Part 2

17.4K 1.5K 78
                                    

"I...ibu.. !!" Panggil Alexis dengan suara bergetar.

Alexis perlahan mendekat kearah peti kaca itu, terlihat tarikan nafas pelan dari wanita didalamnya. Mata Alexis membulat, dia mengedarkan pandangannya kesegala arah mencari sesuatu yang bisa digunakan untuk memecahkan peti tersebut.
"Ibu!! Bangun, bu!!" Alexis memukul kaca tersebut.

Berteriak seperti orang gila dan terus memukul peti kaca itu dengan tangan mungilnya. "IBU!!! "

terlihat bagian bola mata Alice sedikit bergerak. Tapi, tak ada respon gerakan lainnya. Alexis segera berkeliling diruangan itu mencari benda yang bisa dia gunakan untuk memecahkan peti tersebut. Kemudian, Dia mengingat melihat patung penjaga besi diluar ruangan. Alexis segera keluar dan mengambil pedang ditangan patung tersebut.

Prang.....

Seluruh badan patung roboh, bagian kepala besi berguling turun. Alexis mengabaikannya dan segera masuk kembali, bersiap mengayunkan pedangnya untuk memecahkan kaca peti yang mengurung ibunya.
"BERHENTI!!!! " seseorang pria menghentikan alexis.

Dengan wajah marah pria tersebut melangkah kearah Alexis dan merebut pedang itu dari tangannya. Dengan kasar pria itu menarik lengan Alexis, menyeret si pangeran kecil itu keluar dari sana. Alexis menatap punggung pria itu, melihat rambut keperakan yang ia miliki.
"Ayah, kenapa kau membiarkan ibu terkurung disana?" Tanya Alexis emosi.

"Diam kau!!!" Bentak Devian.

Devian melempar Alexis di aula kastil Timur. Matanya berkilat merah penuh kemarahan.
"Apa kau mau membunuhnya lagi!!!" Tanya Devian penuh amarah. "Siapa yang membiarkan mu masuk kesana? Sebaiknya kau tetap diam dikastil ini dan jangan pergi kemanapun. Atau aku akan membuangmu." Devian segera berbalik dan pergi dari sana.

Alexis terdiam shock, perkataan ayahnya menusuk perasaannya. Bagaimana mungkin dia ingin membunuh ibu yang telah melahirkannya? Dia bahkan ingin merasakan pelukan dari tangan ibunya.

Howen perlahan mendekati Alexis. "Pangeran, anda baik-baik saja?" Howen menatap Alexis.

Dimata anak itu telah tergenang cairan bening yang tertahan. "Ho.. Howen, kenapa ayah marah padaku? Aku tidak pernah ingin mencelakai ibu." Air mata perlahan menetes dari matanya.

Howen memeluk tuannya dan menepuk punggung Alexis. Mencoba menenangkan tuannya tersebut.

******
Devian kembali ke tempat Alice terbaring dengan wajah menunduk dalam. "Maaf, harusnya aku memberikan penjagaan ekstra disini." Gumamnya sedih.

Devian menempelkan tangannya dikaca peti, menatap dalam kearah wajah istrinya yang masih terpejam. "Sampai kapan kau akan bertahan? Aku akan segera menemukan cara lain. Bersabarlah!!" Gumam Devian.

Devian menghela nafas panjang dan melangkah keluar dari sana. Tidak lupa Devian mengunci rapat ruangan dimana istrinya terbaring. Saat Devian telah keluar, perlahan air bening menetes dari kelopak mata Alice yang masih terpejam. Menetes turun hingga menyatu dengan air.

*******
Di ruang singgasana, puluhan menteri, pejabat dan bangsawan berkumpul menunggu Devian datang. Saat Devian masuk mereka segera berdiri menunggu sang Raja sampai di singgasananya. Setelah Devian duduk, mereka menunduk hormat dan kemudian kembali duduk.
"Hmmm..  Baiklah, ada masalah apa hari ini?" Tanya Devian memulai pertemuannya.

Salah seorang menteri berdiri dari tempat duduknya. "Hormat Yang Mulia, Beberapa hari yang lalu saya melakukan perjalanan kunjungan ke negeri Goliath seperti perintah anda untuk menawarkan perdamaian dan kerja sama politik. Tapi, Raja Goliath menginginkan anda untuk menikahi Putri tertuanya sebagai tanda perdamaian."

Devil Child [ TAMAT]Where stories live. Discover now