BAB 3 -Tetangga-

3.8K 389 34
                                    

'Lo itu... Bagian dari masa lalu yang coba gue ubah jadi bagian masa depan gue.'

***

Malam pertama Iqbaal di rumah barunya membuat ia susah memejamkan mata. Bagaimana jika mahluk yang disebutkan Bi Inem itu mengikuti mereka kesini? Iqbaal merasa bodoh karna terlalu berpikir hal semacam itu. Ia menghela nafas, lantas menghamburkan tubuhnya ke atas kasur.

Cowok dengan senyum menggoda itu kini meraih ponselnya yang tergeletak tak jauh dari tubuhnya. Ia mengotak-atiknya untuk mencari satu nomor untuk menemaninya malam ini.

'Bastian'

Nama itu segera ia tekan untuk melakukan panggilan. Namun setelah beberapa menit telpon terhubung, tidak ada yang mengangkat.

Iqbaal mendengus lalu mencobanya lagi. Sekarang justru nomor itu tidak aktif.

Dasar teman sialan. Pikir Iqbaal mengacak rambutnya lalu menyimpan kembali ponselnya di atas kasur.

Iqbaal bangkit. Duduk di atas kasur sembari menggaruk kepalanya yang sama sekali tidak gatal. Ia menghela nafas. Melangkah ke arah balkon kamar dengan pelan. Mungkin angin malam akan membuat otaknya segar untuk saat ini.

Iqbaal diam disana. Melihat langit malam yang gelap tanpa ada bintang. Senyumnya terukir pelan saat ingatannya mulai kembali pada malam itu.

"Kok gak ada bintang yah? Apa jangan-jangan malu karna kalah terang sama sinar di wajah (nama kamu) yah?" gadis itu berujar sambil terus menatap langit malam yang benar-benar tidak ada bintang.

"Ah, atau mungkin bintangnya masih di bawah umur?" gadis itu mulai memalingkan wajahnya dari atas untuk melihat ke arah Iqbaal.

Iqbaal menautkan alisnya dengan wajah bingung. "Maksud lo?"

"Iya, bintangnya masih di bawah umur makanya gak ada. Soalnya kan disini tempat orang pacaran. Kayak kita misalnya."

"Apaan sih (Nama kamu)...'

"Emang Iqbaal pernah liat anak di bawah umur dibolehin liat orang dewasa pacaran? Yah sama bintang juga. Udah ah, (nama kamu) jadi laper... Beli kerak telor yuk?"

Iqbaal menggaruk kembali tengkuknya sesaat setelah bayangan itu hadir di benaknya. Sekilas masa lalu antara dirinya dan (nama kamu). Andai saja waktu bisa diulang, apakah Iqbaal masih bisa memiliki gadis itu? Entahlah Iqbaal tidak tahu.

(Nama kamu) cewek bawel yang aneh. Bersama dengan kenangannya, Iqbaal merindukan gadis itu.

Iqbaal menatap ke depan. Dimana rumah yang serupa dengan rumahnya berdiri. Ada seseorang di balik tirai kamar di depannya itu.

Iqbaal menatap penasaran. Dari postur tubuhnya ia sepertinya kenal. Dan saat tirai itu terbuka lalu menampakan wajah seorang gadis yang familiar di ingatannya, Iqbaal mulai tak mempercayai indra penglihatannya.

Tidak. Mungkin itu hanya delusinya karna tengah memikirkan gadis itu. Jadi, seolah-olah gadis itu ada.

Setelah beberapa detik melihat pemandangan di depannya dengan tak percaya, Iqbaal melihat tirai itu kembali tertutup rapat. Dan sosok gadis itu tidak ada.

***

(Nama kamu) menutup tirai jendela kamarnya setelah kehadirannya disadari oleh Iqbaal. Cowok yang sejak tadi (Nama kamu) perhatikan gerak geriknya.

Iqbaal yang senyum-senyum sendiri saat melihat langit padahal tidak ada Sule disana. Dan Iqbaal yang tiba-tiba melirik ke arahnya dengan wajah terkejut.

"Ya ampun! Hampir aja gue ketauan lagi merhatiin dia. Ish, (Nama kamu) o'on." (Nama kamu) berucap pada dirinya sendiri sembari menepuk jidatnya berulang kali.

Gagal Move On •IDR•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang