DUA PULUH SEMBILAN

182K 17.4K 641
                                    

Manusia itu sempurna

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Manusia itu sempurna. Namun, kadang-kadang hati mereka bisa cacat secacat-cacatnya.

***

Edgar memasukkan ponsel ke dalam saku dengan terburu-buru. Setelah menelepon ibunya untuk bertanya soal nominal uang yang hilang, ia berjalan dengan langkah berat dan menendang pintu setelah turun dari motornya.

Tanpa ragu Edgar masuk ke dalam. Napasnya memburu, rahangnya mengeras dan tangannya mengepal. Jujur, Edgar tidak bisa menahan emosinya lebih lama lagi.

Bukannya berburuk sangka, tapi siapa lagi yang akan tega mengambil uang di laci kalau bukan Cecil dan Andrew? Tika, ibunya bukan orang yang pelupa hingga bisa kehilangan uang seperti ini.

Edgar sontak berdecih saat melihat Andrew dan Cecil tengah mengobrol di ruang tengah, di mana Cecil baru saja membuka sebuah kantung belanja dan mengeluarkan kotak berisi smartwatch.

Saat mendengar langkah Edgar mendekat, mereka mendongak dan sontak membelalak. Tidak menyangka dia akan datang, apalagi ketika mereka baru saja berbelanja.

"Balikin. Uang. Nyokap. Gue," titah Edgar dengan penekanan di setiap katanya.

"Kenapa minta uang Kak Tika ke kita? Kamu sakit ya?" sinis Cecil, meski tangannya tampak menyembunyikan kotak yang​ tadi digenggamnya itu.

"Lo yang sakit," balas Edgar pedas. "Balikin."

Andrew melipat tangan di dada, menatap Edgar dengan sebelah alis terangkat naik. "Kamu itu nggak sopan, Edgar. Datang-datang langsung main tuduh gitu aja, apalagi kami ini paman dan bibi kamu."

"Apa untungnya sopan ke kalian?" Edgar mengangkat dagu dengan sikap menantang, menatap Andrew tak kalah tajam. "Orang kayak kalian bahkan nggak pantas hidup."

"Edgar!" bentak Andrew. Urat di pelipisnya tampak menonjol, sedangkan rahangnya mengeras. Jelas menunjukkan amarah yang tak tertahankan lagi.

"Balikin. Uang. Nyokap. Gue."

Ada yang berbeda dalam diri Edgar, auranya yang gelap terasa terlalu kelam. Bahkan Andrew merasa terintimidasi saat Edgar melangkah ke arahnya.

Tak diduga, Edgar mencengkeram kerah Andrew sekuat tenaga hingga membuatnya sesak. "Balikin uang nyokap gue, berengsek!"

Cecil bangkit dan berusaha melepaskan cengkeraman Edgar di kerah suaminya, tetapi gagal karena tenaga cowok itu terlalu kuat.

"Kita nggak ngambil uang Tika, Edgar! Jangan asal nuduh, ya! Atau kita bakal lapor ke polisi!"

Edgar melepas cengkeramannya, berdecih dan menatap Cecil penuh kebencian. "Lapor polisi? Apa gue harus lapor duluan soal kalian yang dulu nyaris memalsukan surat tanah rumah?"

Skakmat. Cecil dan Andrew terdiam, hanya terdengar napas mereka yang memburu.

"Gue setuju buat nggak bilang ini ke nyokap asal kalian berhenti ganggu kami. Tapi nyatanya apa? Berengsek tetep berengsek."

Cold Couple (SUDAH TERBIT)Where stories live. Discover now