SEBELAS

239K 23K 482
                                    

Edgar yang mengerutkan kening karena bingung menggeleng pelan, memutuskan bahwa nanti saja memikirkan mengapa Sandra bisa jatuh pingsan hanya karena ia pegang tangannya. Edgar memilih menggendong tubuh Sandra dan membawanya dengan segera menuju UKS.

Beberapa siswa yang mempunyai kebiasaan berangkat pagi dan sudah sampai di sekolah mendapatkan kesempatan untuk melihat kejadian janggal itu, kebanyakan dari mereka juga sama bingungnya dengan Edgar. Apakah Sandra sakit? Atau terbentur sesuatu hingga pingsan?

Edgar berdecak kesal ketika ruangan UKS masih dikunci, jadi di mana ia harus membaringkan Sandra?

Edgar mengembuskan napas pelan, membenarkan posisi Sandra dalam gendongannya lalu berjalan menuju ruang TU untuk mencari kunci ruang UKS. Karena biasanya kunci-kunci itu digantung satu persatu pada sebuah paku dalam kotak khusus di sana.

Beruntung, ruang TU sudah terbuka dan ada seorang staf laki-laki dewasa berkepala plontos di sana, sehingga Edgar tidak terlalu bingung harus mencari solusi yang lain.

"Maaf Pak, Saya butuh kunci UKS," ucap Edgar to the point, staf TU itu melirik Sandra dalam gendongan Edgar dan mengangguk mengerti. "Oke, sebentar."

Edgar menerima kunci itu, memasukannya ke dalam saku dan mengangguk sopan. "Terima kasih."

Edgar kemudian keluar dari ruang TU dan berjalan menuju UKS kembali, beberapa siswa tampak memerhatikannya dengan sorot mata penasaran.

Tiba-tiba seruan seseorang yang tidak bisa dibilang pelan membuat Edgar memperlambat langkahnya.

"Ya ampun Edgar! Sandra kenapa?" Mina berseru heboh dan mengejar langkah Edgar, masih dengan wajah panik yang tidak terkontrol. Tangannya terulur untuk menyentuh wajah Sandra yang tidak hangat, berarti tidak sedang sakit.

"Edgar, kalo ditanya itu jawab, bukannya malah diem." Mina berdecak, tetapi tetap mengikuti cowok itu menuju UKS.

"Buka," titah Edgar sambil menahan tubuh Sandra dalam gendongan dengan tangan kiri, sedangkan tangan kanannya mengambil kunci UKS yang tadi ia minta.

"Oke-oke, bentar." Mina menerima kunci yang diserahkan Edgar dan membuka pintu UKS dengan tangan yang agak gemetaran, serangan panik ternyata memengaruhi tubuhnya sedemikian rupa.

Edgar langsung masuk ke dalam setelah Mina berhasil membukakan pintu dan membaringkan tubuh Sandra di atas tempat tidur, Mina menghampirinya dan mengambil tas Sandra dengan agak hati-hati.

Edgar segera melangkah menuju lemari tempat di mana beberapa benda diletakkan, ia mengambil minyak kayu putih dari sana.

"Biar gue aja," usul Mina dan merebut benda berbau khas itu, mendekatkannya sebentar ke lubang hidung Sandra.

"Sandra kenapa bisa pingsan?" tanya Mina kemudian, ia beralih untuk memijat pelipis Sandra dengan sedikit minyak kayu putih di jarinya.

"Nggak tau."

Mina menoleh dengan heran. "Sandra berangkat sekolah bareng lo kan?"

Edgar mengangguk.

"Terus kok bisa nggak tau? Harusnya lo tau dong."

Edgar mendengus, menatap Mina dengan tatapan yang seolah berkata kalo gue tau gue juga nggak bakalan sepanik ini.

"Ceritain ke gu- alah percuma nyuruh lo ngomong panjang lebar, nggak ada gunanya. Palingan ngomong cuma seuprit."

Edgar memandang Sandra yang berbaring dengan cemas, alisnya bertautan karena mencoba berpikir apa yang sebenarnya terjadi pada Sandra.

Tadi, ia hanya menggenggam tangannya dan cewek itu membulatkan mata seperti terkejut, lalu jatuh pingsan.

Mina tiba-tiba mengingat sesuatu. "Lo nyentuh Sandra ya?"

"Megang tangan."

Edgar menoleh dengan bingung sekaligus kesal ketika Mina memukul lengannya cukup keras, ia tidak mengerti dengan kelakuan teman sekelasnya itu. Memangnya ada sesuatu yang salah?

"Duh Edgar! Masa lo nggak tau sih?!"

Edgar hanya menunjukkan wajah tidak mengerti.

"Sandra itu punya hephephobia. Eh, hepathobia. Eh apaan ya? Pokoknya itu! Sandra itu phobia disentuh."

Edgar mengembuskan napas tidak percaya, jadi yang menyebabkan Sandra pingsan adalah genggaman tangannya sehingga membuat phobia Sandra kambuh?

"Masa lo nggak tau? Sandra nggak bakalan tahan disentuh, dia bakalan ketakutan dan yang paling parah itu langsung pingsan. Kayak sekarang."

Edgar merutuki dirinya sendiri yang tidak tahu menahu soal phobia Sandra, ketidaktahuannya itu menyebabkan Sandra dalam keadaan yang tidak menguntungkan.

Edgar juga merutuki dirinya sendiri yang tidak mencari tahu lebih banyak tentang orang yang ia sukai dalam pandangan pertama itu.

Mina dan Edgar menoleh secara bersamaan ketika mendengar Sandra berdesis sambil menyentuh kepalanya. Edgar yang refleks ingin memeluk Sandra mengurungkan niatnya kembali ketika mengingat tentang phobia yang Sandra miliki.

"San? Syukur lo udah bangun, perlu minum nggak?" tawar Mina.

"Boleh," balas Sandra setelah celingak-celinguk dengan suara pelan. Ia duduk meski masih merasa sedikit pusing.

Mina kemudian menghampiri dispenser dan mengambil gelas yang berada di rak sebelahnya.

Sandra menoleh dan mendapati seseorang Edgar menatapnya dengan penuh penyesalan.

"Maaf," ucapnya.

Awalnya Sandra tidak mengerti mengapa Edgar sampai meminta maaf padanya, tetapi kemudian ia ingat bahwa dirinya jatuh pingsan akibat disentuh oleh Edgar.

"Maaf," ulang Edgar sekali lagi, Sandra dapat melihat penyesalan yang mendalam di matanya.

Sandra menggeleng pelan. "Bukan salah lo."

"Salah gue."

"Nggak, ini karena phobia gue. Jadi nggak perlu nyalahin diri sendiri."

Mina kembali dan mengulurkan segelas air, Sandra tersenyum kaku sebagai ungkapan terima kasih dan mengambil gelas itu serta meminum isinya.

Tetapi Edgar tampaknya tidak puas dengan jawaban Sandra, ia masih merasa bersalah dengan apa yang telah ia perbuat.

Sandra meletakkan gelas di atas nakas, mencoba turun dari tempat tidur ketika terdengar seruan Mina.

"Mau ke mana? Mending di sini aja deh."

"Istirahat," timpal Edgar singkat.

"Gue nggak papa kok, ini udah sering kejadian kalo gue disentuh seseorang," jelas Sandra dengan suara pelan seolah bergumam pada dirinya sendiri.

"Tapi San, lo kayaknya butuh istirahat deh. Tuh liat pacar lo udah ngeliatin lo kayak gitu," celetuk Mina dengan dagu terangkat menunjuk Edgar.

Sandra menggeleng ketika mendengar kalimat terakhir yang Mina ucapkan.

"Gue nggak papa."

"Sandra," kata Edgar dengan suara yang jelas memerintah.

"Gue nggak papa, ini cuma haphephobia gue."

Sandra turun dari tempat tidur, mengambil tasnya yang terletak di tempat tidur lain dan memakainya.

Sandra menunjuk pintu seolah mengajak Edgar dan Mina untuk pergi ke kelas. Mereka mengalah dan mulai mengikuti langkah Sandra yang pendek-pendek.

Edgar menatap punggung Sandra yang entah mengapa terlihat sangat rapuh di matanya, saat itulah tekadnya semakin bulat.

Edgar bertekad bahwa ia akan melindungi Sandra sekuat tenaganya.

***

Cold Couple (SUDAH TERBIT)Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz