Part 24

9.9K 1K 55
                                    

"Seperti inikah ketika hidup akan berakhir." setiap kenangan kembali memenuhi otak Aslyn. Samar bayangan perlahan mendekat ke arahnya, saraf-saraf tangannya perlahan merasakan sentuhan yang hangat.

Seseorang menarik tangan Aslyn ke permukaan membawa tubuh mungil gadis itu ke tepi danau, dengan susah payah Alexis membawa tubuh Aslyn ke daratan.
"Uhuk... Uhuk.. " Aslyn terbatuk.

Alexis dengan cepat membantu gadis itu untuk duduk. Aslyn terbatuk mencoba mengeluarkan air yang masuk ke paru-parunya. Perlahan gadis itu membuka matanya. "Apa kita sudah mati?" Tanya Aslyn lemah.

"Kalau memang ingin mati... Mati saja sendiri jangan mengajakku." Jawab Alexis kesal.

"Jadi, aku belum mati?" Aslyn mengecek kembali ke adaan tubuhnya, menyentuh dada kirinya memastikan jantungnya masih berdetak. Tak berapa lama wajahnya terlihat lega. "Syukurlah.." Gumamnya gembira.

"Kita sudah di seberang." Alexis menatap pohon besar di hadapannya.

Pohon apel yang biasanya pendek, tapi di hadapannya berdiri pohon besar dengan daun lebat berwarna ke emasan. Lebih mirip daun yang hampir kering. Terdapat beberapa buah apel hitam pekat menggantung di sana. Alexis hendak berjalan mendekat ke arah pohon, tapi Aslyn menggenggam tangan Alexis.

Alexis menatap gadis itu bingung. "Hati-hati, bisa saja ada penjaga lain."

"Tenanglah!!" Alexis mendekat perlahan. "Aku tidak punya banyak waktu, keadaan ibuku semakin memburuk."

Alexis perlahan mendekat kearah pohon itu. Perlahan akar-akar pohon bergerak, menghalangi jalan Alexis. Sesaat pemuda itu berhenti menatap ke arah pohon yang telah berdiri ribuan tahun itu. "Begitu banyak yang harus aku lalui hanya untuk sampai di sini.... " Alexis berhenti sejenak dan menunduk dalam. "Aku hanya membutuhkan satu buah dari pohon ini, mungkin dahulu kakekku telah mengelabuhi penjagamu dan mengambilnya untuk ke untungannya sendiri. Tapi, aku benar-benar membutuhkannya aku mohon biarkan aku melihat, memeluk dan membalas setiap kebaikan yang dia berikan olehnya padaku. Bantu aku... " Perlahan Alexis melangkah.

Akar-akar pohon perlahan-lahan menjauh dari langkah Alexis. Aslyn melangkah cepat mengikuti elexis dari belakang. Perlahan dahan pohon turun, menunjukkan beberapa buah hitam pekat. Perlahan Alexis meraih satu buah apel itu dan memetiknya. Sesaat setelah dahan itu naik kembali setelah Alexis mendapatkan satu buah.

Tapi, baru saja Alexis memasukkan satu buah ke sakunya akar-akar pohon mulai terangkat dan menyerang ke arah Alexis dan Aslyn. Akar-akar melayang ke udara dengan cepat dan menghentakkan kembali ke tanah meninggalkan bekas retakan yang mengerikan. Cepat Alexis menghindari setiap serangan akar pohon itu.

Saat akar pohon melayang di atas kepala Alexis, siap untuk menghantam pemuda itu. Howen tiba-tiba muncul di hadapan Alexis menahan akar pohon yang berusaha meremukkan badan Alexis.
"Anda baik-baik saja?" Howen menatap Alexis.

Alexis mengangguk mantap dan segera menarik Aslyn menjauh dari sana.
"Howen buka gerbang untuk keluar dari sini!!" Perintah Alexis.

Howen mengangguk dan segera melepas akar pohon itu. Bergerak cepat ke arah Alexis, iris ke emasannya bersinar. Lubang hitam terbuka Alexis segera menarik tangan Aslyn saat salah satu akar itu meluncur lurus ke arah mereka dan Howen segera mengikuti dari belakang.

Mereka muncul di tepi tebing, awal mereka menuju jalan masuk ke dunia bawah laut. Aslyn bernafas lega, matanya melirik ke arah Alexis.
"Matamu... Berubah lagi?" Tanya Aslyn penasaran.

"Benarkah? Tapi aku menyukai mata ini." Jawab Alexis santai.

"Sayang sekali, kau lebih tampan dengan mata biru." Aslyn melirik ke arah lain menyembunyikan ke gugupan dalam suaranya.

Devil Child [ TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang