BAB 1. -Awal-

8.8K 462 44
                                    

"Lo bego, Baal!" seorang berdesis dengan raut wajah datar.

Cowok yang merasa terpanggil itu kini diam. Menatap cowok di hadapannya dengan air wajah yang sama, datar.

"Iya, gue bego!" jawabnya meng'iya'kan.

"Lo punya seseorang yang berharga. Tapi karna kebegoan lo," cowok itu menarik nafas perlahan.

"Lo kehilangan semuanya." lanjutnya dingin.

"Iya, gue bego, tapi gue gak kehilangan semuanya." Iqbaal, cowok itu hanya menanggapi dengan santai sembari memainkan ponselnya.

"Tapi, tetep semua gak akan sama kayak dulu, kayak waktu lo masih deket sama dia dan lo harus ngerti hal itu." cowok di hadapan Iqbaal semakin meninggikan suaranya. Matanya menatap Iqbaal nyalang. Ada sorot yang tidak bisa Iqbaal mengerti, cowok di hadapannya terlalu rumit.

"Gue bego, jadi gue gak bisa ngerti." Iqbaal mencoba tenang dengan menarik nafas perlahan.

"Gue cuma bisa mastiin kalau gue masih bisa dapetin dia... Kayak dulu." lanjutnya dengan tampang yakin.

• • •

Iqbaal, dengan segala pesonanya melangkah dengan santai di area koridor. Cowok dengan tampilan cool itu hanya menatap lurus ke depan tanpa memedulikan orang di sekitarnya yang menatapnya terkagum-kagum.

Hal yang perlu diketahui banyak orang, Iqbaal adalah cowok irit ngomong yang kuat bertahan dengan wajah datar selama seharian penuh. Cowok itu jarang tersenyum, apalagi tertawa. Hal itu justru membuat ketampanan yang dimilikinya semakin meningkat.

"Baal!" teriak Bastian, cowok dengan rambut keribo yang tengah berjalan dengan tergesa-gesa untuk mencapai ke tempat dimana Iqbaal berada.

Iqbaal menatap Bastian datar. Cowok itu hanya diam dan memasukan tangannya ke dalam saku celana seragamnya.

"Baal, gue liat tugas fisika yeh?" Bastian nyengir sambil merangkul Iqbaal yang hanya merespon dengan mengedipkan matanya perlahan lalu membalikan badan. Bersiap melangkah bersama Bastian menuju kelas.

Namun, disaat yang sama, dimana bumi serasa berhenti berputar dan kehilangan porosnya. Semuanya seperti melambat. Gadis itu, dengan rambutnya yang tergerai indah. Dengan tawanya bersama kedua temannya. Dengan pipinya yang masih bulat menggemaskan. Berjalan dengan santai seolah tidak melihat mahluk di sampingnya.

Seolah eksistensi Iqbaal dan Bastian hanyalah ilusi. Ia berjalan lurus, mengobrol dengan kedua temannya tanpa memedulikan Iqbaal yang menatapnya penuh.

Ia benar-benar tidak memedulikan itu semua.

"Udah, yok!" Bastian menyadarkan Iqbaal dari dunia ciptaannya. Cowok dengan wajah elegan yang memesona itu hanya bisa berdehem. Berharap air liurnya bisa menetralisir tenggorokannya yang tercekat. Ia kembali melangkah.

Melangkah bersama kepingan yang ia sendiri tidak tahu bagaimana wujud aslinya.

***

"(Nam...)," panggil Salsha, teman (Nama kamu) yang memiliki rambut sebahu yang dihiasi bando cabe-cabean.

"Hm." (Nama kamu) menyahut dengan dehemannya. Matanya masih fokus pada layar handphonenya. Seolah panggilan tadi tidak ada apa-apanya dengan ponsel yang ia genggam.

"Gue rasa, dia masih suka deh sama lo," cetus Salsha tiba-tiba membuat (Nama kamu) terdiam dan mematikan ponselnya.

"Ngaco lo!" balas (Nama kamu) dengan kekehan pelan. Tapi... Wajahnya memerah entah kenapa.

Gagal Move On •IDR•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang