BAB 16 -Kue Cubit-

1.5K 143 11
                                    

'Jangan lakuin hal bodoh dengan memperjuangkan orang yang sama sekali gak peduli sama lo. Kayak... dulu.'

***

(nama kamu) menatap datar papan tulis yang berisi papan pengumuman jika guru mata pelajaran matematika berhalangan hadir. Padahal, kemarin ia sudah bersusah payah mengerjakan tugas. Bahkan sampai dikacangin gebetan sama mantan sekaligus. Itu... menyebalkan.

Tapi murid semacam Bastian dan Salsha yah bersorak senang lah. Sangat jelas ini hari keberuntungan bagi murid malas. Mungkin (nama kamu) bukan salah satu dari yang beruntung.

"Kenapa sih lo? Orang lagi bahagia Bu Andin gak dateng, muka lo malah ngeprihatinin kayak orang nunggak kontrakan." Salsha mengomel. Ia duduk di tempat Iqbaal seharusnya duduk. Benar, kemana laki-laki itu? Kenapa dia belum datang padahal bel telah berdering lima belas menit yang lalu? Ahh, kenapa (nama kamu) malah mengingat Iqbaal?

"Woy! Gue nanya, malah dikacangin." Salsha mengerucutkan bibirnya membuat (nama kamu) yang melamun segera mengerjap lalu menunjukan cengiran khasnya.
"Lo bete gara-gara si kampret Iqbaal lagi? Udah gue bilangin kan? Mending lo jauh-jauh dari mahluk kayak dia," sahut Salsha memutar bolpoin digenggamannya. Jelas saja, (nama kamu) yang mendengar pernyataan Salsha segera menggeleng cepat.

"Nggak. Bukan. Gue... kesel aja gitu. Masa nih yah, gue ngerjain tugas capek-capek sampe dikacangin lama sama dua orang, eh gurunya gak dateng? Gendok banget tahu gak?" (nama kamu) menjawab kesal. Tangannya tanpa sadar meremas kertas di hadapannya.

Salsha yang mendengar itu tertawa kencang. Ia menatap (nama kamu) tak percaya lalu menggelengkan kepalanya pelan. Menyebalkan.

"Jadi... Lo serius dikacangin?" tanya Salsha menahan tawa dengan tangan membungkam mulutnya sendiri.

"Emang gue keliatan lagi becanda yah?"

Salsha lagi-lagi tertawa dengan tangan menepuk meja dengan keras. "Ya enggak sih. Tapi yang lo omongin itu kayak becandaan. Hahaha..."

"Ck. Nyebelin banget sih." (nama kamu) menarik pipi Salsha kesal membuat gadis di depannya mengaduh pelan. Ia tersenyum. Biarpun Salsha menyebalkan, tetap saja dia teman terbaiknya.

"Tes... Tes... 1,2,3... Gue mau ngasih pengumuman nih..." Kiky berteriak di depan kelas. Sebagian murid segera mengalihkan atensi mereka kepada sang ketua kelas. Dan sebagian lagi hanya menatap tak peduli lalu kembali melanjutkan aktifitas yang jauh lebih menarik dibandingkan mendengarkan sang KM.

"Pensi kan bentar lagi, kelas kita mau nampilin apa? Kelas lain udah pada ngajuin ke osis. Bahkan udah latihan. Jadi... Ada yang punya ide mau nampilin apa?" Kiky bertanya dengan alis terangkat. Matanya bergerak mengeliling sampai pada Bastian. Cowok itu mengangkat tangan dengan cengiran di wajahnya.

"Lo punya ide?" Kiky mengangkat dagunya. Yang lain ikut melirik ke arah Bastian duduk. Cowok yang ditanya malah nyengir.

"Nggak, gue mau izin boker," ucapnya hingga membuat hampir sebagian besar orang tertawa. Ia tersenyum lebar saat Kiky menatapnya datar.

"Bastian, lo kapan sih serius? Nyebelin banget." Salsha memprotes dengan kesal. Sedangkan (nama kamu) hanya ikut tertawa bersama yang lain.

"Gue serius! Gue selalu serius, apalagi sama hubungan kita. Lo nya aja yang nganggep becandaan mulu."

Lah, kok Bastian malah curhat yah? Nih anak emang bener-bener absurd. Jelas saja, ucapannya itu membuat yang lain bersorak 'cie-cie'. Sedangkan Salsha? Gadis itu hanya menanggapi dengan senyum miring yang menyebalkan.

"Lo mau boker apa curhat sih?" sekarang Kiky yang emosi. Ia menatap Bastian kesal. Tapi yang ditatap malah cuek bebek tak mempedulikan gertakan Kiky. Memang menyebalkan.

Gagal Move On •IDR•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang