Part 15

12.3K 1.2K 69
                                    

"Ini kamarku?" Alexis mengamati setiap sudut ruangan itu.

Sebuah ranjang besar dengan seprei berwarna merah. Bantal dan selimut ditata sedemikian rupa hingga terlihat rapi. Pada sandaran tempat tidur terdapat ukuran-ukuran Indah, setiap sisi terdapat tiang dengan kelambu yang di ikat rapi di setiap tiangnya. Beberapa lukisan menghiasi tembok kamar, jendela besar dengan tirai putih transparan. Perapian lengkap dengan kursi di depannya. Di bagian tengah ruangan terdapat satu set meja dan kursi yang di bawahnya terdapat permadani Indah berwarna merah.

"Aku ingin kamarku yang lama." Alexis melirik Aiden.

"Tapi sayangnya, kastil Timur saat ini hanya untuk Pangeran Rhodri." Aiden menatap Alexis ragu.

"Aku tidak suka, jika ada orang yang mengambil milikku. Howen, ayo kita ambil kembali kamarku!" Alexis menatap Howen.

"Tenang saja kamar anda di tutup oleh Yang Mulia Devian. Jadi, tuan Rhodri tidak bisa menggunakannya." Aiden mencoba mencegah Alexis pergi ke kastil Timur.

"Apa disana begitu berbahaya? tenang saja aku bisa menghadapi mereka semua." Alexis terlihat percaya diri.

"Yang Mulia Devian, membatasi interaksi antara pemerintahan kerajaan dengan pangeran Rhodri. Saat ini, Yang Mulia Devian tengah menyelidiki dan mengumpulkan bukti keterlibatan Rhodri dengan kekacauan di istana." Jelas Aiden.

"Kenapa kau menceritakan masalah kerajaanmu pada utusan kerajaan lain. Seharusnya kau bilang dari tadi kalau kastil Timur itu terlarang untuk para tamu kerajaan." Alexis melangkah kearah kursi dan membaringkan tubuhnya disana. "Kau boleh pergi, aku akan istirahat sebelum jamuan makan malam."

Aiden menghela nafas panjang. "Baiklah, saya permisi. Jika, ada sesuatu yang anda butuhkan... "

"Aku mengerti, aku akan segera memanggilmu." Alexis segera memotong kalimat Aiden.

Aiden segera keluar dari kamar Alexis. "Kenapa setelah dewasa dia semakin menyebalkan." Gumam Aiden lirih.

"Howen!" Alexis menatap Howen yang berdiri di dekatnya. "Cari tau dimana aku bisa mendapatkan apel iblis. Aku ingin mendapatkan laporan secepatnya."

Howen menunduk hormat dan tak berapa lama dia menghilang. Sejenak Alexis terdiam memikirkan apa yang baru saja di katakan oleh Aiden. "Sepertinya keadaannya semakin kacau setelah aku pergi." Gumam Alexis.

Hari berlalu dengan cepat, matahari kini di gantikan oleh rembulan. Langit malam terlihat semakin gelap kala awan keabuan mulai menghalangi sinar rembulan.

Tak... Tuk.. Tak... Tuk...

Suara langkah kaki memecah kesunyian sepanjang koridor kastil. Alexis terlihat berjalan santai menyusuri koridor panjang kastil, kedua tangannya di masukkan kedalam saku celananya. Langkah kakinya terhenti di pintu besar ruang perjamuan makan malam.

Penjaga langsung membukakan pintu untuk Alexis begitu dia sampai di depan pintu. Dengan santai dia melangkah masuk, Devian dan juga Rhodri terlihat sudah hadir disana.
"Maafkan aku Yang Mulia, sudah membuat anda menunggu." Alexis segera bergabung dengan mereka.

Beberapa pelayan segera menuangkan minuman ke dalam gelas Alexis dan memberikan piring berisi makanan pembuka untuknya.
"Bagaimana kemajuan dari kerajaanmu?" Tanya Devian pada Alexis.

"Cukup baik, Malbork bisa melewati krisis hanya dalam waktu 2 tahun di bawah kepemimpinanku." Alexis menjawab dengan santai. "Tidak mudah bagi anak berusia 17 tahun untuk mengatur suatu Negara. Tapi, aku menikmatinya." Alexis memasukkan makanan ke mulutnya.

"Itu Bagus! Aku harap hubungan kerja sama ini berjalan dengan baik. Jika, Malbork membutuhkan bantuan dari kerajaanku kau tinggal mengatakannya." Devian menatap Alexis.

Devil Child [ TAMAT]Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ