Part 31

10.6K 1.1K 80
                                    

Howen dan Alexis baru saja tiba di pintu masuk istana Malbork. Saat beberapa penjaga melihat kedatangan Alexis yang di gendong oleh Howen mereka langsung buru-buru menghampiri Raja mereka.
"Yang Mulia, Apa terjadi sesuatu? Kenapa Yang Mulia baru kembali? Kenapa tidak membawa pengawal?" Tanya si penjaga dengan wajah khawatir.

"Berisik!" Alexis menatap tajam penjaga itu dari balik punggung Howen. "Howen turunkan aku!" Perintah Alexis.

"Tapi keadaan anda sangat kritis, saya harus membawa anda langsung ke tabib kerajaan." Howen hendak melangkah masuk.

"Turunkan aku! Ini perintah." Kata Alexis tegas.

Howen segera menurunkan Alexis. "Bagaimana dengan dada anda, apa anda bisa bernafas? Bagaimana ke adaan kepala anda?" Tanya Howen khawatir. "Sebaiknya anda beristirahat akan saya panggilkan tabib istana keruangan anda."

"Howen!" Alexis memegang pundak Howen. "Aku sangat senang memiliki penjaga sepertimu, tapi maafkan aku yang terlalu cerdik untukmu." Alexis memandang Howen penuh arti dan langsung melenggang masuk meninggalkan Howen yang kebingungan.

"Apa dia baik-baik saja?" Gumam Howen lirih.

"Sepertinya anda di permainkan oleh Yang Mulia lagi." Sahut si penjaga.

Howen menatap penjaga itu dan langsung berjalan cepat mencoba menyusul Alexis.

*****
Panji-panji hitam tanpa lambang kerajaan manapun terlihat berkibar tertiup angin. Ratusan ribu pasukan iblis dengan berbagai wujud muncul di sana. Rhodri berada di garis depan menaiki kuda hitam jantan. Di sampingnya berdiri seorang dengan kepala singa dengan menunggangi beruang raksasanya.

Di bagian Devian, berdiri para panglima  di samping kanan dan kirinya. Dengan baju zirah lengkap mereka telah siap menghancurkan pertahanan musuh. Devian menatap lurus ke depan, melihat wujud Rhodri yang masih sama hanya perubahan pada matanya yang berbeda.
"Apa aku harus menunggu mereka menyerang?" Bisik Devian pada Saleos.

"Saya rasa itu lebih baik, mereka sama sekali tidak terlihat tangguh." Bisik Seleos.

"Saudaraku, Devian!! Apa kau merindukan aku?" Terdengar suara nyaring Rhodri dari kejauhan.

"Sejujurnya, aku lebih bahagia saat tidak melihatmu, Adrian. Sungguh menyedihkan saat melihatmu hanya bisa bersembunyi di balik putramu." Jawab Devian datar.

"Kau tidak berubah, tapi mulai saat ini semua akan berubah. Masamu akan berakhir.. "

"Jangan banyak bicara dan tunjukkan apa yang kau punya." Tantang Devian.

Devian memberi isyarat dengan pedangnya untuk memulai penyerangan lebih dulu.
"Apa yang anda lakukan?" Tanya Saleos saat Devian bersiap memberi aba-aba pada pasukan Focalor.

"Aku muak mendengar ocehannya. Setidaknya ini akan membuatnya diam." Devian mengangkat pedangnya tinggi. "Bersiap!!" Teriak Devian, saat dia mengayunkan pedangnya untuk kedua kalinya, pasukan Focalor bersiap.

Secara serentak mereka mengangkat tangan mereka ke udara. Angin tiba-tiba berhembus kencang, saat Focalor pemimpin pasukan mengangkat ke dua tangannya. Pusaran-pusaran angin muncul, meliuk-liuk bagai leher ular dari langit hingga menyentuh bumi. Pasukan Rhodri sesaat panik dan kebingungan, beberapa iblis beterbangan terbawa pusaran angin. Hingga Halpas mengangkat ke dua tangannya dan di hadapan prajurit muncul senjata yang menancap kuat di tanah. Tanpa menunggu perintah mereka langsung meraih senjata itu menggunakannya sebagai pegangan.

Devian yang menyaksikan hal itu hanya tersenyum miring. Dia kembali mengangkat pedangnya. "Murmur, saatnya membuat mereka menari." Kata Devian.

Murmur melirik kedua menteri yang selalu mendampinginya, mereka selalu membawa terompet kemanapun mereka pergi. "Lakukan!!" Perintah murmur.

Devil Child [ TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang