DUA BELAS

257K 21.6K 1.6K
                                    

"Abang bangun! Bang? Bang? ABANG BANGUN JANGAN TIDUR MULU KENAPA SIH?!

Santi menggoyang-goyangkan tubuh Sanggi untuk membangunkannya​, tetapi kakaknya itu tampak tidak terganggu sedikitpun. Malah semakin nyaman dalam posisi tidurnya yaitu memeluk bantal guling.

"Abang ih! Dasar kebo."

Santi menghentakkan kakinya ke lantai, menyingkap lengan seragamnya dan meregang otot-ototnya. Beberapa kali Santi menarik dan mengembuskan napas perlahan. Setelah merasa tenaganya sudah terkumpul semua, Santi segera mendekatkan tubuhnya, merentangkan tangan.

Tangan kanan menjewer telinga Sanggi, sedangkan tangan kiri menjambak rambut Sanggi.

"ABANG BANGUN! ABANG!"

Sanggi yang tidur nyenyaknya mulai terusik, rasa sakit pada telinga dan rambutnya seakan menarik nyawanya agar segera terkumpul dan bangun.

"Aw, aw! Santi sakit!"

Santi menarik tangannya, berkacak pinggang dan melotot galak. "Makannya disuruh bangun ya bangun!"

Sanggi mendengus, mengusap telinga yang mulai memerah. "Iya-iya Abang bangun."

Santi malah semakin kesal dibuatnya. "Ini udah jam berapa Abang? Setengah tujuh dan Abang baru bangun! Ish! Kalo Santi terlambat ke sekolah gimana? Gimana? GIMANA ABANG?!"

Sanggi memejamkan mata, adiknya ini benar-benar. Badan kecil tapi suara sudah seperti toa mesjid.

"Biar nggak terlambat kamu keluar, biarin Abang siap-siap dulu."

"Iya buruan." Santi keluar dari kamar Sanggi, membuat cowok itu mendengus lalu segera berlalu ke kamar mandi untuk membersihkan diri.

***

"Bang."

Sanggi menaikkan alisnya, saat ini keduanya sedang dalam perjalanan menuju sekolah Santi. Hal itu memang kebiasan Sanggi setiap harinya untuk mengantarkan adiknya itu ke sekolah.

"Apa?" balas Sanggi agak keras agar bisa didengar adiknya.

"Bang kalima-lima gobang-bang, bangkong di tengah sawah-wah, wahai tukang bajigur-gur."

Sanggi mendengus, ia pikir Santi benar memanggilnya karena ingin membicarakan sesuatu yang penting, ternyata hanya menyanyikan sebuah lagu khas anak-anak.

"Bang."

"Apa? Mau nyanyi lagi?"

Santi terkikik geli dalam posisinya memeluk Sanggi, senang karena berhasil mengerjai kakaknya itu.

"Abang masih banyak pacarnya ya?"

Sanggi mengernyitkan dahi ketika Santi bertanya seperti itu, ia menghentikan motornya sejenak karena lampu sudah berubah menjadi warna merah.

"Nggak banyak kok, cuma tiga."

Santi membelalakkan matanya dan memukul punggung Sanggi, bibirnya mengerucut kesal. "Abang! Pacaran itu harusnya cuma sama satu orang, putusin dua!"

"Enggak mau San, soalnya tiga-tiganya cantik, bohay, terus sayang sama Abang. Ya udah karena biar puas sekalian tembak aja tiga-tiganya."

Lampu lalu lintas kembali menjadi hijau, sehingga Sanggi melajukan lagi motornya.

"Abang, Abang itu harus belajar komitmen!"

Cold Couple (SUDAH TERBIT)Место, где живут истории. Откройте их для себя