BAB 14 -Mengenang Ayah-

1.4K 170 13
                                    

'Lo itu tujuan hidup gue. Sejak saat gue menatapkan hal itu, apapun yang lo inginkan, itulah yang coba gue raih.'

***

Aldi, cowok itu kini mendrible bola basket dengan tangan santai. Temannya yang lain duduk menatap cowok itu sambil tertawa bersama. Sedangkan gadis-gadis di sekitarnya mulai curi pandang melihat pesona yang dikeluarkam seorang Aldi.

'Bugh'

Aldi memasukan bola tepat ke ring lalu kembali mengambil bola tersebut dan ikut duduk diantara teman-temannya. Ia mencomot santai makanan yang disediakan di tengah-tengah mereka. Makanan yang menemani mereka mengobrol ngalor-ngidul tak tentu arah.

"Katanya lo lagi PDKT-an sama cewek, Di? Anak Bakti Bangsa?" Karel yang duduk di samping Aldi bertanya santai.

Aldi yang mendengar itu tersenyum lalu minum terlebih dahulu sebelum menjawab, "iya. Gue dicomblangin temen."

"Hahaha... Masih jaman comblang-comblangan begitu? Idih, mending ceweknya cakep. Kalau kagak?" Rifki tertawa renyah mengomentari jawaban Aldi yang menurutnya menggelikan.

"Dia cantik, kok. Cuma~" Aldi menggantungkan jawabannya. Karel dan Rifki menaikan alis menatap penasaran Aldi.

"Cuma ada yang jauh lebih narik perhatian gue daripada muka cantiknya." lanjut Aldi lalu meraih air mineral dan meneguknya sampai habis. Ia berdiri. Hendak kembali bermain basket sendiri namun terhenti dengan ucapan Rifki. "Ada hubungannya sama cowok kampret yang waktu itu bikin malu kita? Kalau iya, gue bakal bantu lo," tegasnya membuat Aldi tersenyum namun wajahnya mengeras dengan mata menatap nyalang. Terlihat jelas binar kebencian yang dipancarkannya.

"Ya. Itu cewek yang lagi dia kejar. Kalau gue bisa dapetin tuh cewek, gue bisa bikin dia patah hati!" Aldi menekankan ucapan terakhirnya. Ia mendrible bola lagi dengan keras. Mencurahkan kekesalannya.

"Kalau gitu, gue ikutan." Rifki berdiri. Ikut bermain basket bersama Aldi.

Sedangkan satu lagi teman mereka, Karel, mengangkat bahunya tak peduli. "Kekanakan," gumamnya kembali memakan camilannya dengan tenang.

***

(Nama kamu) berjalan dengan riang. Hari-harinya mendadak serasa sempurna. Bagaimana tidak? Iqbaal selalu datang dengan segala hal yang membuat (nama kamu) bahagia. Mungkin jika ada kesempatan, (nama kamu) ingin mengucapkan terimakasih kepada laki-laki itu. Meski yah, (nama kamu) mungkin akan benar-benar jadi gadis gagal move on karna sikap mantannya yang berubah 180 derajat secara mendadak.

(Nama kamu), si gadis plin-plan yang ingin melupakan Iqbaal dengan lancar tanpa ada rintangan semacam ini. Yang (nama kamu) coba lakukan hanyalah menjaga hubungannya dengan Iqbaal. Mencoba berteman baik dan melupakan yang dulu-dulu. Meski tanpa (nama kamu) sadari, niatnya yang hanya menjaga hubungan sebatas teman justru membuahkan harapan lebih bagi Iqbaal.

Langkah kecil (nama kamu) terhenti tepat di depan rumahnya. Ia bersenandung kecil lantas membuka pintu perlahan. "Assalamu'alaikum... (Nama kamu) pulang," ucapnya lalu masuk.

Detik itu juga, suara tawa yang semula menggema di ruang tv langsung lenyap digantikan dengan keheningan yang menyapanya. Bahkan orang yang berada di sofa sama sekali tidak menjawab salamnya.

Disana. Mami, Dianty, dan Lufi yang semula tengah tertawa bersama layaknya sebuah keluarga yang harmonis. Mereka sepertinya tengah menikmati kebersamaan karna mungkin Ibunya cuti bekerja.

(Nama kamu) menghela nafas. Menatap mereka satu persatu dengan pandangan tak enak. Ia seolah orang asing yang mengganggu. Oleh karena itu, gadis itu menampilkan wajah tak bersahabatnya.

Gagal Move On •IDR•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang