BAB 15 -Mantan vs Gebetan (2)-

1.4K 165 2
                                    

'Kalau lo pengen dia berpaling dari yang spesial, caranya sederhana. Lo harus selalu ada buat dia.'

***

Aldi, Rifki, dan Karel duduk bersama setelah pulang sekolah di sebuah kafe paling dekat di sekolahnya. Niat awalnya adalah mengobrol sekaligus mengisi waktu kosong sehabis pulang. Tapi, satu teriakan gadis membuat mereka mengalihkan pandangan. Menatap ke sumber suara.

Aldi mengerutkan kening. Tapi detik berikutnya senyumnya mengembang sempurna saat di sana ia melihat rivalnya tengah berduaan dengan seorang gadis.

"Di, bukannya dia cowok yang waktu itu?" Rifki bersuara membuat Aldi semakin menyunggingkan senyum liciknya. Ia menatap Rifki seolah mendapat harta secara tiba-tiba.

"Bener. Dia cowok yang bikin malu kita pas tanding Basket. Dan sebenernya dia rival gue sejak SMP." Aldi menjelaskan dengan sorot benci. Ia menatap jijik ke arah cowok di hadapannya.

Aldi mengambil ponselnya. Ia memotret moment yang pas saat Iqbaal mendekap gadis itu. Dan seolah keberuntungan, wajah Iqbaal tertangkap kamera secara jelas. Dan satu gambar terambil secara sempurna oleh kamera Aldi.
Aldi menatap gambar tersebut. Ia tersenyum puas lalu menunjukannya pada dua teman di depannya. Rifki ikut tersenyum lalu mengangkat jempol. Sedangkan Karel hanya menatap tanpa minat. Dia lebih sibuk dengan minuman di genggamannya.

"Kita liat aja. Mulai sekarang, siapa yang akan nginjek dan siapa yang diinjek." Aldi menyeringai setan. Membuat Rifki tersenyum lebar.

"Bagus, Di. Itu bisa jadi senjata ampuh buat nyerang di-- eh? Kemana tuh orang? Kebawa angin apa gimana?" Rifki hendak menunjuk Iqbaal namun cowok itu tidak ada di tempat tadi. Hal itu membuat Rifki kelabakan. Ia menatap Aldi yang tengah memakan snack dengan santai.

"Di, cek lagi HP lo! Jangan-jangan yang tadi bukan-"

"Apaan sih lo! Dipikir pilem horor apa?" Aldi memotong kesal tapi ia tetap mengikuti ucapan Rifki mengecek ponselnya.

"Liat? Masih ada." Aldi menunjukan. Karel yang sedang makan cekikikan dengan suara yang lumayan keras.

"Lo berdua sama-sama ogeb yeh?" Karel tertawa sedangkan Aldi dan Rifki memandang dengan kening berkerut seolah berkata.

'Apaan sih? Garing banget.'

"Gue telepon ceweknya, ah. Ngajak jalan lagi," ujar Aldi lalu membuka ponselnya mencari kontak (nama kamu) dengan santai.

"Selamat berjuang, brother! Kembaliin harga diri kita dengan injek harga diri si brengsek itu!" Rifki memberi semangat dan tentu saja Aldi senang mendengarnya.

***

(Nama kamu) menarik selimutnya setelah tadi menangis sampai hidungnya mampet sebelah. Suasana rumah kembali sepi setelah tadi sempat ramai karna Maminya dan Dianty berdebat. Dianty yang habis-habisan membelanya, sedangkan Maminya yang mengatakan kalau dia memang ada urusan.

Ahh... (Nama kamu) merasa kesal pada dirinya sendiri. Kenapa tadi saat sekolah di bubarkan lebih awal ia tidak pergi ke rumah Salsha saja? Mungkin ia tidak akan mengacaukan suasana bahagia diantara mereka.

(Nama kamu) menarik nafas. Ia memejamkan mata perlahan. Memilih menyelam ke alam mimpi daripada sibuk menyesali yang sudah terjadi. Namun baru saja ia memejamkan mata, ponselnya berdering membuatnya mau tak mau mengambil ponsel dan menjawab panggilan tersebut.

"Ya, hallo?" sapa (nama kamu) serak. Ia diam sejenak saat tidak ada jawaban apapun dari sebrang sana. Ia menatap layar ponselnya. Menatap nama siapa yang tertera disana.

"Ha... Halo, (nama kamu)? Kam- emh... Lo lagi apa?"

Aldi. Laki-laki itu baru bersuara dan (nama kamu) yang mendengarnya sedikit lega. Ia takut orang salah sambung atau orang iseng. Apalagi akhir-akhir ini ada yang menerornya lewat pesan. Meski (nama kamu) abaikan, tetap saja itu cukup mengganggu.

Gagal Move On •IDR•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang