexis, tak ada senyum atau pun sapaan darinya. Aiden segera berlutut memberi hormat begitu pula Howen.
"Sudah lama tidak bertemu denganmu Howen. Kau masih terlihat sama." Sapa Devian.

"Anda juga terlihat masih muda dan tampan, Yang Mulia." Puji Howen.

"Aiden, kau boleh keluar."

Aiden segera berdiri dan keluar dari ruangan itu.
"Howen, kau tidak keberatan bukan?" Devian menatap Howen yang masih berlutut.

Howen segera berdiri dan langsung berjalan keluar menyusul Aiden. Tinggal Alexis sendirian diruangan itu, membuatnya sedikit gelisah. Alexis terus menunduk dalam, hingga tanpa disadarinya Devian sudah berada dihadapannya.
"Haruskah, aku memelukmu?" Tanya Devian dingin.

Alexis menggeleng pelan.

"Bagus kalau begitu." Gumam Devian.

"Si.. Siapa anda?" Tanya Alexis dengan suara begetar karena gugup.

"Aku Raja Aldwick, penguasa dari empat kerajaan." Jawab Devian.

"A.. Ayah.. " Alexis menatap Devian.

Devian terdiam saat bertemu pandang dengan putranya. Iris biru Alexis mengingatkannya pada Alice, Devian segera memalingkan wajahnya dan memejamkan matanya sejenak untuk mengendalikan perasaannya.
"Mulai sekarang, kau tinggal disini. Jangan membuat masalah, dengarkan perintahku dan jangan membantah atau kau akan mendapat hukuman." Devian segera melangkah pergi.

Devil Child [ TAMAT]Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ