Part 16

11.8K 1.1K 58
                                    

Drapp... Drapp... Drapp...

Terdengar suara kencang derap kaki kuda yang di tunggangi Alexis dan Howen. Mereka baru saja keluar dari ibu kota Aldwick. Matahari terlihat condong kebarat, semburat oranye menghiasi sebagian langit sore yang Indah. Namun, Alexis maupun Howen masih terus memacu kudanya semakin cepat. Meninggalkan kepulan debu di sepanjang jalan yang baru saja mereka lewati.

Saat menjelang malam mereka baru saja memasuki perkampungan kecil, hanya ada beberapa rumah yang di jadikan penginapan dan bar. Tempat ini biasa di gunakan oleh orang-orang beristirahat sejenak saat perjalanan. Alexis menarik tali kekang kudanya, membuat si kuda memperlambat jalannya dan dia menghentikan kudanya di depan sebuah penginapan.

Seorang pria segera menghampiri Alexis dan Howen. "Tuan!" Sapanya sambil menunduk.

Alexis melirik kearah Howen dan segera masuk ke dalam. "Urus kuda-kuda ini!" Howen memberikan beberapa koin perak pada pria itu.

"Baik, Tuan!!" Dengan sigap pria itu segera menarik kuda-kuda itu kebelakang penginapan.

Howen segera menyusul Alexis yang telah terlebih dahulu masuk. Terlihat Alexis baru saja menerima kunci kamarnya dari pemilik penginapan. Alexis segera melangkah mendekat kearah pengawal setianya itu. "Aku lapar, ayo kita cari makan."

Alexis melangkah kearah Bar di samping penginapan. Sampai di sana dia segera duduk di salah satu kursi kosong.
"Paman, bawakan aku makanan!" teriak Alexis.

"Baik, mohon tunggu sebentar." Jawab Si pemilik bar.

"Apa kau sudah dengar kabar? Belakangan ini sering terjadi perampokan." Terdengar suara salah satu pelanggan bercerita.

"Apa itu benar?? Ada yang bilang peramponakan itu terjadi di hutan, jadi tak ada yang bisa menolong mereka. Beberapa dari korbannya di bantai dengan kejam itu yang aku dengar." terdengar komentar lain dari temannya.

"Karena itu sebaiknya jangan kesana saat malam hari." sahut yang lain.

"Tapi ada yang bilang kalau perampoknya adalah seorang gadis cantik." seorang pria yang dari tadi hanya diam menambahkan.

"Mana mungkin, jangan mengarangnya." kata salah seorang dari mereka meragukannya.

"Howen!" Alexis menatap Howen. "Bagaimana kalau kita mencari tahu?"

Howen menatap Alexis bingung.
"Jangan katakan kau tak mengerti maksudku." Alexis menatap Howen kesal.

"Saya tidak bisa membaca pikiran anda, maafkan saya Yang Mulia." Howen menunduk menyesal.

"Lupakan saja, aku terlalu berharap banyak darimu." Alexis menghela nafas panjang.

Dua porsi makanan telah terhidang di hadapan mereka, Alexis dengan cepat melahap makanannya dan dalam waktu setengah jam telah menyelesaikan makan malamnya. "Ahhhh.. Aku kenyang." Alexis menyandarkan tubuhnya. "Aku ingin segera istirahat."

"Saya akan membayarnya, silahkan anda pergi terlebih dahulu." Howen segera bangkit dari tempat duduknya.

Alexis mengamati ruangan tersebut, beberapa orang yang tengah bergosip saat dia datang tadi telah meninggalkan tempat itu. Alexis segera bangkit dari tempat duduknya, dia melangkah keluar dari pintu bar dengan santai. Tapi, dalam gerakan cepat Howen menyusul Alexis.

Ttingg....

Beturan dua senjata terdengar nyaring. Alexis sedikit terkejut, tapi dengan cepat dia mengendalikan dirinya.
"Anda tidak apa-apa Yang Mulia?" Howen melirik kearah Alexis.

Devil Child [ TAMAT]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora