Part 37

11.6K 1.1K 41
                                    

Alexis membaringkan tubuh lemah Aslyn, darah segar perlahan mengalir dari luka di punggungnya.
"Panggilkan tabib!!" Perintah Alexis.

Beberapa penjaga langsung berlari kearah garis belakang, dimana para tabib berada. Tangan Aslyn perlahan bergerak menyentuh wajah Alexis yang tertutup noda darah kering dan juga debu.
"Kau tetap saja terlihat luar biasa." Gumam Aslyn lemah dengan tersenyum. "Alexis... Meskipun kau ....tidak ingin menemuiku, tapi di kehidupan selanjutnya aku.. Yang akan..  Menemuimu... Entah aku atau kau yang tidak bisa mengingatnya... Tapi... Aku berjanji, di kehidupan selanjutnya... Aku hanya akan.. Mencintaimu... Meskipun kutukan ini ak... An membunuhku....ber... Ulang kali" Nafas Aslyn mulai tersengal.

Darah terus mengalir dari lukanya, Alexis mencoba menahan air matanya. "Berhenti bicara, biarkan tabib datang. Simpan sedikit tenagamu." Alexis perlahan mengusap cairan bening yang mengalir membasahi pipi putih Aslyn.

"Aku... Mencintaimu... " Bisik Aslyn.

Tato di belakang telinga Aslyn perlahan berpendar, perlahan tubuh Aslyn menjadi transparan seperti air dan menjadi butiran-butiran air berkilauan yang perlahan mengalir ke dalam tanah.

Alice, berjalan perlahan menghampiri putranya yang duduk terdiam membeku, tak ada sepatah katapun keluar dari mulutnya. Perlahan Alexis mendongakkan kepalanya menatap ke arah Howen dan juga Alice. "A... Apa yang baru saja terjadi?" Gumam Alexis seakan tak percaya.

"Pangeran!!" Gumam Howen.

Jemari lentik Alice perlahan meraih putranya, dia berlutut di hadapan Alexis dan memeluknya dengan erat. "Tidak, apa-apa. Menangislah, ibu akan menyembunyikan semua rasa sakitmu!!"

Perlahan tubuh Alexis bergetar, sesekali isak tangis terdengar. Alice perlahan menepuk lembut punggung putranya. "Tidak apa-apa!!" Gumam Alice mencoba untuk menahan air matanya.

Devian hanya berdiri menatap istri dan anaknya. Beberapa tentara yang di bangkitkan Rhodri hancur menjadi debu menyatu dengan tanah di sana. Devian mengedarkan pandangannya menatap beberapa panglima yang mendampinginya.

"Perintahkan, seluruh pasukan untuk kembali. Peperangan ini telah kita menangkan secara tak terduga." Kata Devian sambil menatap punggung istrinya.

Devian mengedarkan pandangannya, menatap tubuh Rhodri perlahan dia berjalan menghampiri tubuh yang sudah tak bernyawa itu.

Devian meraih kalung di leher Rhodri, mengamati kalung yang retak. "Kau pikir kau sudah menang?" Terdengar suara Adrian. "Aku hanya perlu mencari tubuh pengganti... "

"Aku rasa kau salah, kau akan tersegel disini selamanya tak akan ada satupun yang bisa mengeluarkanmu dari sini." Mata Devian berpendar.

Tanah bergetar dan perlahan terbelah menjadi dua. Dari dalam tanah lava panas mengalir bagai sungai dengan air yang menyala kemerahan sesekali kobaran api terlihat menjilat keluar.

"Bagaimana menurutmu?" Devian menyeringai. "Ini akan menjadi rumah barumu, tak akan ada iblis atau manusia yang bisa membawamu keluar dari sana."

"Kau tidak akan berani melakukannya?" Kata Adrian mulai panik.

"Aku tidak butuh keberanian untuk melakukan ini." Devian melempar kalung tersebut.

Perlahan larva mulai menelan kalung itu. "Kau akan menyesal Devian... Kau... "

Suara Adrian tidak terdengar lagi saat tanah kembali menyatu. "Akhirnya kedamaian." Gumam Devian.

******
"Apa dia baik-baik saja?" Terdengar suara lembut Alice.

Ekspresinya terlihat khawatir, sesekali dia melirik ke arah putranya yang tengah terlelap.
"Pangeran, baik-baik saja dia hanya... "

"Tapi, bagaimana luka di wajahnya? Tangannya juga banyak luka? Apa kepalanya juga akan baik-baik saja?" Tanya Alice semakin panik.

Devil Child [ TAMAT]Where stories live. Discover now