BAB 7 -Tips-

3.4K 354 39
                                    

Sejak tiga puluh menit yang lalu, bel berdering menandakan seluruh siswa harus mengikuti jam pelajaran pertama. Namun, setelah ditunggu-tunggu tidak ada tanda-tanda seorang guru akan mengajar di kelas XII-IPA-2. Itu cukup membuat kelas riuh seperti pasar. Mengobrolkan hal-hal seru, bermain smartphone milik mereka untuk mengetahui berita di sosial media yang tengah booming belakangan ini, atau mengerjakan tugas--untuk anak rajin.

Mungkin dulu Iqbaal adalah salah satu murid rajin di kelas ini untuk mengerjakan tugas yang diberikan guru. Tapi tidak untuk sekarang. Pria itu justru sibuk memerhatikan gadis di sampingnya. Menatap gadisnya yang tidak seperti biasanya mengurai rambut panjangnya.

Aktifitas Iqbaal memandangi gadis itu, (nama kamu), membuat (nama kamu) sedikit salah tingkah. Dari tadi gadis itu hanya memandang ke sembarang arah dengan tangan yang tak henti-hentinya meremas rok seragam abunya. Ia meneguk ludahnya susah payah. Sedikit heran juga gugup yang membumbuinya.

Bagaimana tidak gugup? Iqbaal memandangi (nama kamu) dengan jarak sedekat itu. Tidak membiarkan sedikitpun pandangannya menoleh ke arah lain. Tangannya menangkup sebelah pipinya untuk menahan pada meja. Sedangkan tangan yang lainnya sibuk mengetuk-ngetukan jari telunjuknya pada meja.

Matanya tak sedetik pun melewatkan setiap inci wajah (nama kamu). Gadis dengan bibir tipis berwarna pink, mata bulat dengan iris mata berwarna coklat caramel, serta pipi tembem yang menggemaskan. Hidungnya yang tidak terlalu mancung menambah kesan cantik pada wajah gadis itu. Semakin lama semakin menarik. Tidak membuat Iqbaal jenuh. Bahkan jika tidak perih, mungkin Iqbaal tidak akan mengedipkan matanya satu kalipun.

Mengapa ia bisa menyia-nyiakan gadis semenarik (nama kamu)? Diluar tingkah abnormalnya yang sulit bercakap dengan lawan jenis seumurannya dengan baik, gadis itu memiliki sejuta pesona yang lain. Tingkahnya yang lucu, namun kadang sedikit bodoh jika diingat kembali oleh Iqbaal. Hal-hal yang dilakukan (nama kamu) untuknya dulu serasa terputar kembali. Dan itu sukses membuat bibirnya tak henti-henti menyunggingkan sebuah senyuman maut miliknya yang belakangan ini selalu ia perlihatkan.

"Baal! Ada tugas loh dari guru piket. Lo gak ngerjain?"

Iqbaal menghiraukan panggilan Bastian. Ia masih fokus pada objek yang membuatnya tidak bosan sejak tadi. Meskipun Iqbaal mendengarnya, ijinkan kali ini dia tuli sebentar, lalu menjadi pemalas seperti siswa biasanya.

"(Nama kamu)! Jadi kan ntar pulang sekolah?" Salsha bertanya di depan meja (nama kamu). Membuat gadis itu sedikit berjengit kaget saat mendapati Salsha di depan wajahnya.

Iqbaal yang melihat itu sedikit terkekeh pelan. Lucu sekali melihat gadis itu terkejut dengan mata bulatnya. Membuat Iqbaal semakin gemas. Sungguh.

"Ng… gak tahu," jawab (nama kamu) sedikit gugup. Mungkin salah tingkah oleh pandangan Iqbaal yang terus memerhatikannya.

"Kemana?" tanya Iqbaal menatap Salsha yang mulai mendelikan matanya saat Iqbaal memandangnya.

"Kepo!" Salsha mendelik. Lalu menatap (nama kamu) yang masih diam seperti biasa.

"Jadi dongggg… gue ud-"

"Heh Salsha! Sini deh gua bikinin lo lagu spesial loh… khusus buat lo!" Bastian berteriak saat dirinya telah menangkap kode sinyal dari Iqbaal.
Kelas menjadi riuh. Bersorak 'cie-cie' setelah Bastian berteriak telah membuatkan lagu spesial untuk musuh bebuyutannya tersebut. Entah apa yang terjadi diantara mereka, namun kebencian keduanya begitu terlihat karna tak pernah sekalipun akur.

"Apaan?" Salsha bertanya dengan ketus. Tangannya dilipat di dada lalu menyunggingkan senyum miring.

"Bentar-bentar..." Bastian mengambil gitar. Memetiknya perlahan lalu berdehem pelan

Gagal Move On •IDR•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang