BAB 12 -Taruhan-

1.4K 176 9
                                    

'Kamu tahu hal apa yang paling membuat ku bahagia? Hanya satu, bahagia mu.'

***

Menonaktifkan ponsel adalah jalan satu-satunya yang (nama kamu) pilih saat ia bingung akan menjelaskan apa pada Aldi dan Iqbaal. Lagipula menjelaskan lewat chat biasanya malah semakin panjang melebar padahal masalahnya sepele. Oleh karena itu, dengan segala kemumetan di otaknya, (nama kamu) mematikan handphonenya.

"(Nama kamu)..." seorang mengetuk pintu kamarnya pelan. Gadis yang semula memukul-mukul kasur dengan keras karna rasa frustasinya itu segera menghentikan aktifitasnya. Ia menatap malas pintu kamarnya lalu turun dari ranjang dengan ogah-ogahan.

'Crek'

(Nama kamu) melongokan kepalanya tanpa memberi celah sedikitpun agar orang yang mengetuk pintu melihat isi kamarnya. Ia menatap dengan pandangan bertanya, "kenapa Kak?"

"Tolong beliin sesuatu dong di minimarket depan komplek sana..." Dianty menunjukan ekspresi memohon ke arah (nama kamu) yang kini menghembuskan nafas malas.

"Beli apa sih Kak? Lagian ini udah malem," jawab (nama kamu) lalu menggaruk tengkuknya dan menyandarkan tubuhnya pada kusen pintu.

"Apa aja, deh... Camilan gitu. Di rumah gak ada apa-apa... Plis yah? Kamu emang adik yang baik." Dianty memberikan beberapa lembar uang lima puluh ribuan tanpa menunggu anggukan atau gelengan dari (nama kamu). Permintaan yang sedikit memaksa memang sering dilakukan oleh Dianty. Yah, meski setelah Ayah pergi hal itu jarang ia lakukan lagi. Inilah kali pertama Dianty melakukannya lagi.

(Nama kamu) mengehembuskan nafasnya lalu masuk kembali ke kamar untuk mengambil kardigan yang menggantung di dekat lemari. Tak lupa, ia juga mengikat rambutnya secara asal.

Setelah siap, ia pun keluar dari rumah meski jam telah menunjukan pukul tujuh malam. Dan karna itulah, seorang di depan rumahnya segera mengikutinya.

***

"Kamu mau kemana? Ini udah malem loh Le," tegur Bunda Rike pada anak laki-lakinya yang kini bersiap pergi keluar dari rumah.
Iqbaal menghentikan langkahnya menatap sang Bunda dengan cengiran yang tak seperti biasanya.
"Ngapel dulu, Bun." Iqbaal menjawab lalu menghampiri sang Bunda dan mencium tangannya sebelum pergi.

"Yaudah, hati-hati. Lain kali, ajak kesini yah pacarnya. Kenalin sama Bunda sama Ayah." Bunda Rike mengusap kepala putranya lembut membuat Iqbaal tersenyum lalu menunjukan dua jempolnya.

Iqbaal berpamitan pada sang Bunda lalu keluar rumah. Mengikuti gadis yang tadi sempat ia amati di balkon kamarnya. Mau kemana gadis itu malam-malam begini?

"Gue gak nyangka dia bales chat gue pake aku-kamu. Jangan-jangan itu kode lagi, biar gue cepet-cepet ngajak balikan. Ahh lampu ijo nih," gumam Iqbaal pelan sambil cengar-cengir sendiri. Ia melangkah pelan tepat satu meter di belakang (nama kamu). Ia menatap punggung gadis itu lantas tersenyum, "sesuatu yang berharga emang layak buat diperjuangin."

Iqbaal melihat (Nama kamu) masuk ke dalam sebuah minimarket. Ia terus mengikutinya dengan santai. Ia bersiul pelan lalu mengambil arah lorong yang berlawanan dengan (nama kamu). Ia menatap botol-botol minuman lalu mengambilnya satu. Setelah itu kembali melangkah.

Tepat lorong belokan ke kiri, Iqbaal berpapasan dengan (nama kamu) yang kini tengah mengambil beberapa snack lalu memasukannya ke dalam keranjang.

"Jodoh banget yah kita bisa ketemu disini, (nam...)," tegur Iqbaal tepat di sisi (nama kamu) hingga membuat gadis itu berjengit kaget dan mundur beberapa langkah.

Iqbaal menunjukan cengirannya. Melambaikan tangan ke arah (nama kamu) dengan santai seolah tidak melihat (nama kamu) yang kaget karna ulahnya.

"Ko... Kok lo bi... Bisa ada disini?"

Gagal Move On •IDR•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang