EMPAT BELAS

266K 19.6K 679
                                    

Baik Sandra maupun Edgar sama-sama melayangkan pandangan tidak mengerti ke arah Mina ketika cewek itu mengusulkan sebuah rencana yang tidak hanya melibatkan mereka bertiga, tetapi juga Sanggi.

Edgar tidak mengeluarkan seruan protes, tetapi tatapan matanya yang kini berubah tajam jelas menunjukan bahwa dia tidak setuju.

Sandra sendiri menggeleng lemah, tidak menyetujui. Kesannya terhadap cowok itu bisa dibilang tidak terlalu baik, bahkan cenderung buruk. Lalu Mina mengusulkan sebuah double date di antara mereka berempat? Sandra tidak tertarik sama sekali.

"Ikut aja Edgar, Sandra. Nggak bakal ngapa-ngapain, kok! Palingan cuma makan minum di kafe, ngobrol udah. Gitu doang." Mina berusaha meyakinkan dua orang pendiam di depannya bahwa apa yang ia sarankan tidak semenakutkan seperti yang keduanya pikirkan.

Ini hanya double date, kan? Apa salahnya?

Edgar memalingkan muka, tangannya terlipat di dada. Masih menunjukkan sikap tidak setuju.

"Ya Sandra ya? Please dong bantuin gue." Mina menampakkan ekspresi memelas, matanya mengerjap beberapa kali dengan kilauan mata seakan memohon.

Sandra mendesah, merasa tidak tega. Sebuah dorongan dalam hatinya untuk mengiyakan rencana Mina pun timbul. Lagipula, bukankah menolong teman itu sebuah keharusan? Mina pasti ingin merasakan kencan dengan Sanggi, orang yang dia sukai.

Sandra menoleh, menatap Edgar dengan alis naik, seolah bertanya boleh nggak?

Edgar menggeleng. Tetapi setelah Sandra yang terus menatapnya dengan alis bertautan, Edgar menyerah. Ia mengembuskan napas pelan, lalu mengangguk lambat-lambat.

"Yes! Thanks ya Ed."

Edgar mendengus. Kalau bukan karena Sandra, dia tidak akan menyatakan setuju. Lebih baik langsung pulang, mengantar Sandra, baru kemudian berisitirahat di rumah. Bukan menghabiskan waktu dulu di kafe bersama dua orang dengan tipe yang dibencinya, yakni orang yang berisik.

*

Edgar dengan wajahnya yang senantiasa datar dan kaku bagai serat kayu, kini​ sedang berusaha memakaikan helm dan membantu Sandra menguncinya. Sebisa mungkin tidak menyentuh kulitnya secara langsung karena ada kemungkinan Sandra pingsan bila ia sentuh, dan Edgar tidak menginginkan hal itu. Itu sama saja membuat Sandra tersiksa dan semakin murung karena fobianya.

Degup jantung Sandra seolah melambat hingga berhenti sepersekian detik, rasa gugup juga melanda sampai-sampai tubuhnya menggigil. Padahal cuaca masih cukup panas akibat terpaan sinar sang surya dan jauh dari kata dingin.

"Tuh liat​, pakein gue helm juga dong!" ucap Mina sembari menunjuk Sandra dan Edgar dengan dagunya, Sanggi berdecak kemudian.

"Pengen banget ya? Ini justru nunjukin kalo lo udah jatuh cinta duluan sama gue."

Mina memukul punggung Sanggi cukup keras. "Kepedean," cibirnya.

Dalam perjalanan menuju kafe yang sudah ditentukan Mina, Edgar dan Sandra saling diam. Karakteristik mereka yang pendiam mendukung hal itu, keduanya seakan enggan membuka mulut sehingga menciptakan keheningan yang nyaman untuk ukuran mereka.

Sedangkan Sanggi dan Mina justru berbeda seratus delapan puluh derajat, tak henti-hentinya terdengar perdebatan yang tidak berujung. Mulai dari Sanggi yang terus mengungkit hubungan singkat mereka dulu, atau Mina yang mengangkat topik banyaknya daftar siswi yang masuk dalam jebakan Sanggi si playboy cap minyak urut.

Cold Couple (SUDAH TERBIT)Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz