Part 8

12.5K 1.3K 41
                                    

"Harusnya aku memberitahumu sejak awal, bahwa karenamu dia seperti itu. Mungkin dia akan menjadi mayat jika aku tidak ada di sampingnya. Kau adalah anak iblis, itu yang harus kau tahu." Devian mengucapkan semua yang telah ia pendam di hatinya.

Alexis seketika membeku, pedang yang ia pegang terjatuh begitu saja dan menghilang. Sorot matanya meredup, anak itu mencoba untuk mencerna kembali kalimat yang ayahnya katakan.
"Ka.. Kau berbohong padaku.. " suara Alexis terdengar bergetar. "KAU PEMBOHONG!!! " teriak Alexis penuh kemarahan.

Bayangan merah pekat keluar dari tubuh Alexis mengitari tubuh anak itu. Alexis menatap tajam kearah Devian. "Kau pembohong, akan aku singkirkan sekarang juga."

Devian menatap waspada kearah anaknya. Dengan cepat bayang merah itu mengarah pada Devian bagai peluru yang telah di lepaskan. Ujungnya yang meruncing langsung menusuk kearah Devian, tapi dengan cepat Devian mengeluarkan pedangnya hingga ujung bayangan itu menyentuh pedang bajanya. Suara dentingan benturan kedua senjata itu terdengar nyaring.

Alexis bergerak cepat kearah ayahnya dan sesaat dia menghilang. Devian menatap waspada kesekelilingnya dan saat Devian sadar Alexis telah muncul di belakangnya. Sebuah tendangan mendarat di punggung Devian hingga dia terpental hingga menabrak jendela hingga pecah.

Dengan susah payah Devian bangkit dan meluncur kearah putranya sebuah tinju mendarat di perut Alexis membuat anak berusia 8 tahun itu terpental jauh hingga membentur tembok. Tubuh mungilnya tertimbun diantara reruntuhan tembok yang hancur.

Darah segar mengalir dari sela bibir Alexis, dengan susah payah dia kembali berdiri dari reruntuhan menatap tajam kearah ayahnya.
"Aku benci menjadi anakmu." Lirik Alexis.

Devian menatap datar putranya. Dengan susah payah Alexis mencoba untuk melangkah keluar dari reruntuhan.
"Kau tidak mudah menyerah." Guman Devian.

Devian kembali melesat kearah Alexis bersiap untuk memukul anak itu lagi. Tapi, seseorang berhasil memukul Devian dari arah samping hingga Devian terlempar ke samping.
"Maaf, Yang Mulia. Saya harus melindungi pangeran sesuai dengan perintah." Howen memberi hormat.

"Howen... " Lirih Alexis sambil tersenyum.

Pandangan anak itu perlahan kabur dan tak berapa lama semuanya menghilang. Alexis jatuh di tepat saat Howen menangkap tubuh mungilnya.
"Aku akan memaafkan yang ini, cepat bawa pembangkang itu pergi." Perintah Devian.

Howen mengangkat tubuh kecil Alexis di lengannya. "Pangeran Alexis, hanya ingin menjadi anak yang baik. Tapi, setelah ini saya pikir dia akan terus membenci anda atau yang terburuk dia bisa saja membantu musuh-musuh anda."

Howen segera berbalik pergi membawa tubuh lemah Alexis kembali ke kamarnya. Devian terdiam sesaat, bayangan masa kecilnya kembali terlintas di kepalanya. Bagaimana dia melewati setiap hari dengan rasa benci kepada ayahnya.

Howen berjalan melewati koridor-koridor sepi. Sesekali dia melirik kearah Alexis yang masih belum sadarkan diri.
"Bagaimana anda bisa kehilangan kendali?" Gumam Howen.

Di kamar Alexis perlahan Howen membaringkan tubuh mungil Alexis. Dengan cepat Howen mengambil Air hangat dan handuk. Howen membersihkan darah dari bibir Alexis dengan lembut. Memeriksa setiap inci tubuh elexis yang mungkin terluka.

Perlahan Howen menyentuh kening Alexis iris keemesaannya sedikit bercahaya tak lama kemudian Howen tersenyum tipis. Dia membetulkan posisi selimut Alexis dan segera keluar dari kamar Pangeran muda itu.

Saat Howen akan keluar dia melihat seseorang datang. Dengan sigap Howen segera bersembunyi dibalik pilar-palar.
"Diamlah, kita bisa ketahuan." terdengar suara kesal seseorang.

Devil Child [ TAMAT]Where stories live. Discover now