Part 22

10.7K 1.1K 51
                                    

"Hiks... Hiks... Hiks... "

Suara isak tangis seseorang terdengar samar. Tetesan air menetes ke pipi Alexis. Dia melenguh, perlahan matanya terbuka menunjukkan iris merahnya. Bayangan samar seseorang di depannya terlihat bahunya bergetar seiring dengan suara isak tangisnya.
"Hmmm... " Alexis berusaha bangun.

Aslyn yang melihat Alexis bangun tersentak kaget dan segera membantunya. Alexis meringis kesakitan saat Aslyn menyentuh lengannya.
"Ma.. Maaf!!" Dengan cepat gadis itu melepas pegangannya dari lengan Alexis.

"Kau tidak apa-apa?" Alexis menatap Aslyn.

"Harusnya aku yang menanyakan hal itu padamu." Aslyn menyeka air matanya dan menatap Alexis. "Apa kau baik-baik saja?"

"Entahlah... Dadaku terasa sakit... " Alexis memegang dadanya, nafasnya mulai berat. "A... Aku rasa.. Aku... Tidak akan... Bertahan... Lagi.... "

"Ta... Tapi, Howen... Dia pergi mencarikan obat untukmu, kenapa dia tidak kembali..." Aslyn terlihat mulai panik.

"Ti.. Dak.. Apa, kata... Kan pada Howen... Dia... Pengawal... Yang luar.... Biasa... " Alexis terlihat mulai kesulitan bicara. "Uhukkk... Uhukkk... Uhukkk... " Alexis terbatuk, nafasnya semakin berat.

"Tidak, tidak bertahanlah aku mohon... " Aslyn memulai panik.

Tubuh Alexis mulai melorot kembali, dengan cepat Aslyn meraih kepala Alexis dan menopang kepala pria itu. "Bertahanlah, jangan bicara lagi... Kau harus selamat... " Aslyn semakin panik, air matanya kembali beruraian.

"To... Long... Selesai... Kan.. Misi... Ku." Tangan Alexis terjatuh lemas, kepalanya bersadar ke dada Asyln lemas.

Aslyn terbelalak kaget, dia mulai panik dan menangis. "Hikss...  Seseorang apa ada yang mendengarku!!" Aslyn berteriak sekuatnya berharap ada orang yang mendengarnya. Tapi, tak ada siapapun di sana. Tubuh Alexis telah lemas, Aslyn semakin terisak saat melihat tubuh Alexis.
"Seseorang tolonglah!! Aku mohon.. " Aslyn menunduk sedih air mata membanjiri pipinya.

Tak berapa lama Howen muncul sesaat tubuh Howen membeku melihat tubuh Alexis. Aslyn yang melihat kedatangan Howen langsung membaringkan tubuh Alexis perlahan. Gadis itu berlari menghampiri pengawal Alexis yang terdiam membeku.
"Tuan, tolong Alexis. Aku mohon... Dia... Aku rasa dia sudah meninggal.." Isak tangis sesekali terdengar di setiap kata yang ia ucapkan. "Anda pasti bisa menyelamatkannya kan... Dia mungkin pangeran yang menyebalkan... Tapi, sejujurnya dia pria yang tampan... Dan baik... " tangis Aslyn semakin menjadi saat ia ingat karena dirinya Alexis menjadi seperti ini.

Alexis membuka sebelah matanya mengintip ke arah Aslyn yang memunggunginya. Howen terkejut dan hendak melangkah mendekat kearah Alexis. Tapi Alexis segera memberi isyarat pada Howen untuk tak mendekat dan memintanya untuk diam. Alexis kembali membaringkan tubuhnya dan menutup matanya saat Aslyn menengok kearahnya. "Tuan Howen...  Bagaimanapun Alexis... Adalah pria yang luar biasa... Sejujurnya hatiku... Terasa sakit melihatnya seperti ini... Sulit untuk mengendalikan perasaanku saat dia menatapku.. Aku ingin mengatakan padanya kalau aku menyukainya.. Tapi dia tak akan pernah tahu... Hal ini... Hwaaaa... Apa yang harus aku lakukan... Tuan Howen, semua terjadi karena salahku... Huhu..."

Howen menatap Aslyn datar tak sepatah katapun keluar dari mulutnya. "Tuan, kenapa kau diam saja... Lakukan sesuatu..."

Alexis terus mencoba menahan tawanya agar tidak meledak. Setiap kalimat Aslyn dia mendengarkan dengan seksama. "Ck... Harusnya kau jujur dari awal kalau pesonaku terlalu kuat." kata Alexis dalam hati.

"Kenapa kau tidak menciumnya saja?" Terdengar suara seseorang.

Aslyn menatap Howen tak percaya. Tapi Howen tak mengatakan sepatah katapun. "Maksudku ciuman mesra yang sangat berkesan, agar aku tidak bisa melupakannya meskipun setelah aku mati." Alexis bangkit berlahan. Dia memegang bahunya dan meringis menahan sakit.

Devil Child [ TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang